1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikUkraina

Viktor Orban Mendadak Kunjungi Ukraina

3 Juli 2024

Viktor Orban berada di ibu kota Ukraina untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia. Dia membawa beberapa saran untuk mengakhiri perang.

Presiden Zelenskyy menerima kunjungan Perdana Menteri Hungaria Orbán
Hubungan antarnegara tetangga jadi kurang bersahabat setelah invasi RusiaFoto: Zoltan Fischer/Hungarian PM's Press Office/AP Photo/picture alliance

Ini bukanlah pertemuan yang mudah bagi Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskyy dan Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban pada Selasa (02/07). Tetapi, terlihat kedua pemimpin negara itu saling mengumbar senyuman, saat berjabat tangan di depan kamera.

"Saya meminta presiden Ukraina untuk memikirkan kembali apakah kita bisa membalikkan keadaan untuk mempercepat perundingan damai, dengan melakukan gencatan senjata terlebih dahulu," kata Orban dalam sebuah pernyataan pers singkat di samping Zelenskyy, dalam kunjungan pertamanya ke Kyiv sejak Rusia melancarkan invasi berskala besar ke Ukraina pada 2022 lalu.

"Gencatan senjata yang disertai dengan batas waktu akan memberikan kesempatan untuk mempercepat perundingan damai," ungkap Orban, pemimpin Uni Eropa yang memiliki hubungan paling bersahabat dengan Rusia, yang sering menunda sanksi terhadap para pejabat Kremlin dan paket bantuan militer Uni Eropa untuk Ukraina. "Saya menjajaki kemungkinan ini dengan presiden, dan saya berterima kasih atas jawaban dan negosiasi yang jujur."

Terlihat jelas tidak terlalu senang, pasangan itu tetap tersenyum ke arah kameraFoto: Zoltan Fischer/Büro des ungarischen Ministerpräsidenten/MTI/AP/dpa

Zelenskyy serukan 'perdamaian yang adil'

Zelenskyy sendiri tidak menyinggung persoalan saran yang diusulkan Orbán selama pidatonya. Dia hanya berbicara tentang keinginannya untuk "perdamaian yang adil."

Presiden Ukraina itu sebelumnya berpendapat bahwa gencatan senjata hanya akan memungkinkan Rusia untuk mempersenjatai diri dan membuat Rusia semakin tidak akan mengakhiri perang.

Pada Selasa (02/07), Zelenskyy menyerukan kepada negara-negara anggota Uni Eropa untuk mempertahankan bantuan militer mereka untuk Ukraina. Menurut angka resmi terbaru, jumlah bantuan itu mencapai $38 miliar (sekitar Rp622 triliun), dari badan-badan Uni Eropa dan negara-negara anggotanya.

Ihor Zhovkva, seorang deputi dari kantor presiden, menanggapi hal itu dengan mengatakan, "posisi Ukraina cukup jelas, bisa dimengerti dan sudah diketahui. Ukraina benar-benar menginginkan perdamaian untuk negaranya. Itu logis."

"Untuk itulah kami menyelenggarakan KTT Perdamaian dan kami sedang mempersiapkan yang kedua," kata Zhovkva dalam komentar yang diterbitkan oleh kantor berita Ukraina Interfax.

Kyiv dan Budapest: Hubungan yang sulit

Hubungan antara Orban dan Zelenskyy telah lama tegang. Orban sering kali dikucilkan di antara 27 pemimpin Uni Eropa karena kritiknya terhadap bantuan untuk Kyiv.

PM Hungaria ini juga menuduh Ukraina telah menghancurkan hak-hak linguistik sekitar 150.000 etnis Hungaria di Ukraina. Penentangannya itulah yang menghambat dimulainya pembicaraan aksesi Uni Eropa untuk Ukraina pekan lalu.

Setelah enam bulan menjabat sebagai presiden Uni Eropa bergilir, kunjungan Orban ke Kyiv ini akan membuat Budapest memimpin pertemuan-pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa dan pertemuan-pertemuan tingkat menterinya, untuk mendorong agenda bersama blok tersebut.

"Tujuan dari kepemimpinan Hungaria ini untuk berkontribusi pada solusi tantangan yang dihadapi Uni Eropa. Oleh karena itu, perjalanan pertama saya adalah ke Kyiv," tulis Orban di media sosial Facebook pada Selasa (02/07).

Janda Perang Ukraina: Bersama dalam Duka

00:55

This browser does not support the video element.

Budapest manfaatkan jabatan kepresidenan Uni Eropa

Alberto Alemanno, seorang analis dari universitas HEC Paris, menuduh Orban melewati batasannya.

"Terlepas dari penampilannya, Presiden Uni Eropa bergilir, Viktor Orban, tidak mewakili suara 27 anggota Uni Eropa, dalam keputusan kebijakan luar negeri dan keamanan blok itu. Klaim lainnya adalah optik murni yang paling baik dan paling buruk," tulis Alemanno di media sosial X/Twitter.

Tapi, apakah kunjungan kali ini menandakan adanya perubahan dalam kebijakan Orban atau hanya sebuah niat untuk bertindak lebih damai dalam perannya sebagai presiden Uni Eropa saat ini? Menurut Andreas Bock dari Badan Hubungan Luar Negeri Eropa, itu tidak mungkin terjadi.

"Kebijakannya itu digerakkan oleh kepentingan. Meski ada diskusi mengenai solusi mengakhiri perang itu sangat penting, seruan Orbán untuk gencatan senjata tidak akan begitu membantu karena Ukraina hanya akan menerima solusi perdamaian yang adil. Dia hanya melanjutkan kebijakannya agar lebih bersahabat dengan Rusia, Cina dan Trump," kata Bock kepada DW dalam sebuah pernyataan tertulis.

"Sementara kebanyakan pemimpin Eropa telah melakukan kunjungan solidaritas ke Kyiv, Orban belum pernah ke sana. Kini, dia ingin menggunakan Kepresidenan Hungaria sebagai platform untuk usulan perdamaian yang sebagian besar justru menguntungkan Rusia," tulis Bock. (kp/rs)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait