1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ekonomi Digital

Sabine Kinkartz26 April 2013

Revolusi digital tidak lagi terbendung. Tren apa yang ada, di mana potensi bahayanya dan di mana potensi peluangnya? Semua itu dibahas dalam konferensi NEXT di Berlin.

ARCHIV - Computerspieler sitzen am 17.08.2011 auf der Gamescom Spielemesse in Köln vor Computerbildschirmen. Die Unionsfraktion wendet sich gegen die Nominierung des Ego-Shooters «Crysis 2» für den Deutschen Computerspielpreis, der am Donnerstag (26.04.2012) verliehen wird. Im Spiel des Frankfurter Entwicklers Crytek geht es unter anderem um den Kampf gegen Kreaturen anderer Welten in den Straßen Manhattens. Killerspiele dürften nicht honoriert werden, so der kultur- und medienpolitische Sprecher der CDU/CSU-Bundestagsfraktion Börnsen. Foto: EPA/OLIVER BERG (zu dpa «"Crysis2": Computerspiel wird zum Politikum» vom 26.04.2012) (nur zur redaktionellen Verwendung) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Simbol gambar Ekonomi DigitalFoto: picture-alliance/dpa

Pakar fisika dan matematika Stephen Wolfram kebingungan ketika sambungan internet pada konferensi digital NEXT putus, saat pria Inggris itu menganalisa jejaring sosial seperti Facebook. "Jika kita tidak punya jaringan internet, kita tidak bisa apa-apa," kata Wolfram yang disambut tawa peserta di ruang konferensi. Sekitar 1500 peserta konferensi yang sepertiganya berasal dari luar negeri, tahu, tanpa akses internet yang stabil dan cepat, dunia ekonomi digital tidak berjalan.

Para pionir digital di Berliner Congress Centers BCC mengenalkan ide-ide, mulai jasa pembayaran mobile sampai jadwal janji lewat online untuk jasa pertukangan dan potong rambut.

Para pengembang ide muda dan kreatif adalah masyarakat yang terjalin dalam jaringan dan justru itulah tren-nya, papar Marina Gorbis dari Institute For The Future. "Ini proses amat sosial, dimana masyarakat tampak berbeda dengan apa yang kita kenal saat ini." Yang utama adalah menjalin orang-orang dalam jaringan kerja. "Jaringan kerja ini berkembang dan membangun sebuah dunia baru, tapi berdasarkan dunia yang lama tanpa menghancurkan hal-hal yang sudah eksis. Hubungan sosial dan teknologi baru akan digunakan untuk membuat sistem itu lebih fleksibel, cepat bereaksi dan tahan gangguan."

Simbol gambar Ekonomi DigitalFoto: picture-alliance/dpa

Dunia Baru yang Indah?

Secara konkrit itu didemonstrasikan pada platform internet Odesk, sebuah bursa kerja online. Entah pengembangan software, webdesain, penerjemahan atau pekerjaan kantor, siapa yang memberi kerja bisa memasangnya di situ atau langsung melihat pencari kerja dari seluruh dunia, yang mempresentasikan diri lewat teks dan foto dalam platform itu, termasuk upah yang diminta.

Marina Gorbis mengaku, kadang ia berpikir apa perkembangan ini tidak akan menjurus menjadi lebih individual, memicu pendapatan tidak seimbang, kurang ruang privasi dan lebih banyak pengawasan. Tapi tidak seorang pun mengantisipasi masa depan secara pasif. "Kami harus memikirkan benar-benar teknologi yang dikembangkan, karena itu adalah teknologi sosial yang akan membentuk masyarakat untuk puluhan tahun ke depan."

Perubahan Dunia Bisnis

Saat ini dunia digital memicu pertanyaan, apa keinginan masyarakat, apa kemauan konsumen? Siapa yang bisa menarik penghasilan dari situ dan seberapa besar itu mengubah usaha dan bisnis? Yang jelas, revolusi itu tidak terbendung lagi dan konsumen yang interaktif sudah mengguncang tatanan dunia masyarakat yang ada.

Tidak ada bidang lain yang begitu merasakannya dibanding percetakan. Keinginan pembaca berubah dramatis, kata Stan Sugarman dari percetakan Hamburg Gruner und Jahr. Yang akan dibayar konsumen di masa depan paling-paling isi yang bertahan lama, misalnya resep masakan, tema ilmiah populer atau informasi perjalanan eksklusif, kata Sugarman. Grunder und Jahr mengolah bank data software baru dan bisa membayangkan menjual produknya lewat platform pedagang online seperti Amazon.

Konferensi NEXT 2013, Peer SteinbrückFoto: picture-alliance/dpa

Juga bagi Deutsche Telekom revolusi digital berdampak transfer data terus meningkat dan perusahaan telekomunikasi Jerman itu merasa sendirian dalam tuntutan pemenuhan infrastruktur yang memadai. "Ada 1,3 Zettabyte volume data yang harus ditransfer dalam setahun. Itu angka dengan 20 nol," kata Manajer Telekom Matthias Schmidt-Pfitzner.

Juga politik memikirkan bagaimana ekonomi lama dan baru bekerja sama dan berjalan searah, tuntutan calon kanselir Partai SDP Peer Steinbrück. Hanya dengan begitu revolusi digital bisa menjadi model suksel bagi ekonomi Jerman, kata Steinbrück pada konferensi NEXT.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait