Kajian ilmiah perdana uji klinis fase III vaksin Sputnik V buatan Rusia menegaskan keampuhan di atas 90%. Juga tidak tercatat efek samping parah pada pemberian vaksin bersangkutan.
Iklan
Analisis sementara uji klinis fase III vaksin Sputnik V dengan 19.866 responden, menunjukkan keampuhan vaksin Gam-COVID-Vac buatan pusat riset untuk epidemiologi dan mikrobiologi Institut Gamaleya di Rusia, mencapai keampuhan lebih dari 91,6 % setelah pemberian dosis kedua. Hasil analisis ini dipublikasikan dalam jurnal ilmiah The Lancet pada 2 Februari 2021.
Tingkat perlindungan lebih dari 90% merupakan nilai yang sangat bagus, setara dengan efikasi yang dicapai vaksin BioNTech/Pfizer dan Moderna yang sudah mendapat izin edar global.
"Pengembangan vaksin Sputnik V sejauh ini dikritik terlalu tergesa-gesa, tidak mendasar dan tidak transparan. Demikian tulis pakar medis Ian Jones, profesor di Universitas Reading dan Polly Roy, profesor di London School of Hygiene & Tropical Medicine.
"Hasil analisis yang kami publikasikan di sini sangat jelas dan prinsip ilmiah vaksinnya kami ungkap. Artinya, ada vaksin berikutnya yang kini bisa diluncurkan dalam perang melawan Covid-19, untuk menurunkan angka penularan", kata kedua ilmuwan.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Kombinasi vaksin vektor berbeda
Vaksin Sputnik V terdiri dari kombinasi dua dosis vaksin yang berbasis vektor virus berbeda, yang harus diberikan dalam dua kali vaksinasi dengan jeda yang sudah ditentukan.
Vaksin menggunakan basis Adenovirus tipe 5 (rAd5-S) dan tipe 26 (rAd26-S) yang sudah direkayasa secara genetis, untuk membentuk protein permukaan virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19. Dalam uji klinis, responden mula-mula mendapat dosis pertama vaksin berbasis rAd5-S dan menyusul 21 hari kemudian, diberikan dosis kedua yaitu vaksin yang berbasis rAd26-S.
Secara mendasar vaksin dosis pertama Sputnik V memiliki kemiripan dengan vaksin Ad5-nCoV buatan CanSino Biologics dari Cina yang menggunakan Adenovirus tipe 5. Juga punya kemiripan dengan vaksin AZD1222 buatan AstraZeneca/Oxford dari Inggris. Vaksin AstraZeneca yang sudah mendapat izin edar di Uni Eropa menggunakan Adenovirus Simpanse untuk transport protein.
Iklan
Reaksi imunitas stabil
Vaksin Sputnik V buatan Rusia diuji klinis pada orang berusia di atas 18 tahun. Juga dalam riset dimonitor keampuhan vaksin pada lebih dari 2000 responden berusia di atas 60 tahun, yang tetap menunjukkan nilai perlindungan di atas 91%. Data ini sekaligus mematahkan asumsi, bahwa efikasi vaksin menurun pada orang lanjut usia di atas 60 tahun.
Pengamatan pada ratusan responden yang dipilih secara acak menunjukan terbentuknya antibodi dan jawaban imunitas sel T setelah divaksinasi. Diakui ada enam responden tidak membentuk imunitas mencukupi. Diduga kasus ini terkait kelainan genetika individual.
Secara umum, hasil uji klinis fase III menunjukkan efek samping vaksin corona itu ada dalam batasan normal. Kebanyakan keluhan adalah reaksi lazim yang ringan sampai menengah, dari gejala seperti flu, sakit di lokasi suntikan hingga perasaan lelah dan lesu untuk sementara waktu.
Efek samping berat dilaporkan muncul pada sekitar 0,2 persen responden, namun tidak terlacak adanya kaitan langsung dengan pemberian vaksin Sputnik V. Juga dilaporkan ada 4 orang meninggal, tapi juga tidak ada kaitannya dengan vaksin buatan Rusia itu. Satu orang dilaporkan meninggal karena luka fisik fatal, satu akibat stroke dan dua lainnya meninggal karena komorbid dan sudah terinfeksi Covid-19 lima hari sebelum vaksinasi.
Fabian Schmidt (as/ gtp)
Vaksin Covid-19 yang Sudah Siap Pakai dan Masuki Uji Fase Akhir
Ada 4 vaksin Covid-19 yang sudah berizin dan digunakan secara massal. Efikasinya diklaim antara 70% hingga 95%. Sedikitnya ada 7 kandidat vaksin lainnya yang masuk fase akhir uji klinis dan akan segera diluncurkan.
Foto: H. Pennink/AP Photo/picture-alliance
Vaksin BioNTech/Pfizer dari Jerman
Perusahaan Bio-farmasi BioNTech dari Jerman yang digandeng Pfizer dari AS menjadi yang pertama umumkan sukses memproduksi vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama BNT162b2 dengan efektifitas 95%. Vaksinnya sudah mendapat izin. Vaksinasi massal di AS dan Jerman dimulai bulan Desember 2020. Satu-satunya kendala, vaksin harus didinginkan hingga minus 70°C sebelum dipakai.
Foto: SvenSimon/picture alliance
Vaksin Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Bio-farmasi Moderna dari AS menyusul umumkan sukses dengan vaksin yang diberi nama mRNA-1273 dengan efektifitas 94,5%. Belum lama ini UE izinkan vaksin. Sama dengan BioNTech, vaksin dikembangkan dengan teknologi teranyar berbasis mRNA virus. Keunggulan vaksin Moderna adalah hanya perlu pendinginan minus 30° C dan tahan seminggu dalam lemari pendingin biasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Porzycki
Vaksin AstraZeneca/Oxford dari Inggris
Perusahaan farmasi AstraZeneca dari Inggris menjadi yang ketiga umumkan sukses uji coba vaksin yang ampuh 70% hingga 90%. Pengembangan vaksin menggandeng para ilmuwan dari Oxford University. Unsur aktifnya AZD1222 berasal dari gen virus corona yang dilemahkan dan sudah diuji klinis pada 60.000 responden.
Foto: picture-alliance/Flashpic
Vaksin Janssen/Johnson&Johnson dari AS
AS dan Kanada sudah memberikan izin bagi vaksin Johnson & Johnson. Vaksin berasal dari vektor virus yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh. Disebutkan pemberian satu dosis vaksin mencukupi untuk mengembangkan antibodi pencegah Covid-19.Juga penyimpanan vaksin relatif mudah pada kulkas yang lazim.
Foto: Michael Ciaglo/Getty Images
Vaksin Sinovac dari Cina
Perusahaan farmasi Sinovac Biotech dari Cina sedang menuntaskan fase tiga uji klinis vaksin Covid-19 dengan sekitar 29.000 responden. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Indonesia dan Turki. Vaksin dikembangkan dari virus corona yang inaktif.
Foto: Wang Zhao/AFP/Getty Images
Vaksin Sinopharm dari Cina
Perusahaan farmasi lain dari Cina, Sinopharm juga sudah masuki fase tiga uji klinis kandidat vaksinnya pada 55.000 responden. Uji klinis antara lain dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Maroko, Peru dan Argentina. Sinopharm menggunakan virus yang inaktif sebagai basis pembuatan vaksinnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Z. Yuwei
Vaksin Sputnik V dari Rusia
Berdasar klaim sendiri, Rusia menyatakan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya ampuh perangi Covid-19. Vaksin yang kini sudah mendapat izin regulasi dari Moskow itu dilaporkan baru melakukan uji klinis fase 1 dan 2 tanpa kejelasan berapa jumlah sampelnya. Vaksinnya berbasis vektor adenovirus manusia yang diizinkan WHO. Penulis: Agus Setiawan