1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Varian Lambda Diprediksi Sudah Ada di Seluruh Amerika Latin

29 Juli 2021

WHO klasifikasikan C.37 sebagai Variant of Interest setelah merebak di sejumlah negara. Kini varian Lambda menjadi penyebab sebagian besar infeksi wabah corona baru di Peru.

Seorang perempuan penderita COVID-19 di Peru bernapas dengan bantuan oksigen
Di Peru ada lebih dari 2,1 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasiFoto: Rodrigo Abd/AP/picture alliance

Diklasifikasikan sebagai Varian of Interest oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 17 Juni, varian Lambda, atau C.37 virus corona telah terdeteksi di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS) dan setidaknya 29 negara yang mayoritas terletak di Amerika Latin.

Di Peru, tempat varian ini pertama diidentifikasi pada Agustus 2020, varian Lambda menyumbang lebih dari 80% infeksi baru pada bulan Juni. Varian ini menyebar dengan cepat di Cile, Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Meksiko.

"Sejauh ini kami tidak melihat indikasi bahwa varian Lambda lebih agresif," kata ahli virologi WHO, Jairo Mendez-Rico, kepada DW.

"Ada kemungkinan bahwa varian ini menunjukkan tingkat infeksi lebih tinggi, tetapi kami belum memiliki cukup data yang dapat diandalkan untuk membandingkannya dengan Gamma atau Delta."

Vaksinasi tetap dianjurkan

Varian virus corona SARS-CoV-2 yakni Alfa (B.1.1.7), Beta (B.1.351), Delta (B.1.617.2), dan Gamma (P.1) dikategorikan sebagai Variant of Concern oleh WHO. Klasifikasi ini menunjukkan bahwa varian-varian tersebut lebih menular, lebih sulit diobati, dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius.

"Kemungkinan SARS-CoV-2 akan menjadi lebih menular selama evolusinya tetapi tidak melulu bersifat lebih merusak terhadap inangnya," kata Mendez-Rico.

Banyak ilmuwan percaya bahwa pandemi virus corona tidak akan berakhir sampai setidaknya 80% populasi dunia telah divaksinasi. Varian-varian baru seperti Lambda bisa terus bermunculan hingga target vaksinasi global itu tercapai.

Mendez-Rico mengatakan vaksinasi tetap menjadi pertahanan yang paling efektif: "Semua vaksin yang telah kami setujui di seluruh dunia umumnya efektif melawan varian virus corona yang kini beredar, dan tidak ada alasan untuk mencurigai vaksinasi itu kurang efektif terhadap varian Lambda."

Tingginya jumlah korban di Peru

Ahli virologi Pablo Tsukayama dan timnya di Universitas Cayetano Heredia Lima di Peru selama berbulan-bulan telah melacak evolusi varian Lambda di negara itu setelah mengidentifikasinya melalui pengujian genom. Mereka menemukan bahwa varian ini menyebar lebih cepat daripada varian yang dianggap jauh lebih berbahaya oleh WHO, bahkan mengalahkan varian Gamma, yang telah merajalela di negara tetangga Brasil.

Peru tengah kewalahan menghadapi penyebaran varian Lambda virus corona SARS-CoV-2Foto: Rodrigo Abd/AP/picture alliance

"Pada Desember terdapat 200 infeksi varian Lambda," kata Tsukayama. "Pada akhir Maret, varian ini ditemukan di setengah dari semua sampel yang diambil di Lima. Sekarang, tiga bulan kemudian, kami melihat lebih dari 80% dari semua infeksi secara nasional. Lambda telah menjadi varian dominan di Peru dalam waktu yang sangat singkat."

Tsukayama mengatakan varian Lambda lebih mudah menular, yang membuatnya menyebar begitu cepat di Peru. "Dengan 187.000 kematian dan tingkat kematian tertinggi di dunia, kami adalah negara yang paling sedang berjuang melawan virus corona," katanya pada bulan Juni.

Jadi episentrum kemunculan varian baru?

Amerika Latin - dengan lebih dari 1,4 juta kasus kematian akibat virus corona - bisa menjadi episentrum baru bagi munculnya berbagai varian virus corona. Di Kolombia, misalnya, B.1.621 yang sangat menular, varian ini pertama kali terdeteksi di sana pada bulan Januari, dan semakin menyebar.

Kombinasi dari sistem perawatan kesehatan yang kini telah kewalahan, populasi yang mayoritas bergantung kepada pekerjaan tidak tetap tanpa kesempatan untuk mematuhi protokol kesehatan dan kurangnya vaksin telah membuktikan wilayah ini sebagai tempat bagi varian Lambda untuk berkembang biak dengan sempurna. Dengan pengecualian Chili dan Uruguay, yang telah memvaksinasi lebih dari 60% warganya, pelaksanaan vaksin di seluruh Amerika Latin dinilai masih jauh tertinggal. 

"Sangat mungkin varian baru akan muncul saat gelombang ketiga infeksi virus corona selama musim dingin Amerika Selatan antara Juli dan September," kata Tsukayama. "Varian-varian ini mungkin tidak lebih mematikan tetapi mereka pasti akan lebih menular."

Setelah konferensi donor inisiatif vaksin COVAX pada awal Juni, dana senilai sekitar €8 miliar kini tersedia untuk kampanye vaksinasi di negara-negara miskin. Itu berarti sekitar 1,8 miliar dosis vaksin virus corona dapat didistribusikan ke 90 negara pada awal tahun depan. Itu tidak akan mengakhiri krisis. Dunia tampaknya perlahan menyadari bahwa pandemi hanya bisa dikalahkan secara global.

"Sekarang negara-negara kaya harus dengan cepat mengangkut vaksin sebanyak mungkin ke negara-negara miskin; jika tidak, varian baru akan terus bermunculan," kata Tsukayama. Moto yang mengatakan bahwa 'tidak ada yang benar-benar aman sampai semua orang aman' masih berlaku saat menyangkut virus corona. (ae/gtp)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Oliver Pieper Reporter meliput isu sosial dan politik Jerman dan Amerika Selatan.