Kemenperin mengusulkan relaksasi pajak pembelian mobil baru 0 persen agar industri otomotif tetap tumbuh di masa pandemi. CITA sebut usulan ini tak efektif karena masyarakat tak butuh pengeluaran tersier membeli mobil.
Iklan
Guna meningkatkan gairah industri otomotif nasional, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengusulkan ada pembebasan pajak mobil baru. Usulan ini diharapkan berlaku hingga akhir 2020.
Namun, usulan relaksasi pajak pembelian mobil baru nol persen oleh Kemenperin mendapat tanggapan pro-kontra dari berbagai kalangan. Kemenperin mengharapkan kebijakan ini bisa mendorong pertumbuhan industri otomotif, yang babak belur dihajar pandemi virus Corona.
Efektifkah dorong penjualan mobil?
Staf Khusus Menteri Perindustrian, Neil Iskandar Daulay, membantah pernyataan Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) yang mengatakan bahwa usulan ini tidak efektif untuk mendorong penjualan mobil, karena masyarakat tidak akan melakukan pengeluaran untuk kebutuhan tersier.
Kemenperin tetap meyakini bahwa pemangkasan pajak pembelian mobil baru menjadi nol persen, dapat mendongkrak daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan pasar otomotif di tengah tekanan bisnis akibat wabah COVID-19.
"Usulan ini diharapkan dapat memberikan efek multiplier bagi konsumen, produsen dan pemerintah guna menjaga keberlangsungan industri otomotif, akses kendaraan pribadi yang terjangkau, penyerapan tenaga kerja hingga memberdayakan industri maupun pelaku usaha sektor lainnya," ujar Neil melalui keterangan resminya.
Iklan
Akan dikaji oleh Kemenkeu
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku akan mengkaji terlebih dahulu usulan pajak 0% untuk setiap pembelian mobil baru.
"Soal pembebasan pajak mobil baru, setiap ada ide akan kaji secara dalam," kata Sri Mulyani dalam video conference APBN KiTa, Selasa (22/9/2020).
Menurut Sri Mulyani, pemberian insentif sudah dilakukan pemerintah melalui program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Insentif fiskal yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku industri salah satunya otomotif adalah pajak penghasilan (PPh) Pasal 22 impor.
Meski begitu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengaku tetap terbuka dan menerima usulan dari Kementerian Perindustrian tentang pembebasan pajak bagi pembelian mobil baru.
"Kementerian Keuangan terus terbuka terhadap ide-ide itu namun terus jaga konsistensi kebijakannya," ungkapnya.
Kendaraan Bermotor Masih Dibutuhkan?
Apa yang akan terjadi pada motor berbahan bakar diesel dan bensin, jika nanti "e-mobility" dan mobil yang berjalan sendiri sudah mengambil alih jalanan? Sampai sekarang visinya sudah banyak.
Foto: PodRide
Selamat datang di kemacetan!
Orang Jerman sangat berpegang pada sistem transportasi, ibaratnya Inggris pada monarkinya. Tak heran, banyak nama besar di dunia kendaraan berasal dari Jerman, misalnya Gottlieb Daimler dan Nicolaus August Otto. Setiap anak tahu merek Daimler, BMW, Audi dan VW.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Jansen
Kota masa depan
Sejak 2008, lebih banyak orang tinggal di kota, dibanding di pedesaan, dan tren menunjukkan peningkatan. Peneliti pada Fraunhofer Morgenstadt Initiative mengatakan, jaringan akan mendorong lebih efisiennya transportasi, ekonomi "car sharing" akan meningkat dan akhirnya orang tidak butuh mobil pribadi.
Smart — Era digitalisasi
Karena "networking" di seluruh dunia semakin dimudahkan oleh internet, sistem di perkotaan dan sistem lalulintas bisa dikoordinasi. Ini bisa berbuntut pada pengubahan lampu lalu lintas secara otomatis sesuai aliran kendaraan. Sensor bisa mengirim data dan mencegah kendaraan bertabrakan, sehingga kecelakaan bisa dihindari.
Foto: SRF
Aman dalam pengertian tradisional vs. bergerak sendiri
Apakah Amazon, Google ingin jadi merek mobil baru yang tidak perlu pengemudi? Pertanyaan menarik — walaupun mobil tanpa pengemudi dinilai kurang bagus belakangan ini. Sebuah ujicoba di perusahaan Uber dihentikan, setelah sebuah mobil tanpa pengemudi menabrak seorang perempuan di malam hari.
Foto: Reuters/A. Josefczyk
Tidak perlu stres di jalanan?
Sekarang, jika jalanan macet, dan orang hampir terlambat, klakson akan terdengar gencar. Tapi stres dan saling provokasi akan jadi bagian sejarah, jika kendaraan yang bergerak sendiri nantinya jadi normalitas.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Cirou
Penggunaan aplikasi meningkat
Meminta taxi atau menumpang bisa diorganisir mudah lewat app. Transportasi publik dan kolektif semakin terorganisir lewat internet. Membayar juga bisa dilakukan lewat ponsel pintar.
Foto: picture-alliance/dpa/W.Gang
Model tua
Masa depan kendaraan adalah "e-mobility". Pertanyaannya tinggal: kapan? Walaupun investasi jutaan sudah ditanamkan pada e-cars, kurangnya opsi dan lokasi untuk mencas masih jadi masalah. Mengingat harga kendaraan juga mahal, konsumen masih ragu. Alternatifnya adalah hibrida bahan bakar dan elektronik, atau kendaraan berbahanbakar hidrogen, juga bahan bakar sintetik.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Marks
Mobil pos
Tukang pos lebih ramah lingkungan jika mengunakan sepeda atau berjalan kaki. Tapi untuk mengangkut paket-paket masih dibutuhkan kendaraan bermotor. Perusahaan Jerman Deutsche Post (DHL) dan universitas Aachen Technical University mengembangkan StreetScooter yang bebas CO2. Energi yang diperlukannya bisa didaurulang.
Foto: DW/A. Setiawan
E-bike di atas empat roda
Hanya tampaknya saja seperti smart car. Kendaraan yang disebut Podride panjangnya 1,8 meter dan punya ruangan tertutup serta kursi yang (lumayan) nyaman. Ini bisa digunakan pada jalanan bersalju dan di atas es. Kendaraan ini juga punya penghangat, dan bisa digunakan di jalanan yang terjal atau tidak rata. Bahkan punya bagasi.
Foto: PodRide
Proyek mobil terbang otonom
Dari sejumlah pemikiran cerdas, tercipta ide pintar. Sejumlah perusahaan mengembangkan pesawat pribadi. Prototipe mobil terbang menyerupai roket ini dari perusahaan Airbus. Rencananya akan bisa mengangkut penumpang pada ketinggian 9.150 meter, dan berkecepatan 480 km per jam.
Foto: picture-alliance/dpa
Kereta kabel paling curam di dunia
Desa Stoots di pegunungan Swiss memiliki kereta kabel paling curam di dunia. Kereta ini mendaki hingga ketinggian 744 meter, dan berjalan sepanjang 1,7 km dalam empat menit. Desa memiliki 150 penduduk permanen, tetapi 2.000 tempat tidur di hoten-hotel. Mungkin sistem ini akan ditemukan di masa depan di Himalaya? Penulis: Karin Jäger (ml/ap)
Foto: Reuters/A.Wiegmann
11 foto1 | 11
Pajak mobil impor Indonesia
Para pelaku usaha mobil impor atau Importir Umum juga berkeinginan yang sama yakni pengurangan pajak, meski tidak nol persen atau setidaknya pemerintah bisa mengubah sistem PPnBM mobil impor berdasarkan emisi.
Tapi sebenarnya berapa sih nilai pajak mobil impor di Indonesia, sehingga para pelaku mobil impor berharap relaksasi pajak juga? Berdasarkan penelusuran detikOto, rupanya pajak kendaraan impor di Indonesia itu memang sangat tinggi sekali.
Sebut saja dengan mobil Mercedes-Benz G 63 AT dengan model jip S.C HDTP kelahiran 2018. Berdasarkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) mobil kelahiran Jerman ini harus membayar pajak BBN.KB sebesar Rp 431.900.000 ditambah dengan pajak PKB sebesar Rp 90.699.000.
Artinya setiap tahunnya pemilik mobil impor ini harus membayarkan pajak sebesar Rp 522.599.000 setiap tahunnya (di luar biaya STNK dan biaya TNKB). Jika kendaraan impor ini mendapat relaksasi sebesar 50 persen saja, para pemilik kendaraan bisa mengurangi biaya pajak hingga ratusan juga rupiah. (pkp/gtp)