Penyakit zoonosis terbaru terdeteksi muncul di Cina. Langya henipavirus sudah menginfeksi 35 orang. Apakah virus ini akan jadi ancaman pandemi baru jika menyebar luas?
Iklan
Penyakit zoonosis atau penyakit dari hewan yang ditularkan ke manusia, kini menjadi perhatian serius, setelah pandemi COVID-19 yang diduga virus corona pemicunya melompat dari inang kelelawar ke manusia.
Kewaspadaan semacam ini tentu bagus. Pasalnya kasus penyakit zoonosis akibat virus terus meningkat. Para peneliti di Beijing Institute of Microbiology and Epidemiology merilis hasil study dalam New England Journal of Medicine awal bulan Agustus ini, yang melaporkan "henipavirus" sudah terdeteksi pada 35 pasien dalam kurun waktu antara 2018 hingga 2021.
Para peneliti mengatakan, penyakit yang disebut "Langya henipavirus" diduga keras ditularkan kepada manusia melalui inang mamalia seperti tikus bermoncong panjang. Tikus ini diketahui sebagai spesies utama yang menjadi inang virus tersebut.
Hewan Penular Penyakit
Banyak yang tidak menyadari bahwa hewan yang mungkin mereka kerap sentuh dapat membahayakan kesehatan. Berikut beberapa hewan yang bisa menjadi penyebar penyakit.
Foto: imago/blickwinkel
Penyakit Kucing
Penyakit kucing terutama berbahaya bagi anak-anak. Penyakit ini ditularkan lewat luka akibat gigitan atau cakaran kucing yang sakit. Hewan itu sendiri bisa membawa kuman dalam darahnya, tanpa menderita sakit. Di Jerman, sekitar 13% dari semua kucing tertular penyakit ini. Jika manusia tertular, akibatnya adalah demam tinggi tapi singkat, dan pembengkakan nodus limfa di dekat luka.
Foto: Fotolia/millaf
Penyakit Bayan
Penyakit bayan adalah zoonosis, yang terutama bisa berbahaya bagi anak-anak dan orang yang tubuhnya lemah. Penyebab penyakit adalah salah satu bakteri jenis Chlamydia. Kuman ini terutama menyerang bayan, merpati dan burung kesturi. Penularan ke manusia terutama terjadi lewat tinja hewan yang sudah mengering. Tinja tercampur debu dan disebarkan angin.
Foto: Proaves
Cacar Sapi
Penyakit ini terutama menyerang sapi. Tapi kumannya bisa menular ke semua binatang menyusui, juga ke manusia. Di Jerman, tidak ada vaksin untuk menghadapi cacar sapi. Tetapi sapi yang diberi vaksin untuk kebal terhadap cacar pada manusia, kebal terhadap penyakit cacar sapi. Dulu, penyakit cacar sapi ditularkan lewat proses pemerahan, yaitu lewat tangan orang yang memerah.
Foto: Witolld Janczus
Bahaya Yang Menusuk
Mengadakan perjalanan dari sebuah benua ke benua lain saat ini tidak jadi masalah lagi. Bagi orang tidak, bagi hewan juga tidak, seperti misalnya nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini terangkut ke Eropa bersama barang dagangan lewat kapal laut. Penyakit yang ditularkannya adalah demam berdarah.
Foto: picture alliance/Mary Evans Picture Library
Bahaya dari Udara
Kalong dan kelelawar dianggap sebagai penyebar utama ebola. Di beberapa negara Afrika Barat, hewan ini jadi makanan istimewa. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia, kemudian dari manusia ke manusia. Dengan cara itulah virus menyebar.
Foto: picture-alliance/dpa
Rubah
Hingga tahun 2008 di Jerman juga ditemukan kasus penyakit rabies, yang ditularkan terutama oleh rubah. Lewat aksi vaksinasi besar-besaran, penyakit berbahaya ini berhasil dimusnahkan. Jerman sekarang dianggap bebas rabies.
