Beberapa negara memprioritaskan lansia mendapat vaksinasi COVID-19. Namun program vaksinasi di Indonesia justru menempatkan influencer dalam kelompok awal penerima vaksin. Apa alasannya?
Iklan
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kelompok prioritas penerima vaksin, yakni tenaga kesehatan, tokoh agama, tenaga pendidik, aparatur pemerintah, peserta BPJS, dan masyarakat berusia 18-59 tahun. Keenam kategori tersebut tidak mencantumkan kelompok lansia (masyarakat berusia di atas 60 tahun).
Alasan keamanan dan keterbatasan jumlah vaksin Sinovac diyakini menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk tidak memasukkan kelompok lansia di tahap awal program vaksinasi. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), lansia dimasukkan ke dalam tahap kedua vaksinasi.
Tapi saat ini, Lansia sudah dijadikan salah satu sasaran prioritas penerima vaksinasi COVID-19, meski sebelumnya sempat tidak dimasukkan dalam kelompok penerima awal. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa ini merupakan bentuk komitmen pemerintah menjamin hak kesehatan.
Keputusan pemerintah tersebut diapresiasi Ketua Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof. Iris Rengganis. "Karena vaksinnya pun terbatas dan biarkan saja untuk garda terdepan dahulu yang memang masuk usia itu, tetapi tidak mempunyai komorbid (penyakit penyerta)," ucapnya.
BPOM tunggu hasil uji klinis Brasil dan Cina
Dari segi medis, penggunaan vaksin Sinovac untuk kelompok usia lanjut di Indonesia saat ini belum bisa dilakukan. Pasalnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) masih menunggu hasil uji klinis fase tiga dari Brasil dan uji klinis fase satu dan dua yang dilakukan di Cina. Nantinya setelah Brasil melakukan uji klinis tahap akhir vaksin Sinovac, Indonesia tidak akan mengulang pengujian vaksin tersebut bagi lansia.
Juru bicara vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, Dokter Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, kemungkinan penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia diproyeksikan terjadi pada Maret mendatang.
"Jadi mungkin pada tahap ketiga atau keempat, ini tentunya sangat tergantung dengan data uji klinis tahap tiga Sinovac di Bandung yang baru akan selesai pada bulan Maret 2021. Memungkinkan penggunaan Sinovac (bagi lansia) tetapi perlu data yang lebih akurat. Adapun vaksin yang sudah memiliki data dan sudah jelas itu kan AstraZeneca dan BioNTech/Pfizer, tetapi kedua vaksin tersebut, terutama AstraZeneca kemungkinan baru akan tiba di Indonesia sekitar Mei atau Juni 2021,” ungkapnya.
Epidemiolog dan Peneliti Pandemi Griffith University, Dicky Budiman menjelaskan perbedaan vaksin Sinovac dengan BioNTech/Pfizer ada pada proses riset.
"Setelah saya analisa dan tanya langsung ke penelitinya, mereka (peneliti BioNTech/Pfizer) melakukan dan lead langsung (risetnya), tetapi kalau Sinovac diserahkan ke masing-masing negara, termasuk Brasil, Turki, Chili, Bangladesh, dan Indonesia. Kita bisa melihat masing-masing seperti BUMN-nya lah itu melakukan riset ini dengan desainnya masing-masing dan pertimbangan masing-masing, seperti yang kita lihat di Indonesia adalah 18-59 tahun, salah satu yang disampaikan alasannya memang dianggap lebih cepat imunitasnya walaupun itu bisa diperdebatkan ya,” ucapnya.
Meskipun demikian, langkah pemerintah Indonesia dalam memilih untuk mendahulukan warga yang berusia produktif (18-59 tahun) dalam daftar pertama penerima vaksin, sangat berbeda dengan kebijakan di kebanyakan negara barat, yang menempatkan lansia di urutan penerima pertama vaksin COVID-19.
Iklan
Alasan mobilitas kelompok usia produktif
Dokter Nadia menyatakan, pertimbangan memasukkan kelompok usia produktif dalam prioritas penerima vaksin adalah karena mereka merupakan pelaku ekonomi aktif yang beraktivitas di luar rumah. Mengingat klaster keluarga menjadi salah satu penyumbang terbesar kasus COVID-19 di Indonesia, pelaksanaan vaksinasi pada mereka yang berusia 18-59 tahun diyakini dapat memutus mata rantai penularan klaster tersebut.
"Kita tahu bahwa kelompok ini merupakan mayoritas kelompok yang melakukan aktivitas ekonomi. Lansia cenderung tidak melakukan aktivitas di luar rumah, karena mereka bukan tulang punggung ekonomi keluarga. Yang terjadi di Indonesia klaster keluarga cukup tinggi, jadi kita tentunya memberikan vaksinasi kepada mereka yang berusia 18-59 tahun, dan kita punya dua keuntungan ya. Pertama, kita memberikan perlindungan antibodi kepada kelompok usia produktif yang merupakan pelaku ekonomi. Kedua, kita bisa memutus rantai penularan di klaster keluarga,” kata Nadia kepada DW.
Sementara epidemiolog Dicky mengungkapkan jika pemilihan populasi usia 18-59 tahun karena berdasarkan penilaian mereka lebih mobile dibanding kelompok lansia, maka alasan tersebut bisa terbantahkan.
"Ada semacam argumen ‘ini mobile banget yang usia produktif, sedangkan yang usianya di atas itu tidak mobile' ini tidak terlalu bisa dibenarkan, secara riset pun itu terbantahkan. Kemudian argumen lain ‘oh yang respon imunitas paling bagus usia yang 18-59 tahun' ini pun bisa diperdebatkan, karena ada riset yang menyatakan pada usia produktif dan lansia hampir sama respon imunitasnya setelah divaksin,” kata Dicky ketika dihubungi DW.
Namun Dicky menyatakan, sejauh ini kebijakan pemerintah masih berada dalam koridor yang bisa diterima, lantaran kelompok tenaga kesehatan menjadi salah satu prioritas penerima vaksin pada gelombang pertama.
Linimasa Perjalanan COVID-19 di Indonesia
Dua tahun sudah Indonesia berjibaku memerangi pandemi COVID-19. Indonesia pun jadi salah satu negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia. DW merangkum fakta-fakta tentang penyebaran virus corona di Indonesia.
Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Kasus pertama mucul pada 2 Maret 2020
Tanggal 2 Maret 2020, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Joko Widodo didampingi Menkes kala itu Terawan Agus Putranto umumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Dua perempuan asal Depok yakni seorang ibu (64) dan putrinya (31) dilaporkan positif COVID-19 setelah diduga tertular WNA asal Jepang. Kala itu Menkes Terawan mengimbau masyarakat tak panik. "Enjoy saja, makan yang cukup," ujarnya.
Foto: DW/P. Kusuma
Menteri pertama positif COVID-19
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi jadi pejabat negara pertama yang terkonfirmasi positif COVID-19 pada pertengahan Maret 2020. Edhy Prabowo yang saat itu masih menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan juga dikabarkan positif COVID-19, begitu juga dengan Fachrul Razi saat masih menjabat Menteri Agama. Terakhir, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga positif COVID-19 pada awal Desember 2020.
Foto: picture alliance/AA/E. S. Toyudho
Bukan lockdown
Pada 31 Maret 2020, bertempat di Istana Bogor, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB yang diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020. Setiap daerah dapat mengajukan penerapan PSBB yang nantinya disetujui oleh Menteri Kesehatan RI. Tampak pada gambar salah satu stasiun MRT di Jakarta ditutup selama PSBB.
Foto: DW/A. Muhammad
Langkah 'extraordinary'
Dalam rapat terbatas pada 18 Juni 2020 di Istana Merdeka, Jokowi menegaskan jajarannya untuk bekerja lebih dari "biasa-biasa saja" mengacu kepada situasi darurat pandemi COVID-19 saat ini. Ia mengatakan belanja kementerian, salah satunya Kementerian Kesehatan tergolong rendah padahal anggaran sebesar Rp 75 triliun sudah disediakan. Jokowi juga mengancam akan melakukan reshuffle kabinet.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Vaksin Merah Putih
Indonesia sendiri tengah mengembangkan vaksin virus corona melalui tiga institusi yang dipunya salah satunya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Dalam wawancara eksklusif dengan DW Indonesia, Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan pihaknya tengah memetakan tipe virus corona yang ada di Indonesia. Ia optimis vaksin siap diproduksi massal pada tahun 2021 setelah lalui proses uji klinis.
Foto: Eijkman Institute
Kalung Antivirus Corona
Awal bulan Juli 2020, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) merilis produk kalung Eucalyptus yang diberi nama "Kalung Antivirus Corona''. Kalung berisi Eucalyptus (kayu putih) ini diklaim dapat berpotensi membunuh virus corona penyebab COVID-19. Kalung ini pun menuai tanggapan beragam dari berbagai pihak. Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap memproduksi massal kalung tersebut.
Foto: DetikHealth/A. Reyhan
Kluster baru bermunculan
Kenaikan kasus COVID-19 pun dilaporkan di berbagai tempat. Pada 9 Juli 2020, Indonesia mencatat kasus harian 2.657 kasus positif. Dari angka tersebut diketahui sebanyak 1.262 kasus dari Secapa AD di Hegarmanah, Kota Bandung. Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito pada akhir Novermber 2020 mengatakan semakin marak timbul kluster baru COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia.
Foto: Reuters/Beawiharta
Uji klinis di Bandung
Bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi asal Cina, Sinovac, Indonesia melalui PT Bio Farma tengah melakukan uji klinis tahap tiga vaksin corona mulai awal Agustus tahun ini. Lokasi uji klinis di enam titik kota Bandung. Sebanyak 1.620 relawan dilibatkan dalam pengembangan vaksin, tak terkecuali Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Presiden Joko Widodo (kiri) saat mengunjungi PT Bio Farma (11/08).
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Pilih vaksin Sinovac asal Cina
Pada 7 Desember 2020 Indonesia menerima 1,2 juta dosis vaksin Sinovac buatan Cina. Kemudian pada 31 Desember 2020 Indonesia kembali menerima 1,8 juta dosis vaksin Sinovac. Pada 11 januari 2021 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya resmi memberikan izin darurat penggunaan vaksin tersebut. Berdasarkan evaluasi BPOM menunjukkan efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac mencapai 65,3 persen.
Foto: Presidential Palace/REUTERS
Vaksinasi perdana 13 Januari 2021
Presiden Joko Widodo jadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin corona. Bertempat di Istana Negara, Jokowi disuntik vaksin Sinovac pada Rabu (13/01), pukul 09.42 WIB oleh Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan Prof. Abdul Muthalib. Selain Jokowi, Panglima TNI, Kapolri, Ketua IDI, tokoh agama, dan juga influencer turut mengikuti vaksinasi ini.
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Lebih dari 14 ribu kasus dalam satu hari
Kasus harian baru COVID-19 terus bertambah. Tercatat jumlah kasus terkonfirmasi virus corona bertambah 6.680 kasus pada 1 Maret 2021. Sebelumnya, Indonesia sempat memecahkan rekor dengan 14.518 kasus dalam satu hari pada 30 Januari 2021. Hingga kini, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus positif kumulatif COVID-19 terbanyak, sedikitnya 339.735 kasus. Disusul Jawa Barat dengan 211.212 kasus.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Raharjo
Vaksinasi tahap kedua
Setelah melakukan vasinasi tahap pertama kepada sedikitnya 1,46 juta tenaga kesehatan, Indonesia melakukan vaksinasi tahap kedua yang menyasar lansia dan pekerja publik. Dalam foto tampak Presiden Joko Widodo saat meninjau pelaksanaan vaksinasi terhadap sekitar 5.500 pekerja media di Hall A Basket Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, 25 Februari 2021.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Tertinggi di Asia Tenggara
Hingga awal Maret 2021, Indonesia menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi ke-4 di Asia. Selain itu, kasus kematian di Tanah Air juga menjadi yang tertinggi ke-3 di Asia, di bawah India dan Iran. Sedikitnya tercatat 36 ribu kematian COVID-19 di negara berpenduduk 270 juta jiwa ini.
