Vaksin untuk Pengunjung Diskotik dan Kelab di Berlin
Brenda Haas | Sven Töniges | Kevin Tschierse
13 Agustus 2021
Eksperimen COVID-19 terbaru di Berlin melibatkan para 'clubbers' untuk menguji keampuhan vaksin di diskotik dan kelab malam. Tujuannya untuk memungkinkan lagi kehidupan malam bagi generasi muda dan penggemar pesta.
Iklan
Diskotik dan kelab di Berlin sekarang menawarkan vaksin gratis, dan para 'clubbers' rela menjadi peserta eksperimen Covid terbaru untuk membuka kembali bisnis dan kehidupan malam.
Eksperimen itu dinamakan "Clubculture Reboot" dan sudah dimulai akhir pekan lalu. Para clubbers yang belum divaksinasi ditawarkan mendapat vaksin dosis pertama disela-sela raungan musik para DJ terkenal.
Eksperimen itu adalah proyek bersama Palang Merah Jerman dengan Asosiasi Kelab Berlin. Ada tiga sesi "Vaksinasi Malam Panjang" yang masih akan digelar pada tanggal 9, 11, dan 13 Agustus. Sebelumnya, sekitar 2.000 orang sudah diizinkan berpesta di enam kelab terpilih di Berlin selama akhir pekan tanggal 6 sampai 8 Agustus.
Eksperimen ini menargetkan kelompok muda yang akan mendapat vaksinasi BioNTech-Pfizer antara pukul 20.00 hingga tengah malam. Siapa saja bisa ikut serta, apakah dia penduduk Berlin atau tidak. Namun, remaja di bawah 18 tahun harus menunjukkan formulir persetujuan yang ditandatangani oleh orang tua atau walinya. Vaksinasi juga hanya bisa dilakukan untuk usia 16 tahun ke atas.
Clubbers dan DJ jadi relawan Covid
Arena Club, salah satu tempat hiburan malam utama di Berlin, sekarang berubah menjadi satu dari lima sentra vaksinasi terbesar di ibu kota Jerman. Acara pesta dan atraksi tetap akan dilanjutkan, dengan melibatkan beberapa DJ terkenal.
Iklan
Sebastian Schwarz dari duo DJ Tiefschwarz, yang telah menjadi sukarelawan sejak awal, mengatakan: "Ini luar biasa, empati dan kebaikan orang-orang yang bekerja bersama di sini. Saya benar-benar kagum, bagaimana orang-orang rela berdiri di sini dengan payung di tengah hujan Berlin, hanya untuk bisa masuk ke sini. Ini seperti berada di sebuah festival."
Antusiasme pengunjung bisa dipahami, karena deretan acara menampilkan nama-nama tersohor di Berlin: Midas 104, Tama Sumo, dan ratu queer Gloria Viagra. Kementerian Kesehatan Berlin melaporkan, pada hari Senin malam (09/08) ada 420 orang muda yang bersedia divaksinasi.
Potret Pandemi COVID-19 dalam Seni Jalanan Internasional
Pandemi virus corona telah berlangsung sejak tahun 2020. Dari Wuhan hingga Meksiko, DW merangkum potret pandemi yang ditampilkan dalam seni jalanan di berbagai negara.
Foto: Getty Images/AFP/P. Pardo
Wuhan, Cina
Pada awal tahun 2020, epidemi itu menyebar ke seluruh pelosok Wuhan di Cina. Kemudian pada 11 Maret, WHO secara resmi mengumumkan wabah COVID-19 sebagai pandemi. Seni jalanan di kota Wuhan ini menggambarkan dua perawat yang mengenakan alat pelindung diri lengkap saat melawan virus corona.
Foto: Getty Images
Italia
Wabah corona melanda Italia hingga menyebabkan seluruh ranjang perawatan di rumah sakit terisi penuh. Seluruh negeri terdampak, pariwisata juga ditutup. Lukisan mengenai pandemi tergambar dengan indah di Roma, menampilkan dua kekasih yang menaati protokol kesehatan.
Foto: Andreas Solaro/AFP/Getty Images
Jerman
Pada saat wabah corona merebak di Jerman, tisu toilet menjadi komoditas yang habis diborong warga hingga toko-toko harus membatasi pembelian. Karya seni di Berlin yang dibuat oleh Eme Freethinker ini menggambarkan sosok Gollum dari "Lord of the Rings" yang sedang melihat Tupai Scrat dari "Ice Age" mencuri gulungan tisu toilet.
Foto: Maja Hitij/Getty Images
Meksiko
Seniman grafiti di seluruh dunia mengidolakan para perawat yang telah berjuang melawan wabah COVID-19. Dalam lukisan karya seniman urban Applez di Meksiko, figurnya seorang petugas kesehatan memakai masker berlogo Superman.
Foto: Getty Images/AFP/P. Pardo
Australia
Gambar yang menghargai jasa petugas kesehatan terpampang di sebuah lokasi di Melbourne, Australia. Grafiti itu dilukis untuk memperingati Hari Perawat Internasional pada 12 Mei 2020, yang dirayakan untuk menghormati Florence Nightingale, pendiri keperawatan modern Inggris yang lahir pada tanggal yang sama, 200 tahun lalu.
Foto: AFP/W. West
Skotlandia
Seorang pejalan kaki melewati lukisan jalanan di Glasgow, Skotlandia. Inggris memberlakukan pembatasan alias lockdown ketat pada Desember 2020 setelah varian baru virus corona yang sekarang disebut sebagai "varian Inggris", mulai menyebar dengan cepat.
Foto: Andy Buchanan/AFP/Getty Images
Yunani
Karya seni ini berada di samping sebuah rumah sakit di Thessaloniki, Yunani, sebuah tempat untuk merawat bagi tenaga medis, ketika pertama kali 14 orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona SARS-Cov-2 pada musim panas 2020.
Foto: Sakis Mitrolidis/AFP/Getty Images
Senegal
Sejak tahun 2020, banyak dari kita yang mulai menerapkan tren pola hidup sehat. Anggota kelompok grafiti Senegal, RBS CREW melukisi dinding Universitas Cheikh Anta Diop di Dakar dengan grafiti yang menggambarkan seorang pria yang menekuk siku saat bersin, sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus COVID-19.
Foto: Getty Images/AFP/Seyllou
India
Seorang warga India yang memakai masker berjalan melewati grafiti Buddha yang juga mengenakan masker bedah biru serupa. Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, yang tinggal di India utara, mendapat dosis pertama vaksin virus corona pada 6 Maret lalu dan mengimbau orang-orang untuk melakukan hal yang sama.
Foto: Getty Images/AFP/I. Mukherjee
Irlandia
Sebuah mural yang dibuat seniman Emma Blake, meniru lukisan terkenal "We Can Do It!". Dalam perang melawan virus corona, pertempuran terjadi di seluruh rumah sakit di dunia, sama seperti yang digambarkan dalam lukisan di Dublin, Irlandia.
Foto: Reuters/J. Cairnduff
New York, AS
Ketika mantan Presiden AS Donald Trump menjabat, dia sempat meremehkan bahaya virus corona. Sebuah mural yang mengejek mantan presiden tersebut dilukis oleh seniman jalanan Pure Genius di New York.
Foto: Timothy A. Clary/AFP/ Getty Images
Belanda
Seorang gadis memegang hati yang berwarna bendera Belanda, dilukis sebagai tanda harapan bagi mereka yang menderita akibat virus corona. Pada bulan Januari dan Februari lalu, bentrokan pecah antara polisi anti huru hara dan penduduk Belanda yang marah karena diberlakukannya lockdown.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Dejong
Kenya
Warga Nairobi terlihat berjalan melewati lukisan virus corona yang tampak bertampang kejam. Saat ini Kenya mendistribusikan vaksin AstraZeneca, sehingga menjadikannya negara Afrika Timur pertama yang melaksanakan program vaksinasi massal. (ha/as)
Foto: Getty Images/AFP/S. Maina
13 foto1 | 13
Eksperimen clubbing untuk mengembalikan kebebasan
Selama eksperimen, semua pengunjung - apakah divaksinasi atau tidak - harus menjalani tes PCR dulu sebelum masuk ke kelab, lalu beberapa hari setelah acara ada tes ulang. Asosiasi Kelab Berlin dalam siaran persnya mengatakan, ada kebutuhan mendesak untuk menyusun konsep kesehatan yang memungkinkan acara dalam ruangan tanpa masker atau menjaga jarak. Itu sebabnya perlu dilakukan uji coba ilmiah.
Pemantauan ilmiah akan dilakukan oleh rumah sakit Charite Berlin yang punya reputasi internasional. Tim peneliti yang menyusun kerangka kerja, melakukan penelitian dan megnumumkan hasilnya, kata Senator untuk Kebudayaan Berlin, Klaus Lederer.
Operator kelab di seluruh Jerman memang sedang mencari cara memulai lagi acara di dalam ruangan pada bulan Oktober, mengingat vaksinasi di Jerman sudah cukup maju. Asosiasi Tempat Pertunjukan Musik Jerman, LiveKomm, dalam rilisnya juga mengatakan, budaya kelab adalah budaya kebebasan sosial, yang tidak boleh mati dalam"dekapan panjang pandemi".