Kandidat vaksin malaria selama ini berusaha mencegah parasit masuk ke dalam sel darah merah manusia. Sebuah antibodi yang baru ditemui mendorong pendekatan baru: menjebak parasit di dalam sel darah.
Iklan
Kalau tidak dapat dibasmi - kurung mereka.
Inilah ide di balik penemuan terbaru oleh periset malaria di Amerika Serikat.
Kandidat vaksin malaria keluaran mereka yang bisa dibilang paling menjanjikan adalah sebuah antibodi, yang bertugas melawan sebuah protein yang disebut PfSEA-1.
Parasit malaria membutuhkan protein ini untuk dapat keluar dari sel darah merah manusia begitu selesai bereplikasi di dalamnya.
Malaria Tetap Ancam Warga
Setiap tahunnya malaria merenggut nyawa ratusan ribu orang di seluruh dunia. Akibat penggunaan obat sembarangan serta obat palsu muncul jenis malaria yang resisten terhadap obat. Vaksinasi sejauh ini belum ada.
Foto: picture-alliance/dpa/Wildlife/W.Moeller
Nyamuk Beraksi
Hewan paling berbahaya sedunia adalah nyamuk Anopheles, inang Malaria, yang ukurannya hanya enam milimeter. Akibat penyakit infeksi ini di seluruh dunia satu juta orang meninggal setiap tahunnya. Serangan Malaria pada anak-anak paling banyak berakibat kematian.
Foto: action medeor/Birgit Betzelt
Dimulai Dari Gigitan Nyamuk
Jika nyamuk Anopheles mengigit orang yang terinfeksi Malaria, hewan ini akan menularkannya ke manusia lain yang digigit kemudian. Para peneliti menandai bibit penyakit Malaria dalam tubuh nyamuk dengan protein berwarna hijau. Parasit Malaria berkembang biak dalam tubuh inang, yang kemudian ditularkan pada manusia saat nyamuk mengisap darahnya.
Bibit penyakit malaria adalah Plasmodium. Para peneliti mengisolasi parasit ini dari kelenjar ludah nyamuk, di mana parasit berubah menjadi Sporozoit yang memicu infeksi.
Foto: Cenix BioScience GmbH
Masa Inkubasi 12 Hari
Dalam tubuh manusia Plasmodium mula-mula bersembunyi dalam hati. Orang yang terinfeksi tidak menyadari, hingga parasit ini 12 hari kemudian berubah menjadi Merozoit yang menyerang sel-sel darah merah dan penderita merasakan gejala khas penyakit Malaria.
Foto: AP
Kelambu Penolong Jiwa
Obat paling ampuh melawan Malaria : jangan sampai digigit nyamuk. Repellent yakni minyak atau krem yang dioleskan ke kulit bisa membantu. Yang paling ampuh adalah kelambu, agar saat tidur kita tidak digigit nyamuk Anopheles inang Malaria.
Foto: picture-alliance/dpa
Perlindungan Ganda
Para peneliti mengembangkan kelambu jenis baru yang memiliki keampuhan ganda. Pada benang pembuat kelambu diimbuhkan insektisida yang akan dilepaskan pelan-pelan dan kontinyu. Unsur aktifnya akan membunuh nyamuk yang hinggap pada kelambu.
Foto: Bayer CropScience
Racun Pembasmi Inang Malaria
Jika Malaria sudah mewabah, pemerintah biasanya mengambil langkah drastis, dengan melakukan penyemprotan racun serangga amat keras seperti DDT. Selain membunuh nyamuk, racun ini juga berdampak negatif terhadap lingkungan karena tahan lama serta bisa masuk ke dalam rantai makanan.
Foto: picture-alliance/dpa
Diagnosa Cepat
Uji cepat Malaria dengan setetes darah dapat membuktikan adanya plasmodium dalam darah. Dalam proyek di Afrika, warga yang hasil tesnya positif mendapat obat anti malaria. Tapi uji cepat semacam itu hasilnya tidak selalu dapat diandalkan.
Foto: picture-alliance/dpa
Mengembangkan Kekebalan
Obat-obatan yang selama ini beredar di pasaran, bereaksi dengan menghancurkan parasit dalam darah atau mencegahnya berkembang biak. Tapi kini Plasmodium mengembangkan kekebalan terhadap unsur aktif konvensional seperti Chloroquin. Pemicunya, penggunaan obat sembarangan serta obat palsu. Kini satu-satunya jalan untuk mengatasi Malaria adalah mengembangkan obat baru.
Foto: picture-alliance/dpa
Riset Vaksin
Sejauh ini belum ada vaksin anti Malaria. Uji coba terbaru menunjukkan harapan sukses. Tapi tidak ada yang berani meramalkan, dalam waktu dekat akan berhasil dikembangkan vaksin ampuh anti malaria.
Foto: picture-alliance/ dpa
10 foto1 | 10
Relevansi bagi manusia
Antibodi melawan PfSEA-1 dapat mencegah parasit malaria bereproduksi, setidaknya di dalam laboratorium, seperti yang ditunjukkan tim pimpinan Jonathan Kurtis dari Rumah Sakit Rhode Island. Lebih jauh, disuntikkan sebagai vaksin, antibodi semacam ini dapat memperpanjang hidup tikus percobaan ketika mereka terinfeksi oleh malaria tikus yang paling mematikan, yang menyerupai jenis malaria yang umumnya fatal bagi anak kecil.
Kurtis mengatakan hingga kini belum ada kandidat vaksin yang berhasil melindungi tikus dari penyakit mematikan ini.
"Yang benar-benar membedakan cara kerja kami adalah: kami mulai dari manusia," ujar Kurtis. "Meski sebagian risetnya memakai tikus, eksperimen untuk menemukan vaksinnya dilakukan pada sampel manusia - jadi kami yakin hasilnya juga akan efektif bagi manusia."
Kebal malaria
Peneliti mempelajari 785 anak-anak di Tanzania, semuanya hidup di kawasan berisiko tinggi.
Tubuh sejumlah anak telah mengembangkan kekebalan atas malaria ketika mereka masih berusia sekitar dua tahun: mereka membawa parasit, sehingga tidak jatuh sakit.
"Di laboratorium kami menggelar apa yang kami sebut senam DNA," jelas Kurtis. "Kami menggunakan biologi molekuler untuk mengidentifikasi gen parasit dan protein parasit yang hanya dijumpai pada antibodi anak-anak yang kebal, bukan pada antibodi anak-anak yang rentan."
Mereka menemukan PfSEA-1.
Setelah menggelar eksperimen di laboratorium dengan hewan percobaan, peneliti kembali ke eksperimen lapangan di Tanzania dan menemukan apa yang Kurtis sebut sebagai hasil yang "mengejutkan."
"Anak-anak yang terdeteksi memiliki antibodi atas protein antigen ini tidak pernah terkena malaria parah - ada juga yang tidak pernah sakit malaria sama sekali."
Temuan mereka dapat berperan penting menuju vaksin yang efektif.
Satu vaksin cukup?
Di seluruh dunia, banyak periset yang tengah menyelidiki sekitar seratus kandidat vaksin malaria yang berbeda.
Kandidat terdepan adalah RTS,S. Vaksin ini dikembangkan untuk anak-anak, dan menarget sel hati serta mencegah reproduksi parasit malaria.
RTS,S dapat segera dilempar ke pasar begitu disetujui oleh otoritas kesehatan terkait.
Namun, vaksin ini hanya memiliki efisiensi sekitar 50 persen - separuh dari anak-anak yang divaksin masih akan jatuh sakit - dan meninggal sebagai akibatnya. Sebuah studi terbaru menemukan bahwa efisiensi RTS,S turun setelah empat tahun.