1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Bakal Ada Vaksin mRNA untuk Terapi Kanker?

Louisa Wright
29 Juli 2021

Vaksinasi untuk kanker yang disebabkan oleh virus sebetulnya sudah ada. Namun, pencarian obat untuk kanker masih terus berlangsung. Peneliti sedang menguji coba vaksin kanker mRNA.

Mexiko Covid-19 | Impfkampagne in Chiapas
Foto: Jacob García/El Universal /ZUMAPRESS.com/picture alliance

Sebelum pandemi virus corona, kebanyakan orang tidak mengetahui soal vaksin mRNA. Vaksin mRNA dari Pfizer-BioNTech dan Moderna merupakan vaksin pertama yang digunakan pada manusia untuk melawan COVID-19

Tapi beberapa tahun terakhir teknologinya terus dikembangkan mengobati banyak penyakit, salah satunya diuji pada kanker.

Pertengahan Juni lalu, BioNTech mengumumkan pasien pertama yang telah mendapat terapi menggunakan vaksin kanker eksperimen fase dua yang diberi nama BNT111. Vaksin tersebut menggunakan teknologi yang sama dengan vaksin virus corona mRNA buatan Pfizer-BioNTech.

“Serupa dengan cara kerja vaksin mRNA melawan SARS-CoV-2, vaksin kanker mRNA mengajari sistem imunitas manusia untuk mengenali sejumlah protein yang terdapat pada permukaan sel kanker,” jelas Anna Blakney, seorang asisten profesor Sekolah Teknik Biokimia di Universitas British Columbia, Kanada. 

Vaksin kanker mRNA bertujuan menginstruksikan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker yang membawa protein tersebut.

“Intinya, agar sistem imunitas mengenali sel kanker,” tegas John Cooke, direktur medis Program Terapi RNA di Pusat Jantung dan Vaskular DeBakey, rumah sakit Houton Methodist, Texas.

Kanker merupakan penyebab kematian paling banyak di dunia. Kanker telah menyebabkan kematian sekitar 10 juta orang pada tahun 2020, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia.

Kanker dapat berkembang dan berpotensi membunuh seorang pasien, karena kanker tersebut dapat mengecoh sistem kekebalan tubuh. “Mereka menyerang di bawah radar sistem kekebalan kita,” tambah Cooke.

BioNTech pada pertengahan Juni mengumumkan pasien pertama yang mendapat terapi menggunakan vaksin kankerFoto: Boris Roessler/dpa/picture alliance

Penyesuaian vaksin

Vaksin sering dianggap sebagai obat pencegahan. Namun orang-orang yang mengikuti uji coba BioNTech, justru sudah mengembangkan melanoma tahap lanjut.

"Untuk beberapa jenis kanker, seperti melanoma, ada kemungkinan ditemukannya perubahan yang umum disebabkan oleh kanker tersebut, di antara orang-orang yang sudah terkena penyakit", jelas Cooke pada DW. Pendekatan yang dilakukan oleh BioNTech ini menemukan empat antigen spesifik kanker. Lebih dari 90% melanoma dalam tubuh pasien tersebut memunculkan paling tidak salah satu antigen

Akan tetapi, membuat satu jenis vaksin yang dapat melawan berbagai macam kanker merupakan hal yang sangat sulit.

“Hal yang berbeda pada kanker adalah, hampir semua perubahan pada individu yang terserang kanker merupakan hal yang unik,” kata David Braun, ilmuwan dokter Institut Kanker Dana-Farber, Harvard. “Jarang yang sama antara para pasien.”

Artinya, vaksin tersebut perlu dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Braun bekerja dengan vaksin peptida pada pasien kanker ginjal. Target serangan yang diperintahkan ilmuwan kepada sistem kekebalan tubuh tersebut berbeda-beda, meskipun mereka semua mempunyai jenis kanker yang sama.

“Apa yang sedang kami lakukan ini adalah pendekatan yang lebih personal, semacam pendekatan untuk ketepatan terapi imun, karena kami sedang berusaha untuk membuat vaksin yang dapat disesuaikan untuk setiap pasien,” tegas Braun kepada DW. Pendekatan yang sama juga digunakan dalam vaksin mRNA, tambah Braun.

Hal ini membutuhkan pengurutan DNA dan RNA pasien tumor dan mencari tahu apa yang membuatnya unik.

“Nantinya hal tersebut akan dibandingankan dengan jaringan normal, dan akan dilihat perbedaan jenis kanker tertentu,” kata Cooke, dari rumah sakit Houston Methodist.

Kondisi yang ideal adalah, protein tersebut hanya diproduksi oleh sel kanker. Namun realitasnya, bagian lain dari tubuh, seperti jaringan yang normal, juga dapat memproduksi protein yang sama. Dengan begitu, ada kemungkinan bahwa beberapa jenis respons autoimun dapat muncul, ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan yang sehat, karena menganggap itu adalah jaringan asing.

Vaksin untuk mencegah kanker?

Tergantung jenis kankernya, ada kemungkinan untuk menciptakan vaksin yang dapat mencegah kanker untuk orang-orang yang berisiko mengembangkan beberapa jenis kanker.

Di rumah sakit Houston Methodist, sekelompok ahli biologi kanker sedang membuat vaksin pencegah kanker bagi orang-orang yang berisiko tinggi mengembangkan kanker. Misalnya, orang dengan mutasi pada gen BRCA2 mempunyai risiko mengembangkan kanker payudara.

"Vaksin pencegah tersebut sedang dalam tahap ujicoba pada protein binatang, dan langkah berikutnya adalah membuat RNA-nya", kata Cooke.

Kenapa mRNA?

Bukan hanya karena kesuksesan vaksin mRNA COVID-19 yang membuar ilmuwan tertarik untuk membuat vaksin mRNA untuk penyakit lainnya.

“RNA lebih gampang untuk dibuat,” jelas Cooke pada DW. Banyak vaksin yang sudah ada, berbasis protein, namun dengan vaksin mRNA, ilmuwan hanya perlu menuliskan kode protein, bukannya membuat protein.

Phillip Sharp, profesor biologi MIT, yang ikut memenangkan penghargaan Nobel 1993 dalam bidang fisiologi atau kedokteran untuk penemuan tentang pembelahan gen dan RNA pada tahun 1970an. Hasil karyanya berkontribusi terhadap vaksin mRNA COVID-19 yang disuntikkan pada semua orang di seluruh dunia saat ini.

“Siapa saja yang bereksperimen meneliti RNA mengetahui bahwa kulit manusia ditutupi nuklease yang menghancurkannya, darah manusia penuh dengan nucklease yang dapat menghancurkannya,” kata Sharp kepada DW.

Fakta bahwa ilmuwan menemukan cara untuk melindungi RNA dan membuatnya dalam jumlah yang memadai yang dapat digunakan sebagai vaksin adalah sebuah langkah teknis yang cukup maju, tambahnya.

“Diperlukan banyak inovasi untuk melakukannya,” jelas Sharp. “Sekali kamu mengembangkan teknologi baru, misalnya teknologi mRNA, semua orang akan menggunakannya selama itu dibutukan,”

Cooke meyakini, tidak akan ada sebuah sebuah vaksin universal, yang dapat melawan semua jenis kanker, namun ia percaya bahwa ilmuwan dapat memberantas penyakit infeksi, termasuk juga kanker.

“Kami akan memiliki senjata ampuh lainnya untuk melawan kanker,” tambah Cooke.

(mh/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait