Video guru bernama Nur Kalim di SMP PGRI Wringinanom, Gresik, Jawa Timur, ditantang siswanya viral di media sosial. Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, Nur Kalim sebagai guru harus introspeksi atas kasus ini.
"Kejadian-kejadian itu biasa, bukan saya bilang itu dibolehkan. Bahwa itu suatu pelanggaran berat iya, tetapi justru pendidikan harus segera melakukan proses pemulihan atau perbaikan mental anak seperti itu. Justru tugas kita di sekolah bagaimana terjamin bahwa anak-anak yang memiliki perilaku khusus seperti itu harus ditangani dengan baik," kata Muhadjir.
8 Hal yang Harus Dilakukan Anak-anak Sendiri Sebelum Masuk SMP
Bagaimana anak-anak bisa tumbuh dewasa sebagai manusia kompeten, jika orangtua selalu melakukan segalanya untuk anak yang berangkat remaja.
Foto: Public Domain
1. Bangun pagi tanpa perlu dibangunkan
Inilah saatnya membiarkan jam alarm melakukan tugasnya. Mereka harus belajar bertanggung jawab untuk bangun sendiri sendiri ketika mulai sekolah menengah, agar tak terlambat. Belajar menjadi orang dewasa yang berdisiplin dan menghargai waktu.
Foto: Fotolia/photonetworkde
2. Menyiapkan sarapan sendiri.
Orang tua kadang memastikan ada makanan di rumah sehingga mereka bisa makan sarapan. Tiba saatnya mereka mulai menyiapkan sarapannya sendiri sesuai dengan selera dan kreasinya sendiri.
Foto: Fotolia/okinawakasawa
3. Mengerjakan PR sendiri
Ketakutan orangtua biasanya, sang anak lupa atau salah dalam mengerjakan tugas dari sekolah yang dibawa pulang atau PR. Namun kini sudah saatnya mereka mengerjakannya. Setelahnya mereka boleh meminta orangtua untuk mengecek saja. Mereka perlu tahu bagaimana melakukannya tanpa intervensi Anda.
Foto: Imago/Jochen Tack
4. Mengepak barang-barang sendiri untuk sekolah
Buku, ponsel, kunci tertinggal, seragam belum dicuci..... Bukan tugas Anda lagi sebagai orangtua yang terus-menerus bawel mengingatkan. Mereka harus belajar untuk tahu konsekuensinya, tanpa harus mengandalkan orangtua mengingatkan benda-benda tersebut. Lupa sesuatu? Rasakan rasa sakit itu.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
5. Rencanakan dan kerjakan proyek sekolah sendiri
Proyek sekolah tidak diberikan malam hari sebelum jatuh tempo. Karena itu, jangan ambil alih tugas sekolah pada menit terakhir agar proyek selesai. Mereka harus belajar membuat perencanaan yang matang. Satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan, dalam obrolan mingguan, tanya tentang proyek sekolah apa yang akan atau tengah digarap.
Foto: Fotolia/Spectral-Design
6. Mencuci baju sendiri
Seorang remaja harus diingatkan, bahwa orangtua bukanlah pelayan mereka. Dalam usia beranjak remaja, mereka mampu mengatasi keseluruhan proses binatu, mulai dari mencuci dan melipat atau menyeterika.
Foto: Dron/Fotolia
7. Menyelesaikan persoalan dengan guru atau pelatih
Jika anak punya masalah dengan guru atau pelatih, dia harus mempertanggungjawabkannya. Tidak disarankan orang tua ikut campur permasalahan di antara figur otoritas dan anak. Orangtua cukup perlu tahu. Anak perlu belajar bagaimana menangani masalahnya sendiri atau setidaknya meminta Anda untuk membantu mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
8. bertanggung jawab dalam urusan sekolah
Orangtua memang perlu mengobrol soal proyek sekolah dan PR, tapi diharapkan anak-anak tersebut menyadarai bahwa itu adalah tanggung jawab mereka sepenuhnya. Dengan demikian orangtua juga belajar menghargai kemampuan anak itu sendiri. Yang tetap harus dilakukan adalah mengamati perkembangan nilai dan berbicara tentang situasi di sekolah, tanpa perlu ikut campur berlebihan. (Ed: ap/hp/redtri)
Foto: Public domain
8 foto1 | 8
Pernyataan tersebut disampaikan Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (11/2/2019). Dia ikut dalam rapat Percepatan Pencapaian Sasaran dan Target Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Tahun 2019.
