1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vaksin Pertama untuk Malaria Ditemukan

19 Oktober 2011

Dalam memerangi penyakit malaria yang berbahaya, setelah penelitian bertahun-tahun kemungkinan para ilmuwan mencapai terobosan baru.

Anopheles-Mücke, auch Malaria-Mücke genannt, 45-fach vergrößert. (Vergrößerung bei 12cm Kantenlänge) Foto: eye of science/Oliver Meckes (eingestellt 02/2011)
Nyamuk Anopheles atau nyamuk malariaFoto: eye of science/Oliver Meckes

Vaksin uji coba buatan perusahaan farmasi GlaxoSmithKline terbukti ampuh melindungi dari serangan malaria. Demkian data studi besar-besaran yang kini dipublikasikan. Dalam uji coba tersebut substansi bernama RTS'S yang diberikan kepada anak-anak di Afrika berusia antara lima sampai 17 bulan, menurunkan risiko terjangkitnya malaria berat, sampai 50 persen. Dengan demikian substansi itu dapat menjadi obat imunisasi pertama untuk memerangi malaria, yang setiap tahunnya menewaskan 800 ribu orang di seluruh dunia. Kebanyakan korban tewas akibat penyakit malaria yang ditularkan lewat inang itu, adalah anak-anak balita di negara-negara miskin Afrika di selatan Sahara.

"Data ini membawa kami pada ambang adanya vaksin malaria pertama di dunia, yang memiliki potensi memperbaiki harapan hidup bagi anak-anak di kawasan endemik malaria di Afrika.“ Demikian dijelaskan Andrew Witty, direktur perusahaan farmasi Inggris tersebut. Perusahaan GlaxoSmithKline mengembangkan vaksin itu bersama dengan Path Malaria Impfstoff Initiative (MVI), sebuah organisasi pengembangan obat malaria yang dibiayai Yayasan Bill & Melinda Gates. Data studi tersebut hari Selasa (18/10) dipresentasikan di Seattle Amerika Serikat dan sekaligus dipublikasikan di majalah kesehatan New England Journal of Medicine.

Analisa Data 6000 Anak-Anak

Data yang diumumkan adalah hasil uji coba pertama dari sebuah studi yang masih berlangsung, yang melibatkan 11 pusat penelitian di tujuh negara di Afrika. Para ilmuwan menganalisa data dari 6000 anak-anak yang diimunisasi dengan substansi RTS'S dan kemudian diamati selama 12 bulan. Uji coba itu menunjukkan bahwa substansi RTS'S menurunkan 56 sampai 47 persen risiko terjangkit malaria klinis atau berat.

Pada sekitar 75 persen responden uji coba juga diperlengkapi dengan kelambu nyamuk yang menggunakan racun serangga. Menurut perkiraan Christian Loucq dari Organisasi Path MVI vaksin imunisasi itu merupakan pelengkap dari metode lainnya bagi pencegahan malaria, yang baik untuk melindungi dari penyakit tersebut. Hasil uji coba substansi RTS'S terhadap bayi berusia enam sampai 12 minggu baru akan diketahui akhir tahun 2012. Menurut GlaxoSmithKline vaksin itu jika perkembangan selanjutnya juga berjalan baik, akan dapat dipasarkan tahun 2015.

Dyan Kostermans/DW/Reuters

Editor: Agus Setiawan