Foto: picture-alliance/Zumapress/Sijori Images
Varian Delta asal India sempat dominasi kasus aktif di Jakarta
Virus corona terus bermutasi dalam banyak varian. Varian B.1.617 atau Delta jadi varian yang sempat mendominasi 90% kasus aktif di Jakarta pada Juli 2021. Pertama kali teridentifikasi di India pada akhir 2020. Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat kasus perdana varian Delta di Indonesia pada Mei 2021.
Foto: Jam Sta Rosa/AFP
Varian Omicron terdeteksi Desember 2021
Seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet Jakarta terkonfirmasi sebagai pasien 0 dari transmisi lokal Omicron pada 16 Desember 2021. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan lima kasus probable COVID-19 varian Omicron. Dua kasus tersebut di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI), sedangkan tiga orang lainnya merupakan WN Cina.
Foto: DADO RUVIC/REUTERS
Vaksinasi booster COVID-19
Presiden Jokowi mengumumkan pemberian vaksinasi booster gratis mulai 12 Januari 2022 untuk seluruh masyarakat Indonesia. Prioritas diberikan pada usia lanjut dan kelompok rentan. Namun, vaksin booster juga bisa didapatkan semua warga berusia 18 tahun ke atas yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap minimal 6 bulan. Vaksinasi dilaksanakan di fasilitas kesehatan milik pemerintah. (rap/vlz, mh/ha)
Foto: Chaider Mahhyuddin/AFP/Getty Images
16 foto1 | 16
Vaksinasi dan influencer
Strategi pemerintah Indonesia dalam hal pembagian vaksin COVID-19 menuai pro dan kontra, terlebih saat melibatkan influencer. Jubir Vaksinasi COVID-19, dokter Nadia menjelaskan bahwa upaya memanfaatkan influencer merupakan strategi komunikasi program vaksinasi.
"Terlepas dari siapa sosok influencer secara pribadi, sebenarnya dengan menggandeng influencer itu juga merupakan salah satu strategi komunikasi dalam pelaksanaan vaksinasi. Kita memang memanfaatkan bukan hanya tokoh masyarakat, tokoh agama, tetapi dengan kondisi saat ini juga influencer memegang peranan penting ya,” katanya.
Epidemiolog Dicky Budiman menilai keputusan pemerintah menggaet sosok influencer masuk dalam deretan teratas penerima vaksin, bukan sebuah kebijakan yang tepat dan tidak terlalu lazim.
"Memang ini tidak terlalu lazim ya. Strategi secara umum itu kita tentu akan memprioritaskan sebagaimana yang terjadi di negara lain. Pesan yang ingin saya ingatkan kepada pemerintah adalah setiap pemilihan kebijakan, strategi, dan tindakan dalam situasi pandemi ini harus berbasis science. It's a must. Termasuk memilih influencer,” ucapnya.
Dicky menjelaskan riset terbaru menyebutkan dua profesi yang memiliki dampak positif besar dalam kaitan vaksinasi COVID-19 sebagai bagian dari public campaign, mereka adalah politisi dan ahli kesehatan yang berpengaruh.
"Termasuk pemerintah Australia, (segala kebijakan yang diambil) berdasarkan pada riset ini. Mereka tidak mau pakai influencer artis atau segala macam, karena riset itu juga mengatakan bisa kontra produktif. Dalam kesehariannya, banyak artis yang tidak memahami kaitan pandemi dengan upaya 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas),” papar Dicky.
Strategi komunikasi yang salah?
Pemerintah Indonesia sejatinya berharap, influencer mampu menarik perhatian masyarakat ,agar bersedia menjalani vaksinasi COVID-19. Namun adanya "insiden" yang dilakukan seorang influencer ”pilihan”, dengan melakukan aktivitas yang tidak menerapkan protokol kesehatan setelah menerima vaksin, justru memicu permasalahan baru.
Dokter spesialis alergi dan imunologi, Prof Iris menolak untuk berkomentar banyak terkait hal itu. Namun sangat menyayangkan kejadian tersebut. Ia menegaskan sikap disiplin sudah sepatutnya muncul di setiap diri warga terlepas dari status sosial mereka.
