1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Usulan Resolusi PBB Untuk Konflik Libanon

8 Agustus 2006

Usulan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah menjadi sorotan harian-harian di Eropa.

Kofi Annan seusai sidang DK PBB
Kofi Annan seusai sidang DK PBBFoto: AP

Harian Jerman Tageszeitung yang terbit di Berlin berkomentar:

„Usulan bagi resolusi Dewan Keamanan PBB tentang perang di Libanon adalah kemenangan diplomatik Amerika Serikat dan Israel. Apa yang secara militer sama sekali belum diraih harus lebih dulu dilakukan secara politis; yaitu kekalahan dan pelucutan senjata Hisbullah. Hanya, siapa yang akan melaksanakan kapitulasi Hisbullah tetap masih jadi rahasia. Tampaknya memang ini tujuan yang tersirat: Lebih baik Israel yang menyelesaikan tugas itu daripada nantinya Pasukan PBB atau NATO yang harus maju ke medan perang. Hanya saja hal itu tidak akan berfungsi.“

Sementara harian Inggris The Independent mengkritik usulan resolusi PBB tersebut:

“Apa yang kita dapatkan di sini adalah resep untuk kekerasan selanjutnya. Kedua pihak sekarang dapat membela diri dengan menggunakan alasan pertahanan untuk bertindak, sementara dalam kenyataannya mereka terus terlibat konflik. Dalih sekecil apapun, dari pihak mana pun cukup untuk menyulut kembali pertikaian. Hanya gencatan senjata tanpa syarat yang segera akan memaksa kedua pihak untuk menciptakan ruang agar penyelesaian benar-benar tercapai.”

Mengomentari usulan resolusi penyelesaian konflik Libanon, harian Perancis Liberatión menulis:

„Resolusi yang diusulkan Perancis dan Amerika Serikat adalah kompromi yang buruk antara posisi Amerika dan Perancis dalam konflik Libanon. Untuk mengakhiri konflik tersebut, diperlukan kompromi yang baik antara kedua partai yang bertikai. Tapi mengapa Perancis yang mengambil tempat sebagai mitra juru runding ketiga mengambil risiko dari apa yang hendak diyakininya sebagai pihak unilateral? Menyiapkan sebuah gencatan senjata adalah hal yang patut dipuji, walaupun sia-sia, jika sudah tahu hal itu tidak didengar. Jumlah kartu yang dimiliki Perancis terlalu sedikit untuk bertaruh.“