Sebastian Vettel berjanji tidak akan "terbiasa" untuk selalu menang. Bahkan setelah menang delapan kali berturut-turut. Usai GP di Texas, Vettel sukses mematahkan rekor idolanya Michael Schumacher.
Iklan
Tim balapan Formula 1 Red Bull dan pembalapnya Sebastian Vettel terus memecahkan rekor demi rekor. Mereka tidak hanya meraih semua gelar dalam empat tahun terakhir. Tahun ini dominasi Red Bull berada di tingkat yang sama sekali baru.
Usai memastikan gelar keempat juara dunia di India bulan lalu dan menjadi pembalap termuda dengan empat gelar, Vettel sepertinya masih mampu menemukan motivasi baru. Ia masih terkesan haus kemenangan. Ini ia buktikan di "Circuit of the Americas" (17/11/13) dan dua minggu sebelumnya saat ia menyamakan rekor Michael Schumacher tahun 2004 dengan menang tujuh kali berturut-turut dalam satu musim.
"Menurut saya di saat kita tidak lagi merasa ingin menang, saatnya untuk mempertanyakan apa yang ingin dilakukan selanjutnya. Mungkin sudah waktunya untuk melakukan hal lain", ujar Vettel. "Saya masuk ke mobil dan hanya ingin menjadi yang tercepat. Perasaan ini masih ada, sama seperti dua tahun yang lalu."
Pembalap Terbaik dalam Sejarah Formula 1
Sebastian Vettel masuk dalam daftar pembalap-pembalap terbaik dalam sejarah Formula 1. Senna, Schumacher, Fangio dan lauda adalah sederet nama yang menghiasi galeri Hall of Fame Formula 1.
Foto: Reuters
Juara dunia termuda
Dengan usia 23 tahun dan 134 hari, Sebastian Vettel adalah juara dunia termuda sepanjang sejarah. Sejak 2010 pria kelahiran Heppenheim, Jerman, itu mendominasi ajang balap mobil terbesar sejagad. Vettel sudah 30 kali berdiri di puncak podium selama karirnya yang singkat.
Foto: Reuters
Pewaris Schumacher
Kerusakan mesin musim ini adalah hal langka buat Vettel. Jika tidak ada aral melintang, pembalap yang kini berusia 26 tahun itu bisa dipastikan akan kembali mencium cincin juara dunia untuk yang ke-empat kalinya. Menurut jajak pendapat di Jerman, Vettel bahkan lebih disukai ketimbang pendahulunya, juara dunia tujuh kali Michael Schumacher.
Foto: Getty Images
Manusia rekor
Kendati gagal menghiasi kepulangannya ke Formula 1 dengan gelar juara, Michael Schumacher masih memegang lusinan rekor-rekor terpenting: Tujuh kali juara dunia, 91 kali juara pertama, 155 kali berdiri di podium. Selama bertahun-tahun Schumi mendikte persaingan di Formula 1. Sebelum Vettel, kedigdayaan Schumacher lah yang membuat ajang balap ini terkesan membosankan.
Foto: picture-alliance/dpa
Cuaca Schumi
Schumacher (kiri) sampai saat ini masih dianggap pembalap hujan terbaik sepanjang sejarah. Di atas lintasan yang licin ia justru terlihat semakin giat melibas para pesaingnya. Kemampuan uniknya itu pernah dirasakan oleh Damon Hill (kanan) pada musim balap 2014. Pada tahun itulah Schumacher merebut gelar juara dunia pertama dalam karirnya.
Foto: Getty Images
Juara dunia di atas panah perak
Apa yang gagal dilakukan Schumacher dengan kepulangannya kembali pasca pensiun, justru menjadi salah satu keberhasilan terbesar Juan Manuel Fangio. Pada dekade 1950-an, pembalap Argentina itu menjadi juara dunia dua kali bersama kendaraan besutannya, Mercedes-Silberpfeil alias panah perak. Secara keseluruhan Fangio mencatat lima gelar juara dunia, antara 1954 dan '57 empat kali berturut-turut.
