Seperti yang sudah diprediksi, NASA mengumumkan ditemukannya air dalam bentuk cairan di Mars. Apakah ini berarti adanya kehidupan di planet merah tersebut?
Iklan
Cairan yang mengalir ditemukan saat para ilmuwan mengembangkan teknik baru untuk menganalisa peta komposisi kimia permukaan Mars yang datanya diperoleh dari pesawat antariksa Mars Reconnaissance Orbiter milik NASA.
Walau sumber dan komposisi kimia cairan belum diketahui, penemuan ini akan mengubah pola pikir ilmuwan terkait kondisi planet Mars. Seperti kemungkinan planet tersebut bisa menunjang kehidupan berupa mikroorganisme.
John Grunsfeld dari NASA mendukung teori adanya kehidupan di planet merah tersebut. "Ada kemungkinan terdapat kehidupan di Mars." Tapi NASA menyatakan tidak akan segera meneliti air dengan kandungan garam tingi yang ditemukan di Mars itu untuk mencari jejak kehidupan.
"Jika saya mikroba di Mars, saya tidak akan mau tinggal di salah satu lokasi tersebut (lokasi ditemukannya cairan berkadar garam tinggi oleh NASA - Red). Saya akan memilih tinggal di bagian utara atau selatan, dimana terdapat lebih banyak lagi gletser air segar. Kami hanya menduga lokasi gletser tersebut eksis berdasarkan indikasi ilmiahnya," tambah Grunsfeld.
Penemuan cairan di Mars ini turut mempengaruhi rencana NASA untuk mengirimkan astronot ke planet tersebut pada tahun 2030-an.
"Mars punya sumber daya alam yang berguna pagi "pengunjungnya" di masa depan. Air sangat penting, karena kami membutuhkan air untuk minum dan oksigen untuk bernapas," demikian Grunsfeld.
Misi Melacak Misteri Planet
Planet dan benda langit tetangga Bumi di tata surya masih menyimpan berbagai misteri evolusinya. NASA meluncurkan sejumlah misi untuk menguak rahasia kosmik itu. Hingga 2030 akan diluncurkan serangkaian wahana peneliti.
Foto: picture-alliance
Ladee Lacak Debu Bulan
Wahana peneliti robot Lunar Atmosphere and Dust Environment (Ladee) diluncurkan September 2013 dan mengorbit bulan selama 160 hari. Terakhir dijatuhkan ke permukaan bulan. Targetnya mengumpulkan informasi lebih lengkap atmosfir bulan, untuk membantu para ilmuwan lebih mengerti kondisi planet lain.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Maven Teliti Evolusi Mars
Wahana peneliti Mars Atmosphere and Volatile Evolution (Maven) diluncurkan akhir 2013 ke planet Mars. Setelah menempuh perjalanan selama 10 bulan, wahana ini akan meneliti sejarah iklim planet merah itu di masa lalu. Selama setahun wahana peneliti akan menganalisa atmosfir bagian atas atau ionosfir, serta interaksi Mars dengan matahari dan badai matahari.
Foto: picture-alliance/dpa/Lockheed Martin
New Horizons Meriset Pluto
Wahana penelitian New Horizons diluncurkan tahun 2006 silam ke planet Pluto serta sabuk es dan batuan Kuiper Belt yang misterius, yang jaraknya dari Bumi lebih dari 4,5 milyar kilometer. Direncanakan, bulan Juli 2015 wahana penelitian ini sudah mencapai planet kecil beku serta sabuk asteroid jauh di pinggiran tata surya tersebut.
Foto: dpa - Report
Juno Ungkap Misteri Yupiter
Wahana penelitian Juno diluncurkan untuk penelitian planet Yupiter tahun 2011 silam. Dengan kecepatan rata-rata 30 kilometer per detik, Juno akan tiba di planet terbesar dalam tata surya itu tahun 2016. Selama setahun lamanya, wahana penelitian akan mengorbit planet berbentuk gas raksasa tersebut. Tujuannya, mengungkap misteri sejarah dan struktur Yupiter.
Foto: picture alliance / dpa/NASA
InSight Mengebor Mars
Misi penelitian ke planet Mars ini akan mendaratkan wahana robot InSight (Interior exploration using Seismic Investigations, Geodesy and Heat Transport) ke permukaan planet merah itu pada 2016. Robot pendarat akan melakukan pengeboran lapisan di bawah permukaan Mars. Tujuannya untuk semakin memahami evolusi planet berkomposisi batuan tersebut.
Foto: NASA/dapd
SolarProbe Plus ke Atmosfir Luar Matahari
Misi penelitian ini tergolong spektakuler, karena akan meneliti kawasan terjauh yang dikunjungi sebuah wahana ruang angkasa, yakni kawasan paling luar atmosfir matahari. Hendak diteliti, mengapa korona bisa panas hingga 5 juta derajat, padahal suhu permukaan Matahari hanya 5.500 derajat. Juga bagaimana partikel mempercepat badai matahari.
Foto: picture alliance/dpa
James Webb Telescope Intai Big Bang
Generasi penerus teleskop ruang angkasa Hubble ini direncanakan beroperasi 2018. Ukuran cermin teleskop infra merahnya dua kali Hubble dan bisa menangkap cahaya enam kali lipat lebih peka. Teleskop ruang angkasa yang diberi nama mantan direktur NASA ini akan melacak masab lalu alam semesta, di era gelap sesaat setelah dentuman besar atau Big Bang. Ketika itu bintang dan galaksi belum terbentuk.
Foto: NASA
Osiris Rex Ambil Sampel Asteroid
Wahana penelitian Osiris Rex (Origin Spectral Interpretation Resource Indentification Security Regolith Explorer) diluncurkan 2018 untuk meneliti sebuah asteroid primitiv bernama 1999 RQ36. Osiris Rex akan mengambil sampel dari permukaan asteroid berdiameter sekitar 600 meter itu dan membawanya balik ke bumi. Direncanakan wahana ini kembali mendarat di Bumi tahun 2023.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi Berawak ke Mars
Target paling ambisius yang akan diluncurkan 2025 adalah misi berawak ke planet Mars. Ini gambaran artis mengenai pesawat ruang angkasa yang akan menerbangkan turis ke Mars. Sejauh ini telah dilakukan simulasi ilmiah, bagaimana perjalanan dan hidup di planet ekstrem tersebut. Simulasi diikuti sejumlah astronot dan ilmuwan, yang selama 105 hari dikurung dalam sebuah kapsul buatan.