AS mengumumkan penangguhan penyuntikan vaksin menyusul laporan enam kasus pembekuan darah. Eropa juga lakukan peninjuan atas empat kasus pembekuan darah, sementara Afrika Selatan ikuti jejak AS.
Iklan
Johnson & Johnson (J&J) mengumumkan akan menunda pengiriman vaksinnya ke Eropa menyusul seruan oleh pejabat Amerika Serikat (AS) yang meminta agar penyuntikan vaksin tersebut dihentikan sementara.
“Kami menyadari adanya kelainan yang sangat langka terkait pembekuan darah yang dikombinasikan dengan trombosit rendah pada beberapa orang yang telah menerima vaksin COVID-19 kami,” kata perusahaan farmasi raksasa asal AS itu dalam sebuah pernyataan. Pihak perusahaan juga mengaku telah “meninjau kasus ini dengan otoritas kesehatan Eropa”.
Pengiriman pertama ke Eropa sudah dilakukan oleh J&J pada awal pekan ini. J&J sebelumnya dijadwalkan akan mengirimkan sekitar 50 juta dosis vaksin sampai akhir Juni mendatang.
Vaksin Covid-19 yang Sudah Siap Pakai dan Masuki Uji Fase Akhir
Ada 4 vaksin Covid-19 yang sudah berizin dan digunakan secara massal. Efikasinya diklaim antara 70% hingga 95%. Sedikitnya ada 7 kandidat vaksin lainnya yang masuk fase akhir uji klinis dan akan segera diluncurkan.
Foto: H. Pennink/AP Photo/picture-alliance
Vaksin BioNTech/Pfizer dari Jerman
Perusahaan Bio-farmasi BioNTech dari Jerman yang digandeng Pfizer dari AS menjadi yang pertama umumkan sukses memproduksi vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama BNT162b2 dengan efektifitas 95%. Vaksinnya sudah mendapat izin. Vaksinasi massal di AS dan Jerman dimulai bulan Desember 2020. Satu-satunya kendala, vaksin harus didinginkan hingga minus 70°C sebelum dipakai.
Foto: SvenSimon/picture alliance
Vaksin Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Bio-farmasi Moderna dari AS menyusul umumkan sukses dengan vaksin yang diberi nama mRNA-1273 dengan efektifitas 94,5%. Belum lama ini UE izinkan vaksin. Sama dengan BioNTech, vaksin dikembangkan dengan teknologi teranyar berbasis mRNA virus. Keunggulan vaksin Moderna adalah hanya perlu pendinginan minus 30° C dan tahan seminggu dalam lemari pendingin biasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Porzycki
Vaksin AstraZeneca/Oxford dari Inggris
Perusahaan farmasi AstraZeneca dari Inggris menjadi yang ketiga umumkan sukses uji coba vaksin yang ampuh 70% hingga 90%. Pengembangan vaksin menggandeng para ilmuwan dari Oxford University. Unsur aktifnya AZD1222 berasal dari gen virus corona yang dilemahkan dan sudah diuji klinis pada 60.000 responden.
Foto: picture-alliance/Flashpic
Vaksin Janssen/Johnson&Johnson dari AS
AS dan Kanada sudah memberikan izin bagi vaksin Johnson & Johnson. Vaksin berasal dari vektor virus yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh. Disebutkan pemberian satu dosis vaksin mencukupi untuk mengembangkan antibodi pencegah Covid-19.Juga penyimpanan vaksin relatif mudah pada kulkas yang lazim.
Foto: Michael Ciaglo/Getty Images
Vaksin Sinovac dari Cina
Perusahaan farmasi Sinovac Biotech dari Cina sedang menuntaskan fase tiga uji klinis vaksin Covid-19 dengan sekitar 29.000 responden. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Indonesia dan Turki. Vaksin dikembangkan dari virus corona yang inaktif.