Foto: picture-alliance/dpa
Brabham dan Brabham
Pembalap Australia, Sir Jack Brabham mampu mencatat tiga gelar juara dunia. Pria yang pendengarannya terganggu lantaran suara mesin itu memiliki kisah unik, 1966 ia menjadi juara dunia dengan kendaraan buatannya sendiri. Catatan tersebut hingga saat ini dan mungkin tidak akan pernah tersaingi oleh pembalap manapun.
Foto: picture-alliance/ASA
Berakhir setelah 99 Grand Prix
Tiga gelar juara dunia juga diraih oleh Sir John Young Stewart yang lazim dipanggil Jackie. Pembalap Inggris itu pensiun tahun 1973 sebagai juara bertahan. Jackie Stewart batal membalap pada Grand Prix USA yang seharusnya menjadi balapan ke-100 buatnya, menyusul kematian rekan setimnya François Cevert yang tewas pada sesi latihan di Watkins Glen.
Foto: picture-alliance/ASA
Terbakar di neraka hijau
Salah satu figur terbesar dalam sejarah Formula 1 adalah Niki Lauda yang meraih gelar pertamanya tahun 1975. Setahun kemudian Lauda mengalami kecelakan fatal di sirkuit Nürburgring yang membuat kendaraannya terbakar. Lauda mengalami luka bakar di wajah. Asap beracun merusak paru-parunya. Lauda yang tampil dominan, terpaksa menyerahkan gelar juara dunia ke pesaing terdekatnya, James Hunt.
Foto: picture-alliance/ASA
Empat untuk Prost
Lauda (kiri) kembali dan menjuarai Formula 1 tahun 1977. 1984 ia mencatat gelar ketiga usai mengalahkan pesaing sekaligus rekan setimnya, Alain Prost (kanan). Usai kegagalan tersebut, pembalap Perancis itu kemudian mampu mendominasi Formula 1 dan mengukir empat kali juara dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Sang provokator
Nelson Piquet bukan pembalap yang disukai di antara rekan-rekan sejawatnya. Pembalap Brazil itu sering melontarkan komentar nakal soal pembalap lain di depan publik. Tapi di atas sirkuir, Piquet termasuk pembalap terbaik dekade 1980-an. Tiga gelar juara dunia adalah buktinya.
Foto: AP
Tercepat sepanjang masa
Kiprah Piquet sebagai pahlawan Formula 1 Brazil diikuti oleh Ayrton Senna (kiri). Dalam waktu empat tahun Senna menjuarai empat musim Formula 1. Hingga saat ini Senna masih dianggap salah satu pembalap terbaik oleh Schumacher, Mikka Häkkinen, Fernando Alonso dan Jacques Villeneuve. Menurut ke-empat pembalap tersebut, kemampuannya membaca tikungan tidak tertandingi sampai saat ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Akhir yang tragis
Tidak ada yang menyangka karir Senna akan berakhir tragis. Tiga kali juara dunia itu berusia 34 tahun saat kecelakaan di sirkuit Imola pada Grand Prix San Marino merengut nyawanya.
Foto: picture-alliance/dpa
12 foto1 | 12
Satu sisa balapan di Brasil pekan depan, bos Red Bull Christian Horner yakin timnya akan terus memburu gelar. Jika kembali menang di Sao Paulo, Vettel akan menyamai rekor Schumacher yang menang 13 kali dalam satu musim.
"Usai balapan GP di Texas, Vettel sangat emosional. Karena ia baru saja mematahkan rekor salah satu idolanya. Dulu rekor semacam itu sepertinya tidak akan pernah terpatahkan. Ia berhasil menang setiap balapan sejak Juli. Ini luar biasa. Apalagi mengingat kualitas pesaing", jelas Horner.
Musim depan, dijamin akan ada perubahan besar pada semua mobil balap F1. Ini bisa mengancam dominasi Red Bull. Horner sepakat akan pentingnya menikmati kesuksesan yang terjadi saat ini. "Di olahraga, baik Roger Federer atau Ferrari, Williams atau McLaren, ada fase di mana seorang atlet sangat dominan dan suatu saat fase itu berakhir. Saat itu terjadi, kita harus memikirkan strategi baru dan mulai berjuang lagi."