Untuk pasal penyalahgunaan kekuasaan, 52 suara menolak dakwaan sedangkan 48 menerima. Mayoritas penolakan berasal dari Partai Republik. Senator Utah, Mitt Romney, menjadi satu-satunya senator dari Partai Republik yang memilih Trump bersalah atas dakwaan ini.
Dakwaan kedua terkait menghalangi Kongres, juga ditolak oleh 53 anggota Senat sedangkan 47 anggota menerima dakwaan itu.
Demokrat: Pembebasan 'Tidak Berharga'
Senator Tertinggi Demokrat, Chuck Schumer menyebut pembebasan Trump sebagai "hal yang tidak berharga", karena Partai Republik menolak untuk mendengar saksi baru di persidangan.
Senator dari New York itu mengatakan kepada wartawan: "Sekarang setelah Partai Republik menolak persidangan yang adil, maka pembebasan presiden menyisakan tanda tanya.''
"Tanda itu mengatakan ia dibebaskan tanpa fakta. Ia dibebaskan tanpa pengadilan yang adil. Dan itu berarti pembebasannya sebenarnya tidak berharga," tambah Schumer. Senator juga mengungkapkan sentimennya dalam serangkaian cuitannya di Twitter.
Selain itu, Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengatakan Trump tetap merupakan "ancaman berkelanjutan bagi demokrasi Amerika."
"Hari ini, Presiden dan Senat dari Partai Republik telah menormalkan pelanggaran hukum dan menolak sistem pemeriksaan dan keseimbangan Konstitusi kami," kata Pelosi dalam sebuah pernyataan setelah pembebasan itu.
Trump Selamanya?
Trump telah berulang kali mengecam inisiatif pemakzulan sebagai "tipuan," "perburuan penyihir", dan "perang salib" terhadapnya.
Beberapa menit setelah pemungutan suara, Trump memposting video yang dimulai dengan logo kampanyenya sendiri untuk tahun 2024 dan berakhir dengan Trump 4EVA.
Trump akan membuat pernyataan publik mengenai pembebasannya dari Gedung Putih pada Kamis (06/02) siang waktu setempat dan kesempatan ini kemungkinan akan "dimanfaatkan" sebagai bagian dari kampanye pemilihannya, kata koresponden DW AS di Washington, Oliver Sallet.
Donald Trump merupakan presiden ketiga yang ingin dimakzulkan dalam hampir dua setengah abad sejarah AS, setelah Andrew Johnson pada 1868 dan Bill Clinton pada 1998. Tidak ada presiden yang pernah secara resmi dicopot dari jabatannya melalui persidangan pemakzulan Senat. Pada 1974, Richard Nixon mengundurkan diri sebelum dia bisa dimakzulkan oleh DPR.
Presiden AS Donald Trump di Mata Karikaturis Afrika
Presiden AS Donald Trump memang kontroversial. Dia sering menggunakan kata-kata yang tergolong kasar di kancah diplomasi. Para karikaturis Afrika tidak melewatkan kesempatan ini. Berikut contoh beberapa karya mereka.
Foto: Said Michael
Selamat datang di klub...
Beginilah karikaturis Gado menggambarkan penerimaan Donald Trump di klub eksklusif - tanpa menyebutkan apa nama klub itu. Presiden AS mendapat mahkota dari dua koleganya yang memerintah dengan otoriter: pimpinan Uganda Yoweri Museveni dan mantan Presiden Zimbabwe Robert Mugabe yang baru saja dipaksa mengundurkan diri.
Foto: Gado
Penemuan negara Nambia
September lalu dalam pertemuan dengan para pimpinan neara-negara Afrika, Donald Trump memuji kemajuan sistem kesehatan di Nambia. Yang membuat orang bingung: tidak ada negara Afrika yang bernama Nambia. Karikatur ini dibuat oleh <a href="http://www.zapiro.com">Zapiro</a>.
Donald Trump versus Kim Jong Un
Sejak berbulan-bulan, Presiden AS terlibat saling caci dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un soal sengketa program nuklir. Bagi karikaturis Abdulkareem Baba Aminu, kedua pemimpin itu tidak jauh berbeda.
Foto: A. B. Aminu
"Shitholes" countries
Bulan Januari baru-baru ini, Donald Trump menyebut beberapa negara sebagai "shitholes" dalam sebuah pertemuan dengan anggota parlemen AS. Yang dimaksud Trump antara lain Haiti dan negara-negara Afrika. Satu tema lagi yang segera jadi inspirasi bagi karikaturis <a href="http://www.zapiro.com">Zapiro</a>.
Cara Trump mencaci maki
Said Michael menggambarkan cara Trump menghina beberapa negara Afrika, dengan menyemburkan barang-barang sampah. "Apa dia punya masalah dengan wanrna kulit kita? Begitu pertanyaan Sang Karikaturis.
Foto: Said Michael
Mengungsi dari Amerika
Abdulkareem Baba Aminu menggambarkan arus pengungsian baru. "Sehubungan dengan besarnya kebencian yang ditunjukkan oleh Donald Trump terhadap warga kulit hitam, maka kami meninggalkan negaranya. Biar saja dia berulah!" Begitu kalimat yang diucapkan seorang warga kulit hitam pada gambar di atas.
Foto: DW/Abdulkareem Baba Aminu
Donald Trump versus Oprah Winfrey
Bintang TV kulit hitam yang sangat populer Oprah Winfrey saat acara penghargaan bergengsi Golden Globes menyampaikan pidato berapi-api. Para pengamat melihatnya sebagai salah satu kandidat kuat setelah Trump. Karikaturis Gado menggambarkan Trump sedang aktif di akun Twitter-nya dan bertanya nama apa yang bagus buat Oprah: Si Penipu, Si Oprah gemuk atau Si Mulut besar? (Teks: Aarni Kuoppamäk/hp/ts)