Utusan khusus PBB untuk Suriah mengaku siap membantu evakuasi jihadis Islam dari kota Aleppo. Hal tersebut diungkapkannya untuk menghentikan serangan udara Rusia dan Suriah yang telah menewaskan ribuan warga sipil.
Iklan
Utusan khusus Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Suriah, Staffan de Mistura, mengaku bersedia pergi ke timur Aleppo untuk mengawal evakuasi sekitar 1000 gerilayawan Al Nusra. Hal tersebut diungkapkannya dengan niat menghentikan serangan bom oleh militer Rusia dan Suriah.
De Mistura mengklaim sejarah akan menghukum Suriah dan Rusia jika mereka menggunakan keberadaan 900 bekas jihadis Front Al Nusra sebagai "alasan murahan" untuk menghancurkan kawasan yang dikepung dan membunuh ribuan penduduk yang berjumlah 275.000 orang, 100.000 di antaranya adalah anak-anak.
"Pada dasaranya adalah dalam waktu maksimal dua bulan, dua setengah bulan, bagian timur kota Aleppo mungkin sudah akan rata dengan tanah. Kita berbicara khususnya tentang kota tua," ujarnya dalam sebuah jumpa pers di Jenewa, Swiss.
Moskow sebelumnya menegaskan serangan udara atas Aleppo dilakukan untuk menghalau jihadis Front al Nusra yang masih bercokol di sana. Serangan tersebut antara lain juga menghancurkan fasilitas kesehatan dan memotong pasokan bahan makanan untuk penduduk sipil.
Rusia dan Suriah sempat membantah melakukan serangan terhadap Aleppo. Kementerian Luar Negeri di Moskow bahkan menyebut kerusakan di kawasan timur Aleppo disebabkan oleh kebakaran api.
'Armagedon' di Aleppo
Kota Aleppo di Suriah jadi "neraka" diluluhlantakkan serangan udara pasukan pemerintah Suriah dibantu Rusia bulan September 2016. Kehancuran luar biasa yang ditimbulkan dapat disimak dalam galeri foto ini:
Foto: Reuters/A. Ismail
Luluh lantak
Seorang pria berjalan di antara reruntuhan gedung-gedung di kawasan al Qaterji, Aleppo yang hancur luluh akibat serangan udara saat pecah pertempuran antara pasukan pemerintah melawan kaum pemberontak..
Foto: Reuters/A.Ismail
Kota membara
Seorang pria berjalan melewati kepulan asap dari sebuah bis yang terbakar, akibat serangan udara di kawasan Salaheddin yang dikuasai pemberontak. Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan, dalam tahun-tahun terakhir, ini adalah serangan terburuk yang pernah dilakukan dalam menghancurkan sebuah kota.
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Korban cedera dan tewas terus berjatuhan
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut tubuh korban serangan di Salaheddin..
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Apa yang tersisa?
Usai serangan, warga di distrik Bustan al Qasr memeriksa kerusakan yang terjadi akibat pertempuran dan mencari sesuatu yang masih bisa diselamatkan. Foto diambil anggota Helm Putih.
Foto: Picture-Alliance/dpa/Syrian Civil Defense White Helmets
Lahan pun amblas
Anak-anak melewati lahan yang amblas di kawasan Muyeser setelah pasukan Suriah dan Rusia melancarkan serangan udara.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Lubang menganga
Sebuah gedung masih berdiri tanpa atap dan didingnya berlubang besar akibat serangan udara. Penghuni gedung terpaksa menyingkir, karena bangunan senmacam ini pasti akan jadi sasaran serangan berikutnya.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Kemana mencari air?
Nyaris seluruh infrastruktur di kota kedua terbesaar Suriah itu hancur karena pertempuran sengit. Warga kini kesulitan mendapat air bersih, karena bansyak pipa air bersih hancur terkena ledakan.
Foto: Reuters/A. Ismail
Keluarga yang terporak-poranda
Makin banyak warga terpaksa meninggalkan rumah kediaman mereka yang remuk redam dihantam bom dan tak ada lagi yang tersisa. Keluarga cerai berai dan kota porak poranda.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mohammed
Nyawa tak ada harganya
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut jenazah korban serangan tanggal 23 September 2016 di Al Marja. Di ajang pertempuran di Aleppo nyawa manusia nyaris tak ada harganya lagi.
Foto: Getty Images/AFP/A. Alhalbi
Masihkah ada masa depan?
Seorang anak di Tariq al Bab hanya mampu memandangi kerusakan di lingkungan tempat tinggalnya. Sulit membayangkan bagaimana masadepan mereka. Bahkan harapan untuk gencatan senjata-pun kini nyaris musnah.