Foto: imago/blickwinkel
6 foto1 | 6
Gejala penyakit dan cara penularan
Pasien yang terinfeksi virus Langya melaporkan gejala demam, lemas, dan batuk-batuk, kehilangan nafsu makan, myalgia, dan mual.
Iklan
Dalam laporan ilmiah itu disebutkan, para ilmuwan mengamati tidak ada penularan langsung antar manusia. Sejauh ini, risiko tinggi terjadinya transmisi penyakit, hanya di kalangan warga yang melakukan kontak langsung dan berulang dengan tikus moncong panjang ini.
Hampir seluruh pasien yang terinfeksi virus ini adalah petani yang berlokasi di provisni Shandong dan Henan, Cina.
Para peneliti melakukan uji coba, berkontak langsung dengan 9 dari pasien bersangkutan di Cina, dan semuanya negatif alias tidak terinfeksi Langya henipavirus.
"Ancamannya tidak besar, kecuali kita melakukan kontak langsung dengan inang reservoirnya, atau dengan binatang perantara lain,” kata James Wood, Kepala Departemen Kedokteran Hewan di University of Cambridge kepada DW.
"Akan tetapi virus ini merupakan keluarga dekat virus lainnya yang punya kasus fatalitas tinggi pada manusia. Jadi kehati-hatian secara umum tetap penting dan diperlukan,” tambah Wood.
Cegah Penyebaran Virus dengan Mendeteksi dari Air Limbah
04:23
Ada virus yang sekeluarga dan lebih mematikan
Para peneliti juga mengakui sampel 9 pasien terlalu kecil untuk menegaskan secara meyakinkan tidak ada transmisi langsung dari manusia ke manusia.
"Jika diamati ada penularan langsung, hal ini akan sangat mengkhawatirkan," kata Jimmy Whitworth, pakar kesehatan masyarakat di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Pasalnya, Langya henipavirus secara genetik mirip dengan henipavirus lainnya, yakni Mojiang henipavirus yang lebih mematikan yang juga ditemukan di Cina tahun 2012 lalu. Saat itu, tiga pekerja tambang di Mojiang di provinsi Yunan, meninggal secara misterius akibat penyakit pneumonia.
Para peneliti kemudian mengambil sampel cairan dari tikus, kelelawar, dan tikus moncong panjang yang bersarang di sekitar pertambangan. Terbukti, tiga ekor tikus menjadi inang virus seperti yang ditemukan pada jasad tiga pekerja tambang Mojiang yang meninggal. Karena itu virusnya disebut Mojiang henipavirus.
Mojiang henipavirus dan Langya henipavirus adalah bagian dari keluarga henipavirus, yang di dalamnya termasuk virus Nipah dan virus Hendra yang tergolong mematikan.
Pertama kali terdeteksi di Cina akhir tahun 2019, COVID-19 terus bermutasi, 10 varian saat ini menjadi Variant of Concern (VoC) yang dicemaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: Waldemar Thaut/Zoonar/picture alliance
Varian Alpha mutasi dari Inggris
Varian dengan nama ilmiah B.1.1.7 ini terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris Raya. Beberapa peneliti menganggap varian ini jauh lebih menular dibanding virus asli SARS-CoV-2 di Wuhan, Cina. Peneliti Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio sebut varian ini sudah ditemukan pada awal Maret 2021 di Jakarta.
Foto: Hasan Esen/AA/picture alliance
B.1.351 atau Varian Beta
Mutasi jenis ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan pada Oktober 2021. Varian ini disebut-sebut 50% lebih menular. Vaksinasi menggunakan Novavax dan Johnson & Johnson dianggap tidak efektif menghadapi varian ini. Delirium atau kebingungan menjadi salah satu gejala varian Beta.
Foto: Nyasha Handib/AA/picture alliance
Mutasi P.1 di Brasil
Varian ini diberi nama varian Gamma oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mutasi berasal dari kota Manaus, provinsi Amazonas, Brasil. Virus ini pertama kali terdeteksi oleh ilmuwan Jepang yang meneliti sampel seorang warga yang pulang dari Manaus pada Desember 2020.