Agar tampil berwibawa dan disegani siswa didik?
Karena itu, lanjut Muhadjir, sanksi terhadap siswa tersebut juga tidak boleh merampas masa depan. Selain itu, dia meminta guru, dalam kasus ini, Nur Kalim, introspeksi agar tampil berwibawa dan disegani siswa didik.
"Karena itu juga sanksinya tidak boleh menghancurkan atau merampas masa depan kita, dan dari satu juta jiwa anak siswa kita kemudian ada 100 saja yang berperilaku nakal seperti itu itu masih dalam hal yang bisa ditoleransi di dalam teori pendidikan ya. Tapi bahwa itu suatu pelanggaran berat ya pasti, tidak boleh anak melakukan seperti itu," ujar Muhadjir.
"Tetapi gurunya juga harus introspeksi supaya bisa tampil berwibawa disegani oleh siswa itu juga mutlak, guru itu harus jadi teladan harus jadi contoh kalau guru sudah diinjak anak seperti itu bagaimana dia bisa menjadi contoh untuk siswa-siswa," ujar Muhadjir.
Murid menyesali perbuatan
Siswa SMP PGRI Wringinanom Gresik ini sendiri telah mengaku menyesal memperlakukan gurunya dengan kasar. Ia pun meminta maaf atas kesalahan yang ia buat.
"Saya meminta maaf dan bersedia mengubah sikap, baik di kelas dan dengan guru saat di kelas waktu pelajaran nanti," kata si siswa kepada wartawan di Polsek Wringinanom, Gresik, Minggu (10/2). Tak hanya meminta maaf secara langsung dan lisan, usai proses mediasi, siswa tersebut juga meminta maaf melalui video dan disebarkan ke media sosial.
"Atas perbuatan itu, saya mengakui salah. Saya berjanji demi Allah tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi dan saya buktikan dengan membuat pernyataan ini," lanjut si siswa.
Riset: Anak SD tak Perlu PR
Guru tidak seharusnya bebankan segudang pekerjaan rumah (PR) untuk siswa sekolah dasar(SD)? Pakar psikologi Harris Cooper meneliti efek PR selama 25 tahun memaparkan hasil risetnya yang kontroversial.
Foto: picture-alliance/dpa/T. Eisenhuth
Belajar sambil bersenang-senang
Anak yang baru mulai sekolah masih akan lewati banyak tahun untuk menuntut ilmu. Guru harus berusaha agar anak-anak menyukai sekolah dan belajar. Atmosfirnya harus dibuat menyenangkan, bukan malah membebani. Jangan sampai PR jadi beban sehingga belajar jadi hal menyebalkan. Copper menulis risetnya di buku: The Battle over Homework: Common Ground for Administrators, Teachers, and Parents,
Foto: Fotolia/Sergii Figurnyi
Merusak hubungan jangka panjang
PR dimaksudkan untuk melibatkanb dan mendekatkan ortu dalam pendidikan anak-anak.Tapi efeknya bisa sebaliknya. Setelah hari panjang di sekolah, sesuatu yang mencakup kata "pekerjaan" tak selalu menjadi apa diinginkan anak sebelum tidur. Ortu dan anak malah bisa bertengkar gara-gara PR dan menimbulkan kenangan traumatis..
