Masalah terbesar energi hijau adalah fluktuasi produksi yang sulit diatasi dengan teknologi penyimpanan energi konvensional. Kini sebuah perusahaan AS mencetuskan ide unik, yakni menyimpan energi berlebih melalui batu
Iklan
Dalam sejarahnya manusia tidak pernah kesulitan memproduksi energi. Tantangan terbesar justru terletak pada teknologi penyimpanan. Ketika baterai konvensional terlalu ringkih buat menyokong fluktuasi produksi energi terbarukan, ilmuwan menelurkan beragam ide untuk menabung produksi energi berlebih.
Salah satu ide cemerlang adalah ARES, Advanced Rail Energy System, yang digagas sebuah perusahaan start-up teknologi AS bernama sama. Konsep yang diracik ARES tergolong sederhana: sebongkah batu raksasa, rel kereta dan sambungan listrik.
Serupa seperti prinsip penyimpanan energi mengandalkan air, ARES menyimpan energi berlebih lewat gerakan kereta. Metode yang berasal dari abad ke 19 itu nyatanya cukup efektif buat menjawab masalah masa depan.
Setiap surplus energi yang diproduksi panel surya atau kincir angin nantinya akan digunakan buat menggerakkan kereta api elektrik dengan muatan batu berbobot 9600 ton menaiki bukit setinggi 600 meter.
Jika dibutuhkan, kereta lalu digerakkan turun ke bawah. Ketika meluncur turun kereta akan memproduksi ulang energi yang telah digunakan lewat sistem pengereman regeneratif, serupa seperti sistem KERS pada mobil Formula 1 yang kini bisa ditemukan pada mobil elektrik sekelas Toyota Prius.
ARES kini sedang membangun proyek ujicoba di gurun Nevada, California, dengan nilai investasi mencapai 55 juta Dollar AS atau sekitar 600 miliar Rupiah. Proyek tersebut memiliki kapasitas sebesar 50 Megawatt dan mampu memproduksi energi setara 12,5 megawatt/jam.
Namun begitu ARES mengakui proyek Nevada terlalu kecil untuk bisa mencetak keuntungan finansial. "Lima puluh megawatt tidak bisa dikatakan berskala ekonomis," kata Direktur ARES, James Kelly kepada UtilityDive seperti dilansir Wired. "Kami lebih efisien jika proyeknya lebih besar."
Banjir Listrik di Gurun Sahara
Belum lama ini Maroko meresmikan pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia. Instalasi seharga sembilan miliar US Dollar itu akan mampu menyediakan energi hijau untuk lebih dari satu juta penduduk.
Foto: picture-alliance/dpa
Ambisi Hijau
Kompleks Noor 1 adalah ambisi Maroko membabat jejak karbonnya sebanyak 760.00 ton per tahun. Proyek yang antara lain dibiayai Bank Dunia dan Bank Investasi Eropa ini tercatat sebagai pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/F. Senna
Raksasa Gurun
Kendati sudah mulai beroperasi, PLTS Noor belum rampung sepenuhnya. Nantinya PLTS Noor bakal bertambah menjadi empat kompleks dan membentang seluas ibukota Maroko, Rabat. Instalasi tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 500 Megawatt
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Bounhar
Tersimpan dalam Garam
PLTS Noor akan rampung sepenuhnya tahun 2018. Berkat teknologi penyimpanan energi dalam bentuk garam cair, PLTS ini akan tetap berproduksi setelah matahari terbenam.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Bounhar
Hijau Padang Pasir
Instalasi ini membetoni ambisi Maroko menjadi negara adidaya tenaga surya di dunia. Bersama proyek lain yang mengusung tenaga air dan angin, Maroko berharap produksi energi terbarukannya akan mampu memenuhi separuh kebutuhan energi nasional pada tahun 2020.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Bounhar
Konsentrasi Panas
Tidak kurang 500.000 panel surya berbentuk sabit diperlukan untuk merampungkan PLTS Noor I. Setiap cermin memiliki ketinggian 12 meter dan diletakkan pada sudut tertentu sehingga semua panel memantulkan sinar matahari ke arah menara. Panas yang didapat kemudian dialirkan ke tungku air, lalu uap yang muncul digunakan untuk menggerakkan turbin listrik.
Foto: Getty Images/AFP/F. Senna
Kering Air, Subur Energi
Ide memproduksi listrik di padang pasir datang dari fisikawan Jerman Gerhard Knies. Sesaat setelah bencana nuklir di Chernobyl, ia mengukur jumlah energi matahari yang diterima permukaan gurun Sahara selama beberapa jam akan cukup memenuhi kebutuhan listrik seluruh dunia selama setahun.
Foto: AFP/Getty Images/F. Senna
'Proyek terpenting di dunia'
Pemerintah Maroko sendiri bangga atas proyek di kota Ouarzazate itu. "Kami bukan produsen minyak dan harus mengucurkan dana besar untuk subsidi bahan bakar," tutur Menteri Lingkungan Maroko Hakima el-Haite. "Jadi ketika ada yang bercerita tentang potensi energi surya di padang pasir, kami berpikir 'kenapa tidak?'" El Haite menyebut PLTS Noor I adalah proyek energi terbarukan terpenting di dunia