Senator Lindsey Graham mungkin tidak terlalu difavoritkan sebagai kandidat presiden dari Partai Republik. Namun pernyataannya dalam debat Selasa (15/12/15) membuat dirinya menjadi favorit pemirsa CNN dan di media sosial.
Iklan
Dalam isu terorisme, dalam debat calon kandidat presiden Partai Republik, Lindsey Graham lebih memilih untuk berdiri disamping kaum Muslim. Berbeda dengan saingannya, seperti Donald Trump yang kerap mengeluarkan pernyataan yang memojokkan Muslim (baca Donald Trump si Penghasut), Lindsey tampil membela Islam dan umatnya.
Lindsey Graham juga menyerang pernyataan Donald Trump yang anti-Islam. Seperti diketahui, pecan lalu dalam pidaonya, Donald Trump mengusulkan untuk melarang kaum Muslim masuk ke Amerika Serikat. (baca Donald Trump dan Geliat Islamofobia)
Mengkritik niat Trump ini, Lindsey Graham menyatakan bahwa pandangan Trump mengenai Islam tidak mewakili Amerika Serikat. “Kepada teman-teman Muslim di seluruh dunia, seperti Raja Yordania dan Presiden Mesir, saya minta maaf. Ia (Trump) tidak mewakili kami.”
Lindsey Graham, yang pernah bertugas di militer selama 33 tahun, mengatakan, teroris Islam radikal harus diperangi, tapi bukan Islam secara keseluruhan. “Kalian (Muslim) bukan musuh. Agama kalian bukan musuh. Biarkan keyakinan tenang. Basmi para radikal yang ingin membunuh kita semua.”
Inilah Wajah Islamofobia Barat
Mereka menunggangi dan bahkan ikut menggulirkan gelombang Islamofobia demi keuntungan politik. Celakanya, isu yang sama bisa menghantarkan mereka ke pucuk kekuasaan.
Foto: picture-alliance/Ralph Goldmann
Donald Trump
Boleh jadi tidak membenci Islam, tapi ia menunggangi gelombang Islamofobia pasca serangan teror di Paris dan penembakan massal di San Bernardino untuk mendongkrak dukungan politik jelang pemilu kepresidenan. Donald Trump juga pernah mengumbar bakal melarang umat Muslim memasuki Amerika Serikat, atas alasan keamanan.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Marine Le Pen
Eropa sedang dihantui Le Pen dan kemenangan partainya Front National. Anggota parlemen Eropa ini gemar mengumbar isu anti Eropa dan imigran buat menjaring dukungan. 2010 silam Le Pen mencibir kaum Muslim yang melaksanakan ibadah sholat di jalan lantaran mesjid penuh. Menurutnya hal tersebut adalah sebuah pendudukan, serupa dengan pendudukan NAZI Jerman di era Perang Dunia II.
Foto: Reuters/P. Rossignol
Lutz Bachmann
Pendiri gerakan anti Islam Jerman, Pegida, ini tidak menyembunyikan kekagumannya pada sosok Adolf Hitler. Ia pernah memuat fotonya berseragam NAZI dengan model rambut dan kumis ala sang diktatur. Bachmann gemar menyulut sikap antipati pada Islam lewat media sosial. Terakhir ia menyerang sebuah peternakan karena menyediakan daging halal. "Kita di sini tidak ingin berurusan dengan Islam," tulisnya.
Foto: Reuters/F. Bensch
Geert Wilders
"Tidak ada yang namanya Islam moderat," tutur Geert Wilders. Sosoknya tidak asing lagi buat kaum Muslim. Pendiri Partai Kebebasan ini pernah mendesak agar Belanda melarang Al-Quran, serupa seperti buku Mein Kampf karangan Adolf Hitler. "Akar masalahnya adalah sifat Islam yang fasis, ideologi sakit tentang Allah dan Muhammad seperti yang terulis dalam Mein Kampf Islam: Al-Quran," tulis Wilders.
Foto: Reuters
Dansk Folkeparti
Tahun ini Partai Rakyat Denmark menjelma menjadi kekuatan politik terbesar kedua. Salah satu bintangnya adalah Morten Messerschmidt (gambar), yang gemar menyebut minoritas Muslim Eropa sebagai beban. Dari sederet program yang dijajakan Dansk Folkeparti, sebagian besarnya membidik Islam, antara lain menghentikan migrasi Muslim dan menyamakan Islam dan terorisme berkedok agama
Foto: picture-alliance/dpa
UKIP
Serupa seperti Dansk Folkeparti di Denmark dan Perussuomalaiset di Finnlandia, UK Independence Party alias UKIP mengakomodasi suara ekstrim kanan yang kerap membidik Islam. Salah seorang fungsionaris UKIP, John Kearney, misalnya pernah menyerukan kepada kaum Katholik agar "bersedia mati," demi menangkal dominasi Islam di dunia.