Foto: Sandy Schulze/Fotolia
PR memberi rasa tanggung jawab palsu
Pekerjaan rumah sehari-hari membantu anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab, tapi ini hanya berlaku ketika mereka sudah masuk SMP. Tapi ketika orang tua harus mengingatkan anak-anak mereka yang masih SD untuk mengerjakan PR setiap malam, tujuan awal ini pudar artinya. Masa kecil adalah masa bermain.
Foto: Getty Images/AFP/S.Khan
PR sisakan sedikit waktu untuk jadi anak-anak
Karena waktu tersita untuk PR, banyak anak-anak tidak mendapatkan cukup waktu untuk bergerak. Padahal di usia dini, mereka harus melakukan kegiatan fisik, main di luar dan berolahraga dengan teman-teman. Guru dan orang tua dapat mendorong anak-anak untuk lebih sering melakukan aktivitas seperti ini. Biarkan mereka kreatif dan berlatih fisik untuk mengembangkan diri.
Foto: Fotolia/kids.4pictures
Anak perlu istirahat agar produktif di sekolah
Mengerjakan PR mencuri waktu istrirahat anak-anak SD. Anak-anak membutuhkan rata-rata 10 jam tidur dalam sehari. Agar anak-anak menjadi produktif 100% pada hari berikutnya di sekolah, mereka harus memiliki waktu istirahat yang cukup
Foto: Imago/E. Umdorf
Alternatifnya: Membaca
Mendorong anak-anak agar senang membaca menurut penelitian jauh lebih baik daripada mengerjakan PR. Orang tua dan guru dapat membantu mencari subyek menarik untuk dibacakan pada mereka atau merangsang mereka untuk membaca sendiri.
Foto: Fotolia
Ajarkan tanggung jawab tugas sehari-hari
Alternatif kedua: Ada banyak kebiasaan sehari-hari yang dapat mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab, seperti bangun pagi dan bersiap diri ke sekolah, merapikan tempat tidur, atau bahkan merawat hewan peliharaan. Namun ingatkan, bahwa mereka adalah pelajar, yang kewajiabn utamanya adalah belajar.
Foto: Fotolia/otisthewolf
Kunjungi museum dan lokasi menarik lain
Alternatif lain: mengunjungi museum dan lokasi menarik. Banyak pengetahuan dan pengalaman bisa didapat di sini. Cari pameran atau kegiatan yang akan membangkitkan minat anak-anak. Di Jerman anak.-anak sering diajak ke museum, markas pemadam kebakaran, gedung kesenian, mengunjungi pameran dan tempat menarik lainnya.
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Usai mediasi di Polsek Wringinanom, siswa tersebut bersalaman dengan Nur Kalim, mencium tangan, dan langsung memeluknya. Nur Kalim pun juga melakukan hal yang serupa. Nur Kalim juga telah memaafkan siswanya tersebut. Tak cukup bersalaman dan berpelukan, siswa tersebut langsung bersujud mencium kaki Nur Kalim untuk lebih dalam meminta maaf. Nur Kalim yang kaget langsung mengangkat tubuh siswanya tersebut. "Sudah-sudah jangan bersujud. Saya maafkan," kata Nur Kalim.
Sumber: Detiknews
Anak Prancis Tidak Suka "Ngambek"
Anda mungkin pernah berhadapan dengan situasi bocah lucu berubah jadi “monster cilik“ saat merengek ingin sesuatu di supermarket. Beda halnya di Prancis, anak-anaknya dikenal tidak suka "ngambek". Berikut rahasianya.
Foto: Fotolia/Nicole Effinger
Sebelum ulang tahun pertama
Sama seperti di Indonesia, cuti hamil di Prancis hanya 3 bulan. Jika ingin cuti lebih lama, pekerjaan Si Ibu tetap dijamin, namun ia harus merelakan gajinya terpotong untuk membayar tunjangan sosial. Maka tak jarang, usai cuti hamil bayi langsung dibawa ke penitipan anak. Dampak positifnya, sejak dini anak terbiasa mengenal wajah baru, lebih cepat beradaptasi dan lebih mandiri.
Foto: Fotolia/allari
Tidur sendirian
Sejak kecil, anak-anak Prancis dilatih untuk tidur di tempat tidur mereka sendiri, bahkan di kamar tidur yang terpisah. Jika Si Kecil bangun di malam hari dan mulai menangis, orang tua tidak segera bergegas ke kamar anaknya. Mereka menunggu sesaat untuk memastikan seberapa penting Si Anak membutuhkan kehadiran mereka. Anak pun semakin terbiasa tidur sendirian.
Foto: picture-alliance/dpa
Bebas Tanpa Batas
Anak dibebaskan melalukan apapun hingga batas yang sanggup mereka tangani sendiri. Di tempat bermain, anak tak didampingi langsung orangtua. Saat konflik antar anak terjadi, orangtua juga tidak ikut campur agar Si Kecil terlatih menyelesaikan masalah sendiri. Batasan tegas antara "sikap main-main" dan "sikap buruk" ditetapkan dan hanya perbuatan buruk yang dihukum sehingga anak paham perbedaanya.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Assanimoghaddam
Boleh dititip nenek?
Setiap akhir pekan atau hari libur, keluarga besar akan berkumpul untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak. Tapi cukup hanya hari itu. Di Prancis, orang tua akan lebih sering terlihat minum kopi atau memegang segelas anggur di kafe daripada menjadi pengasuh untuk cucu mereka. Meski demikian, nenek dan kakek berperan penting mendidik Sang Cucu terutama selama masa pertumbuhan.
Foto: Fotolia/GordonGrand
Tidak ada makanan khusus anak-anak
Tiap keluarga di Prancis memegang teguh prinsip makan bersama harus dilakukan setidaknya sekali sehari. Tidak ada yang istilahnya "makanan khusus anak" sebab anak-anak dan orang dewasa menikmati hidangan yang sama. Bukan berarti orang tua akan memaksa anaknya menyantap menu yang tidak mereka sukai, namun ada syaratnya Si Anak setidaknya harus mencicipi dulu makanan apapun yang tersaji di meja.
Foto: picture-alliance/dpa
Bersikap sopan
Harus bersikap baik! Semua anak Prancis tahu aturan ini. Anak-anak terbiasa menyapa tamu atau tetangga dengan ramah. Mereka juga terbiasa mengantre dengan tenang, bahkan tak sungkan memberikan tempat duduk kepada orang tua di bus. Sejak kecil bocah di Prancis mengenal empat ungkapan wajib yakni: "terima kasih," "terima kasih kembali," "semoga Anda memiliki hari yang baik", dan "selamat tinggal".
Foto: Colourbox
Tak perlu segera kenal "A B C"
Orangtua di Perancis akan bersikap santai jika anak mereka belum bisa membaca atau berhitung hingga berusia lima tahun. Prinsip mereka, masa kecil adalah masa indah yang patut dihabiskan hanya dengan bermain, bermimpi, menjelajahi dunia, serta untuk belajar bersikap sopan dan bertanggung jawab. Setelah ulang tahun yang ke-6 barulah anak-anak mulai belajar menulis dan berhitung.
Foto: Imago/J. Alexandre
Hari Minggu khusus keluarga
Setiap hari Minggu adalah waktu terbaik untuk piknik di taman, bermain bersama, berjalan kaki atau bersantai sambil bersepeda. Bahkan keluarga di Prancis jauh hari sudah merencanakan kegiatan apa yang akan mereka lakukan pada hari Minggu mendatang.
Foto: Colourbox/Monkey Business Images
Uang saku sesuai umur
Ketika pergi berbelanja, anak-anak Prancis tetap tenang dan tidak berisik apalagi sampai merengek bila orangtua mereka menolak membeli permen atau mainan yang terpampang di rak supermarket. Sejak berusia tujuh tahun, bocah kecil di Prancis sudah menerima uang saku dan bebas untuk membeli apapun yang mereka mau. Jumlah uang saku yang mereka terima tiap bulan sesuai dengan usia mereka.