Viktor Orban berada di ibu kota Ukraina untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia. Dia membawa beberapa saran untuk mengakhiri perang.
Iklan
Ini bukanlah pertemuan yang mudah bagi Presiden Ukraina Volodomyr Zelenskyy dan Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban pada Selasa (02/07). Tetapi, terlihat kedua pemimpin negara itu saling mengumbar senyuman, saat berjabat tangan di depan kamera.
"Saya meminta presiden Ukraina untuk memikirkan kembali apakah kita bisa membalikkan keadaan untuk mempercepat perundingan damai, dengan melakukan gencatan senjata terlebih dahulu," kata Orban dalam sebuah pernyataan pers singkat di samping Zelenskyy, dalam kunjungan pertamanya ke Kyiv sejak Rusia melancarkan invasi berskala besar ke Ukraina pada 2022 lalu.
"Gencatan senjata yang disertai dengan batas waktu akan memberikan kesempatan untuk mempercepat perundingan damai," ungkap Orban, pemimpin Uni Eropa yang memiliki hubungan paling bersahabat dengan Rusia, yang sering menunda sanksi terhadap para pejabat Kremlin dan paket bantuan militer Uni Eropa untuk Ukraina. "Saya menjajaki kemungkinan ini dengan presiden, dan saya berterima kasih atas jawaban dan negosiasi yang jujur."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Zelenskyy serukan 'perdamaian yang adil'
Zelenskyy sendiri tidak menyinggung persoalan saran yang diusulkan Orbán selama pidatonya. Dia hanya berbicara tentang keinginannya untuk "perdamaian yang adil."
Iklan
Presiden Ukraina itu sebelumnya berpendapat bahwa gencatan senjata hanya akan memungkinkan Rusia untuk mempersenjatai diri dan membuat Rusia semakin tidak akan mengakhiri perang.
Pada Selasa (02/07), Zelenskyy menyerukan kepada negara-negara anggota Uni Eropa untuk mempertahankan bantuan militer mereka untuk Ukraina. Menurut angka resmi terbaru, jumlah bantuan itu mencapai $38 miliar (sekitar Rp622 triliun), dari badan-badan Uni Eropa dan negara-negara anggotanya.
Ihor Zhovkva, seorang deputi dari kantor presiden, menanggapi hal itu dengan mengatakan, "posisi Ukraina cukup jelas, bisa dimengerti dan sudah diketahui. Ukraina benar-benar menginginkan perdamaian untuk negaranya. Itu logis."
"Untuk itulah kami menyelenggarakan KTT Perdamaian dan kami sedang mempersiapkan yang kedua," kata Zhovkva dalam komentar yang diterbitkan oleh kantor berita Ukraina Interfax.
Linimasa Setahun Perang di Ukraina dalam Foto
Pada 24 Februari 2022 pagi, Rusia menginvasi Ukraina. Menurut PBB, ribuan tentara dan warga sipil telah tewas. Linimasa peristiwa mengejutkan terekam dalam foto-foto berikut ini.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP/Getty Images
Hari yang gelap bagi jutaan orang
Pada 24 Februari 2022 pagi, banyak warga Ukraina terbangun karena ledakan seperti ini di ibu kota, Kyiv. Rusia telah melancarkan invasi besar-besaran, menandai serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain sejak Perang Dunia II. Tak lama berselang, Ukraina mengumumkan darurat militer. Bangunan sipil menjadi sasaran dan kasus kematian pertama dilaporkan segera setelah itu.
Foto: Ukrainian President s Office/Zuma/imago images
Penembakan terus-menerus
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara tentang "operasi militer khusus" dan mengatakan dia akan merebut wilayah timur Donetsk dan Luhansk. Penduduk kota Mariupol di Oblast Donetsk berlindung di ruang bawah tanah selama berminggu-minggu. Banyak yang mati di bawah reruntuhan. Serangan udara Rusia di teater, tempat ratusan orang berlindung pada Maret 2022, dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.
Foto: Nikolai Trishin/TASS/dpa/picture alliance
Eksodus massal
Perang di Ukraina telah menyebabkan pengungsian besar-besaran yang tak terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II. Menurut badan pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 8 juta orang telah meninggalkan negara itu. Polandia sendiri telah menampung 1,5 juta orang, lebih banyak dari negara Uni Eropa lainnya. Jutaan orang, terutama dari timur dan selatan Ukraina, terpaksa mengungsi dari perang.
Foto: Anatolii Stepanov/AFP
"Adegan" horor di Bucha
Hanya dalam beberapa minggu, tentara Ukraina berhasil mengusir pasukan militer Rusia dari daerah di utara dan timur laut negara itu. Rencana Rusia untuk mengepung ibu kota, Kyiv, gagal. Setelah wilayah dibebaskan, dugaan kekejaman Rusia menjadi jelas. Gambar warga sipil yang disiksa dan dibunuh di Bucha, dekat Kyiv, menyebar ke seluruh dunia. Para pejabat melaporkan ada 461 kematian.
Foto: Carol Guzy/ZUMA PRESS/dpa/picture alliance
Kehancuran dan kematian di Kramatorsk
Jumlah korban sipil di Donbas meningkat pesat. Pejabat mengatakan kepada penduduk sipil untuk mundur ke daerah yang lebih aman, tetapi rudal Rusia juga menargetkan mereka saat berusaha melarikan diri, termasuk di Kramatorsk. Lebih dari 61 warga tewas dan 120 lainnya terluka di stasiun kereta api pada April 2022, di saat ribuan orang berharap bisa menyelamatkan diri.
Selama serangan udara Rusia, jutaan orang Ukraina mencari perlindungan di tempat-tempat penampungan. Bagi orang-orang yang dekat dengan garis depan dalam jangkauan artileri, ruang bawah tanah telah menjadi rumah kedua. Di Kyiv (seperti yang terlihat di atas) dan Kharkiv, stasiun kereta bawah tanah menjadi tempat berlindung yang aman.
Foto: Dimitar Dilkoff/AFP/Getty Images
Risiko nuklir tinggi di Zaporizhzhia
Pada minggu-minggu pertama setelah invasi, Rusia menduduki sebagian besar wilayah selatan dan timur Ukraina, termasuk dekat Kyiv. Pertempuran meluas ke lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di tenggara, yang sejak saat itu berada di bawah kendali Rusia. Badan Energi Atom Internasional mengirim para ahli ke PLTN tersebut dan menyerukan zona aman di sekitar area itu.
Foto: Str./AFP/Getty Images
Jumlah korban tewas tidak jelas
Jumlah pasti korban tewas akibat perang masih belum jelas. Menurut PBB, setidaknya 7.200 warga sipil telah tewas dan 12.000 lainnya terluka, bahkan jumlah yang sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Jumlah pasti tentara Ukraina yang tewas juga tidak pasti. Pada Desember 2022, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak memperkirakan jumlahnya mencapai 13.000 jiwa.
Foto: Raphael Lafargue/abaca/picture alliance
Kiriman senjata dari Barat untuk Ukraina
Pengiriman senjata dari negara-negara Barat ke Ukraina telah menjadi topik hangat sejak awal perang, tetapi mulanya Kyiv hanya menerima sedikit. Peluncur roket HIMARS buatan AS benar-benar membantu pertahanan. Mereka telah mengizinkan militer Ukraina untuk menghentikan pasokan amunisi ke artileri Rusia dan kemungkinan besar juga berkontribusi pada keberhasilan serangan balik Ukraina.
Foto: James Lefty Larimer/US Army/Zuma Wire/IMAGO
Harapan bisa segera masuk Uni Eropa
Pesan video harian dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, di mana dia melaporkan kondisi negara dan perang yang sedang berlangsung, dilihat oleh jutaan orang. Zelenskyy tidak hanya mampu menyatukan penduduk negaranya, tetapi juga mendapatkan dukungan Barat. Integrasi Eropa telah berkembang pesat di bawah kepemimpinannya dan Ukraina sekarang berada di jalur menuju keanggotaan Uni Eropa. (ha/hp)
Foto: Kenzo Tribouillard/AFP
10 foto1 | 10
Kyiv dan Budapest: Hubungan yang sulit
Hubungan antara Orban dan Zelenskyy telah lama tegang. Orban sering kali dikucilkan di antara 27 pemimpin Uni Eropa karena kritiknya terhadap bantuan untuk Kyiv.
PM Hungaria ini juga menuduh Ukraina telah menghancurkan hak-hak linguistik sekitar 150.000 etnis Hungaria di Ukraina. Penentangannya itulah yang menghambat dimulainya pembicaraan aksesi Uni Eropa untuk Ukraina pekan lalu.
Setelah enam bulan menjabat sebagai presiden Uni Eropa bergilir, kunjungan Orban ke Kyiv ini akan membuat Budapest memimpin pertemuan-pertemuan tingkat tinggi Uni Eropa dan pertemuan-pertemuan tingkat menterinya, untuk mendorong agenda bersama blok tersebut.
"Tujuan dari kepemimpinan Hungaria ini untuk berkontribusi pada solusi tantangan yang dihadapi Uni Eropa. Oleh karena itu, perjalanan pertama saya adalah ke Kyiv," tulis Orban di media sosial Facebook pada Selasa (02/07).
Janda Perang Ukraina: Bersama dalam Duka
00:55
Budapest manfaatkan jabatan kepresidenan Uni Eropa
Alberto Alemanno, seorang analis dari universitas HEC Paris, menuduh Orban melewati batasannya.
"Terlepas dari penampilannya, Presiden Uni Eropa bergilir, Viktor Orban, tidak mewakili suara 27 anggota Uni Eropa, dalam keputusan kebijakan luar negeri dan keamanan blok itu. Klaim lainnya adalah optik murni yang paling baik dan paling buruk," tulis Alemanno di media sosial X/Twitter.
Tapi, apakah kunjungan kali ini menandakan adanya perubahan dalam kebijakan Orban atau hanya sebuah niat untuk bertindak lebih damai dalam perannya sebagai presiden Uni Eropa saat ini? Menurut Andreas Bock dari Badan Hubungan Luar Negeri Eropa, itu tidak mungkin terjadi.
"Kebijakannya itu digerakkan oleh kepentingan. Meski ada diskusi mengenai solusi mengakhiri perang itu sangat penting, seruan Orbán untuk gencatan senjata tidak akan begitu membantu karena Ukraina hanya akan menerima solusi perdamaian yang adil. Dia hanya melanjutkan kebijakannya agar lebih bersahabat dengan Rusia, Cina dan Trump," kata Bock kepada DW dalam sebuah pernyataan tertulis.
"Sementara kebanyakan pemimpin Eropa telah melakukan kunjungan solidaritas ke Kyiv, Orban belum pernah ke sana. Kini, dia ingin menggunakan Kepresidenan Hungaria sebagai platform untuk usulan perdamaian yang sebagian besar justru menguntungkan Rusia," tulis Bock. (kp/rs)