”Saya mengimbau masyarakat lebih disiplin menjalankan protokol kesehatan mengingat pandemi sudah berlangsung hampir satu tahun akan tetapi selama delapan bulan terakhir justru kasus terus mengalami peningkatan tajam. Vaksin bukan akhir dari segalanya. Meski sudah disuntik vaksin, apabila tidak menerapkan protokol kesehatan maka ada kemungkinan tetap akan tertular,” jelasnya.
Istana Kepresidenan menyebut telah menegur influencer yang bersangkutan terkait aktivitasnya yang terlihat berkumpul bersama sejumlah artis tanpa mengindahkan protokol kesehatan pada Rabu malam (13/01). Tindakan sang influencer tersebut menjadi sorotan publik lantaran ia masuk dalam daftar orang pertama yang menerima vaksin COVID-19 bersama Presiden Joko Widodo.
Kepala Sekretariat Kepresidenan Heru Budi Hartono mengatakan, tidak akan ada lagi influencer yang dilibatkan dalam vaksinasi COVID-19. "Tentunya tahap berikutnya sudah tidak ada itu (influencer) bergulir, sebagaimana jadwal dari Kementerian Kesehatan,” terangnya. (ha/as)
Inilah Efek Samping Vaksin Corona
Reaksi tubuh jika divaksin menandakan kita membangun kekebalan terhadap bibit penyakitnya. Tapi kadang ada efek samping serius yang kasusnya individual. Kenali apa saja efek samping vaksin corona.
Foto: Robin Utrecht/picture alliance
Vaksin Biontech-Pfizer
Pada fase uji klinis, unsur aktif BNT162b2 dari perusahaan BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS tidak menunjukkan efek samping serius. Tapi setelah mendapat izin, vaksin mRNA ini tunjukkan reaksi alergi berat pada beberapa orang, bahkan tiga mengalami gejala syok anaphylaktis. Ketiga orang itu tidak punya riwayat alergi. Karenanya pengidap alergi disarankan konsultasi sebelum divaksin.
Foto: Jack Guez/Getty Images/AFP
Vaksin Moderna
Vaksin mRNA-1273 dari perusahaan Moderna AS, pada prinsipnya sangat mirip dengan vaksin BioNTech/Pfizer. Setelah dilakukan vaksinasi, muncul laporan efek samping berupa reaksi alergis. Dan pada kasus sangat kecil, kelumpuhan sementara saraf wajah. Efek samping diduga dipicu partikel lipid nano yang menjadi transporter unsur aktifnya, yang diuraikan oleh tubuh.
Foto: Jospeh Prezioso/AFP/Getty Images
Vaksin AstraZeneca - Universitas Oxford
Inggris memberikan izin darurat penggunaan vaksin AstraZeneca yang unsur aktifnya disebut AZD 1222. Berbeda dengan dua vaksin yang pertama mendapat izin, vaksin buatan perusahaan Inggris/Swedia ini adalah vaksin vektor yang dikembangkan dari virus flu simpanse yang dilemahkan. Sejauh ini belum ada efek samping vaksin yang dilaporkan, selain reaksi normal yang khas.
Foto: Gareth Fuller/AP Photo/picture alliance
Vaksin Sputnik V
Rusia sudah izinkan vaksin Sputnik V buatan pusat riset Gamaleja di Moskow, Agustus 2020. Padahal uji klinis fase 3 dengan sampel luas belum dilakukan. Vaksin menggunakan dua unsur aktif adenovirus berbeda yang dimodifikasi. Walau kontroversial, ratusan ribu orang di Rusia, Belarus, India, Brasil, UAE dan Argentina telah divaksin Sputnik V. Tidak ada laporan resmi mengenai efek samping.
Foto: Maria Eugenia Cerutti/AFP
Vaksin Sinovac Biotech
Cina izin darurat penggunaan vaksin Sinovac sejak Juli 2020. Unsur aktif vaksin yang diberi nama CoronaVac adalah virus inaktif. Uji klinis fase 3 secara massal telah dilakukan di Indonesia, Turki dan India. Laporan resmi efek samping yang dirilis perusahaan di Beijing itu sebutkan kurang dari 5% keluhkan reaksi yang umum. Indonesia sejauh ini telah menerima 3 juta dosis vaksin Sinovac. (as/vlz)