Virus Corona Menginfeksi Rumah Pengungsian di Jerman
19 Mei 2020
Sedikitnya 130 orang di rumah pengungsian di Sankt Augustin positif COVID-19. Hal ini pun mendesak seruan akan perlindungan yang lebih baik bagi para pencari suaka dan memperbanyak tes di fasilitas yang ramai orang.
Iklan
Ratusan orang dinyatakan positif COVID-19 di tempat pengungsian yang terletak di Jerman barat, jelas pemerintah setempat, Senin (18/05).
Sekitar 130 para pencari suaka di Sankt Augustin – 30 km dari kota Köln - dinyatakan positif COVID-19, sementara 170 warga sisanya dinyatakan negatif.
"Seperti di semua tempat pengungsian negara bagian, standar kebersihan tertinggi sedang diterapkan," ujar juru bicara pemerintah kota Köln dikutip dari kantor berita Jerman dpa.
Sebelumnya pada Minggu (17/05), surat kabar setempat Kölner Stadt-Anzeiger melaporkan bahwa ada lebih 100 kasus positif di fasilitas tersebut.
Sebagian besar orang yang dites positif tersebut tidak menunjukkan gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan.
Mereka yang positif telah diisolasi dan tidak diizinkan untuk beraktivitas di luar ruangan. Mereka juga hanya diperbolehkan untuk makan di dalam ruangan. Sementara para penghuni yang negatif COVID-19 telah dipindahkan ke rumah pengungsian lain.
Tes yang terlambat
Hal ini pun menuai kecaman dari berbagai kalangan. Para politisi mendesak perlindungan yang lebih baik bagi para pencari suaka.
"Kami telah berulang kali meminta pemeriksaaan rumah-rumah (pengungsian) ini," kata politisi Partai Hijau Horst Becker kepada Kölner Stadt-Anzeiger. "Sekarang kita bisa melihat bahwa ini terjadi sangat terlambat."
Senin (11/05) pekan lalu, pengadilan kota Münster memutuskan bahwa perlindungan terhadap para penghuni dari virus corona di rumah-rumah pengungsian "tidak memadai", setelah seorang wanita hamil dan suaminya mengajukan banding ke pengadilan untuk dipindahkan dari rumah pengungsian negara bagian Nordrhein-Westfalen.
Para pencari suaka di Jerman diharuskan untuk tinggal di "pusat penampungan," atau rumah pengungsian bersama, selama aplikasi suaka mereka diproses. Ratusan orang tinggal bersama, dengan satu kamar diisi beberapa orang asing.
Rentan Terinfeksi Corona: Bagaimana Kamp Pengungsi dan Pemukiman Kumuh Menangani Kebersihan?
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara mencegah penyebaran virus. Lalu bagaimana dengan kamp pengungsi dan pemukiman kumuh yang sulit mendapatkan akses air? Berikut upaya mereka mencegah penyebaran virus.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Pilick
Yaman
Yaman jadi rumah bagi sekitar 3,6 juta orang yang terpaksa tinggalkan kampung halaman. Para pengungsi ini sangat rentan terinfeksi virus corona karena tinggal dalam rumah yang sempit, sebagian besar sistem kesehatan dan sanitasi mereka juga hancur akibat perang. Relawan yang dilatih oleh UNICEF di Yaman bertugas untuk tingkatkan kesadaran para pengungsi tentang bagaimana cegah penyebaran virus.
Foto: UNICEF/UNI324899/AlGhabri
Suriah
Memasuki tahun kesepuluh perang, Suriah tetap menghadapi masalah yang sama. Jutaan warga Suriah tinggal di kamp-kamp pengungsi. Pekerja PBB mengunjungi kamp-kamp untuk menjelaskan risiko terinfeksi virus corona seperti yang dilakukan di kamp Akrabat, dekat perbatasan Turki.
Foto: UNICEF/UNI326167/Albam
Filipina
Topan Haiyan yang terjadi pada tahun 2013 di Filipina menjadikan Kota Tacloban sebagai pusat evakuasi. Walaupun sudah lama berlalu, Tacloban masih menderita karena kerusakan yang disebabkan Haiyan. Toilet umum menjadi tempat berkembang biak virus dan masalah sanitasi menjadi semakin genting.
Foto: UNICEF/UNI154811/Maitem
Zambia
Lembah Gwembe di wilayah Zambia dan Wimbabwe telah mengalami kekeringan selama dua tahun terakhir dan mengakibatkan banyak orang tidak bisa dapatkan akses air minum bersih. Saat ini, UNICEF dukung rehabilitasi dan pengeboran 60 lubang bor untuk membuat tempat cuci tangan di titik distribusi selama pandemi COVID-19.
Foto: UNICEF/UNI308267/Karin Schermbrucker
Kenya
Berbagai stasiun air telah dipasang di beberapa tempat umum di Kenya untuk menyediakan akses ke air bersih. Di Nairobi, seorang anak lelaki mengikuti instruksi ketika sedang diperlihatkan bagaiman cara mencuci tangan dengan benar di stasiun air di Kibera untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: UNICEF/UNI322682/Ilako
Yordania
Kafa, seorang gadis berusia 13 tahun, pulang ke mobil karavan dengan membawa galon air yang baru saja ia isi dari titik air komunitas, tempat di mana masyarakat mengambil air. Para pengungsi wanita di Yordania kini membuat sabun yang diproduksi menggunakan bahan-bahan alami dan mendistribusikan sabun tersebut kepada keluarga-keluarga yang membutuhkan.
Foto: UNICEF/UNI156134/Noorani
India
Masyarakat di India didorong untuk menjahit masker sendiri, dan ini dapat menghasilkan sumber pendapatan bagi perempuan yang tinggal di daerah pedesaan. Wanita ini membuat topeng di pusat Bihar Goonj, sebuah LSM yang berlokasi di beberapa negara bagian India yang melakukan bantuan bencana, bantuan kemanusiaan, dan pengembangan masyarakat.
Foto: Goonj
Bangladesh
Beberapa penyandang disabilitas yang menjadi relawan di Kota Dhaka, Bangladesh, juga terlibat secara aktif dalam membantu mendistribusikan disinfektan di seluruh kota. Roman Hossain mendistribusikan disinfektan dan memberi tahu anggota komunitasnya tentang pentingnya mencuci tangan secara teratur.
Foto: CDD
Guatemala
Tak hanya mengalami kehabisan pangan akibat kekeringan pada tahun 2019 lalu, masyarakat di Huehuetenango, Guatemala juga membutuhkan alat kebersihan untuk mengurangi penyebaran virus. Oleh karena itu, kepala adat mengantre setiap hari untuk mengambil makanan dan peralatan kebersihan. Mereka juga diberikan informasi dan rekomendasi cara pencegahaan virus corona dalam bahasa lokal. (fs/ml)