Foto: Bruna Prado/AP Photo/picture alliance
Delta, mutasi paling menular asal India
Dengan nama B.1.167.2, Delta dianggap 50% lebih menular dibanding varian Alpha yang disebut 50% lebih menular dari virus aslinya. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Mutasi ini memicu gelombang kedua COVID-19 di India.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Mutasi dari Amerika latin, Lambda
Bernama ilmiah C.37, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Pada 15 Juni 2021, WHO menetapkannya sebagai varian yang menjadi perhatian. Tercatat 81% kasus aktif di Peru pada musim semi 2021 akibat varian ini.
Foto: Ernesto Benavides/Getty Images/AFP
Mutasi varian Kappa asal India
Pada Oktober 2020, terdeteksi varian 1.167.2 di India. Gejalanya tidak berbeda jauh dengan gejala varian asli COVID-19. Namun, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut gejala campak muncul pada awal infeksi varian ini.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Eta, varian yang sama dengan Gamma dan Beta
Varian ini membawa mutasi E484-K yang juga ditemukan di varian Gamma dan Beta. Kasus pertama varian ini dlaporkan di Inggris Raya dan Nigeria pada Desember 2020. Ditemukan di 70 negara di dunia, Kanada mencatat rekor 1.415 kasus Eta pada Juli 2021.
Foto: Adeyinka Yusuf/AA/picture alliance
Varian asal New York, B.1.526
Iota merupakan satu-satunya Variant of Concern (VoC) WHO di Amerika Serikat. Dideteksi pada November 2020, jenis virus ini disebut lebih menular dari varian sebelumnya. Para peneliti menyebut varian Iota meningkatkan angka kematian 62-82% bagi para penderita COVID-19 yang berusia lebih tua.
Foto: Wang Ying/Xinhua/imago images
Varian Mu asal Kolumbia di awal tahun 2021
Dengan nama ilmiah B.1.621, varian Mu ditemukan pertama kali di Kolumbia pada Januari 2021.Varian ini sempat dikhawatirkan dapat kebal dari vaksin. Bahkan WHO memperingatkan varian ini memiliki mutasi yang lebih tahan vaksin.
Foto: AGUSTIN MARCARIAN/REUTERS
Ditemukan di Afrika Selatan, Omicron lebih gampang menular
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan sebut gejala dari varian ini sangat ringan. Dilaporkan tidak ada gejala anosmia pada varian ini. Namun, 500 kali lebih cepat menyebar dibanding varian lain. (Berbagai sumber) (mh/ha)
Foto: Fleig/Eibner-Pressefoto/picture alliance
10 foto1 | 10
Virus beradaptasi jika menginfeksi spesies baru
Para peneliti juga menemukan inang lain dari Langya henipavirus, yakni anjing dan domba. James Roth, Direktur Pusat Keamanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat di Iowa State University menyebutkan, yang dicemaskan saat ini adalah adaptasi virusnya pada spesies baru yang terinfeksi.
"Virusnya bisa beradaptasi pada inang baru, yakni manusia dan mengalami mutasi, hingga mampu menular antar manusia," ujar Roth. Ini bisa terjadi jika virusnya mengubah protein yang bertugas menempel pada sel dan menginfeksinya.
Risiko dari virus baru ini masih sulit dikalkulasi dan diinterpretasikan. Di saat pandemi COVID-19 masih mengancam dan cacar monyet menyebar di mana-mana, orang mulai berhitung bagaimana risikonya bagi diri kita? Pasalnya, kini makin banyak virus zoonosis yang eksis dan melopmat dari satu inang ke inang lainnya.
Mengapa Langya henipavirus layak menjadi tema laporan ilmiah? Karena faktanya ini virus yang baru ditemukan.
"Kapanpun jika salah satu dari virus yang baru muncul ini terdeteksi pada populasi manusia, itu menjadi sesuatu yang harus diwaspadai. Memang tidak semuanya akan menyebar pada proporsi pandemic. Namun, deteksi dini tetap harus dilakukan dan kehati-hatian serta kewaspadaan harus dilontarkan,” ujar Nikolaos Vasilakis, pakar penyakit menular di University of Texas.