Foto: Wang Zhao/AFP/Getty Images
Vaksin Sinopharm dari Cina
Perusahaan farmasi lain dari Cina, Sinopharm juga sudah masuki fase tiga uji klinis kandidat vaksinnya pada 55.000 responden. Uji klinis antara lain dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Maroko, Peru dan Argentina. Sinopharm menggunakan virus yang inaktif sebagai basis pembuatan vaksinnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Z. Yuwei
Vaksin Sputnik V dari Rusia
Berdasar klaim sendiri, Rusia menyatakan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya ampuh perangi Covid-19. Vaksin yang kini sudah mendapat izin regulasi dari Moskow itu dilaporkan baru melakukan uji klinis fase 1 dan 2 tanpa kejelasan berapa jumlah sampelnya. Vaksinnya berbasis vektor adenovirus manusia yang diizinkan WHO. Penulis: Agus Setiawan
Foto: picture-alliance/dpa/V. Pesnya
7 foto1 | 7
Dihentikan sementara di AS
Sebelumnya pada Selasa (13/04), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) merekomendasikan penyuntikan vaksin J&J dihentikan sementara.
Iklan
Menurut FDA, enam orang penerima vaksin mengalami pembekuan darah langka dalam waktu sekitar dua minggu setelah diinokulasi.
The New York Times melaporkan bahwa keenam kasus pembekuan darah itu ditemukan pada wanita berusia antara 18 dan 48 tahun. Seorang pasien perempuan dilaporkan meninggal dunia, dan yang lainnya telah dirawat di rumah sakit, demikian dilaporkan surat kabar tersebut mengutip para pejabat.
Rekomendasi penangguhan vaksin J&J oleh FDA dibuat bersama-sama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC). Hal ini berarti bahwa saluran distribusi vaksin federal, termasuk lokasi vaksinasi massal, akan menghentikan penyuntikan vaksin sekali pakai itu.
Seluruh negara bagian dan penyedia vaksin lainnya diminta untuk mengikuti rekomendasi tersebut.
Diketahui, vaksin COVID-19 produksi J&J telah mendapat persetujuan darurat oleh regulator AS pada akhir Februari lalu. Lebih dari 6,8 juta dosis vaksin telah diberikan di AS.
Sampai kapan vaksin J&J ditangguhkan?
Komite penasihat CDC akan menggelar pertemuan pada Rabu (14/04) untuk membahas enam kasus pembekuan darah yang dilaporkan. FDA juga dilaporkan akan ikut menyelidiki kasus tersebut.
“Sampai proses itu selesai, kami merekomendasikan penangguhan dalam penggunaan vaksin ini, demi kehati-hatian,” kata Anne Schuchat, wakil direktur utama CDC, dan Dr. Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, dalam sebuah pernyataan bersama.
Tidak hanya di AS, pada pekan lalu Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) juga telah meluncurkan peninjuan terhadap kemungkinan hubungan antara vaksin J&J dengan pembekuan darah.
Peninjauan dilakukan menyusul laporan empat kasus serius “pembekuan darah yang tidak biasa” pascavaksinasi dengan COVID-19 Janssen, demikian disampaikan EMA pada Jumat (09/04, merujuk pada nama anak perusahaan Johnson & Johnson di Eropa.
Komite EMA akan memutuskan apakah tindakan pengaturan lebih jauh diperlukan atau tidak. Hal ini mungkin berarti pembaruan informasi produk, seperti yang dilakukan dengan AstraZeneca.
UE telah menyetujui penggunaan vaksin J&J pada Maret 2021, tetapi negara-negara anggota UE belum mulai menggunakannya. UE memesan 200 juta dosis vaksin J&J pada tahun 2021, cukup untuk hampir setengah dari populasi Eropa. Sementara Inggris memesan 30 juta dosis, tetapi regulator negara belum menyetujui penggunaannya.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Afsel ikut tunda penyuntikan vaksin
Afrika Selatan mengikuti jejak AS dengan memutuskan penangguhan peluncuran suntikan vaksin J%J. Penundaan ini tak pelak semakin menunda program kampanye vaksin yang sejatinya sudah lamban di negara tersebut. Afrika Selatan sejauh ini dilaporkan hanya menyuntikkan vaksin J&J bagi warganya.
Sementara EMA mengatakan pihaknya terus melakukan penyelidikan mandiri atas kasus pembekuan darah yang terjadi, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau justru mengatakan kepada wartawan bahwa negaranya masih mengharapkan pengiriman pertama vaksin tersebut pada akhir bulan. gtp/hp (AFP, AP, Reuters)