Pemblokiran akun Twitter Presiden AS Donald Trump memicu kekhawatiran di kalangan populis kanan di seluruh dunia. Sejumlah negara kini menyiapkan legislasi baru untuk membatasi kekuasaan raksasa media sosial.
Iklan
Keputusan Twitter memblokir akun pribadi Donald Trump atas dugaan hasutan tindak kekerasan berbuntut panjang. Menyusul kekhawatiran terhadap kebebasan berpendapat, sejumlah negara kini berniat memerangi sensor di media sosial.
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, pada Kamis (14/1) mengumumkan bakal melobi negara-negara lain untuk menyepakati sikap bersama. "Saya bisa katakan, pada KTT G20 nanti saya akan mengajukan proposal terkait isu ini,” kata dia.
"Ya, media sosial tidak seharusnya digunakan untuk menghasut tindak kekerasan, tapi ini tidak bisa dijadikan alasan untuk membatasi kebebasan berekspresi,” kata presiden yang sering disebut memiliki gaya pemerintahan serupa Trump itu.
"Bagaimana sebuah perusahaan bertindak seakan-akan paling berkuasa, mahakuasa, seperti Inkuisisi Spanyol terhadap kebebasan berpendapat?,” tanyanya.
Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengklaim pihaknya sudah menindaklanjuti arahan presiden dan "sesegera mungkin menghubungi negara-negara lain yang berpikiran sama,” kata dia, sembari menambahkan pihaknya sudah berhubungan dengan pemerintah Prancis, Jerman, Uni Eropa, Afrika hingga Asia Tenggara.
"Perintah presiden adalah menghubungi mereka, membagi kekhawatiran dan bekerja sama untuk menyusun proposal gabungan,” kata Erbrad. "Kita lihat saja bagaimana hasilnya nanti.”
Kekhawatiran populis kanan
Kritik terhadap langkah Twitter pertamakali diutarakan Kanselir Jerman, Angela Merkel. Melalui juru bicaranya, dia menilai pemblokiran akun Trump bersifat "problematis.” Tidak seharusnya sebuah korporasi bisa melucuti kebebasan berpendapat dengan aturan pribadi, tanpa mengindahkan konstitusi.
Iklan
"Hak fundamental ini,” kata juru bicara pemerintah Steffen Seibert, "hanya bisa dicabut menurut hukum yang berlaku dan melalui kerangka yang disepakati parlemen, tidak melalui keputusan managemen sebuah perusahaan.”
Di Polandia, pemerintah malah berniat menyusun legislasi baru untuk mengatur Facebook, Twitter dan Instagram. Perdana Menteri Mateusz Morawiecki menilai pemblokiran akun media sosial merupakan "ranahnya rejim totaliter dan otoriter,” tulisnya di Facebook, Selasa (12/1).
Saat ini Partai Hukum dan Keadilan (PiS) yang berkuasa di Polandia telah mengajukan rancangan Undang-undang untuk membatasi kekuasaan media sosial menghapus konten atau memblokir pengguna. RUU tersebut digodok ketika Twitter mulai menandai kicauan Trump yang dinilai menyesatkan.
Namun aktivis demokrasi Polandia menuduh pemerintah memanfaatkan pemblokiran akun Trump untuk memperkuat kontrol atas media sosial, dan menjadikannya corong propaganda. Saat ini RUU yang diusulkan pemerintah di Warsawa sedang dipelajari oleh Uni Eropa.
Brussels sebelumnya pernah menuduh PiS berusaha melucuti mekanisme demokratis demi kepentingan politik.
Hal serupa diyakini sedang diusahakan di Meksiko. Seperti halnya Trump, Presiden Obrador berulangkali mengeluhkan sikap kritis media yang dianggapnya sebagai bias. Dia juga berulangkali menggunakan istilah "kabar hoaks” untuk mendeskreditkan laporan-laporan kritis.
Meski berasal dari spektrum politik yang saling bersebrangan, Trump dan Obrador membina hubungan dekat. Keduanya juga banyak mengandalkan media sosial untuk menyapa basis pendukung.
"Penggunaan massal media sosial memudahkannya untuk menyampaikan pesan kepada pendukung, sementara dulu dia diblokir oleh media tradisional,” kata Ramirez Cuevas, juru bicara kepresidenan Meksiko.
rzn/yp (rtr, ap)
Instagram Bisa Rusak Lingkungan?
Para followers mengikuti jejak selebgram mengunjungi sejumlah tempat wisata yang dikenal lewat tagar #instagramfamous. Mereka merusak tempat menakjubkan itu dengan meninggalkan sampah dan menghancurkan habitat alami.
Foto: instagram.com/publiclandshateyou
Dari #superbloom ke #poppynightmare
Usai musim dingin disertai hujan lebat, musim semi akhirnya muncul di California Selatan, AS. Momen yang tepat untuk melihat mekarnya bunga liar, namun sekitar 50.000 orang berbondong-bondong datang dan asyik berfoto. Mereka memetik, menginjak-injak bunga poppy, dan menghancurkan dengan meletakkan poster "bunga ini akan tumbuh lagi". Tidak perlu banyak merusak tempat-tempat keindahan alam.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Ketika wisata alam menjadi viral
Dulunya menjadi tempat nongkrong warga setempat, namun kini spot yang menghadap ke Sungai Colorado dekat Grand Canyon, AS telah menjadi salah satu tempat paling instagramable. Terkenal di Instagram, membuat Horsehoe Bend dikunjungi jutaan turis setiap tahun. Area parkir kini sedang diperluas untuk mengakomodasi kerumunan wisatawan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di tempat terpencil.
Foto: imago/blickwinkel/E. Teister
Konsekuensi yang tidak diinginkan
Tak lama setelah fotografer Johannes Holzer memposting keindahan danau Barmsee di Jerman, foto tersebut langsung viral di Instagram dan mendorong banyak orang mengunjungi tempat itu. Dalam sebuah wawancara dengan radio Jerman Bayrischer Rundfunk, Holzer mengatakan jalan menuju danau saat ini terlihat seperti telah diinjak-injak oleh tentara. Kawasan danau juga dipenuhi sampah dan puntung rokok.
Sebuah kota kecil yang dikunjungi jutaan pengunjung
Sebuah desa kecil di Austria yang berpenduduk 700 orang viral di Instagram karena keindahannya. Desa ini menjadi terkenal dan didatangi 10.000 pengunjung per hari. Penduduk setempat mengeluhkan wisatawan yang berjalan ke rumah mereka untuk menemukan sudut terbaik untuk foto-foto. Mereka meninggalkan sampah, membuat film dengan drone yang menakuti burung, dan menghancurkan kedamaian dan ketenangan.
Playa Jardín di pulau Tenerife, Spanyol adalah tempat yang populer di kalangan fotografer yang membangun menara kecil dengan batu yang dikumpulkan dari pantai. Desain mereka mungkin menghasilkan bidikan yang sempurna, namun menara tersebut sebenarnya merusak ekosistem lokal. Laba-laba, serangga, dan kadal yang hidup di bawah batu itu kehilangan tempat berlindung.
Foto: Imago Images/McPHOTO/W. Boyungs
Jangan tinggalkan jejak
Organisme tanaman yang penting bagi kesehatan tanah akan tercabut ketika posisi batu-batu tersebut diubah. Hal itu lantas menyebabkan para pencinta lingkungan membongkar formasi batuan awal tahun ini dan memposting caption di Instagram dengan tagar #pasasinhuella, yang berarti "tidak meninggalkan jejak." Hanya beberapa hari setelah kampanye, Instagrammers sudah mulai membangun kembali menara batu.
Foto: Imago Images/robertharding/N. Farrin
"Popcorn" bukan untuk dibawa pulang
Alga mati di Pulau Canary, Spanyol ini menyerupai cemilan popcorn. Keunikannya memiliki daya tarik tersendiri di media sosial Instagram, sehingga membuat banyak orang berkunjung dan membawa ganggang pulang sebagai kenang-kenangan. Akibat ulah mereka, diperkirakan 10 kilogram "popcorn" menghilang setiap bulan. Sebagai tanggapan, Proyek Clean Ocean telah mulai berbagi foto seperti ini di Instagram.
Foto: Clean Ocean Project
Penduduk Islandia membalas
Lebih dari 10 juta gambar di Instagram, Islandia menjelma sebagai tujuan yang sangat populer. Untuk mendapatkan foto yang sempurna, banyak orang berkendara dan merusak pedesaan. Mereka duduk di gletser, berjalan di lumut, dan menerbangkan drone. Dewan turis Visit Iceland kini telah meluncurkan beberapa inisiatif yang mempromosikan contoh perilaku bertanggung jawab para wisatawan.
Foto: picture-alliance/E. Rhodes
Sikap main hakim sendiri
Akun Instagram Public Lands Hate You bertujuan untuk mempermalukan perilaku yang tidak bertanggung jawab. Akun itu memposting ulang foto orang-orang yang melanggar aturan, memicu sejumlah brand untuk memutuskan hubungan dengan beberapa influencer dan bahkan menyebabkan penyelidikan dari layanan taman nasional AS. Tetapi akun ini juga menuai kritik karena menyebut orang tanpa persetujuan.(ha/vlz)