VW Bantah Tuduhan Eksploitasi Buruh Uighur di Xinjiang
27 November 2019
Perusahaan mobil Volkswagen (VW) membantah tuduhan eksploitasi buruh di pabriknya di Urumqi, Xinjiang. Situasi di wilayah berpenduduk etnis Uighur itu jadi sorotan setelah bocornya dokumen-dokumen kamp penampungan Cina.
Iklan
Raksasa mobil Jerman Volkswagen (VW) berada di bawah tekanan setelah pembocoran dokumen-dokumen resmi Cina yang menunjukkan adanya pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Uighur di wilayah tersebut. VW mengoperasikan fasilitas produksi di Urumqi dan menyatakan tetap akan mempertahankan kehadirannya di wilayah tersebut.
"Semua 650 pekerja di Urumqi memiliki kontrak kerja dengan SAIC Volkswagen", kata VW dalam pernyataannya. Keputusan untuk membuka fasilitas produksi di Urumqi "murni didasarkan pada pertimbangan ekonomi", kata VW dalam pernyataan yang dikeluarkan hari Selasa (26/11). VW juga mengatakan bahwa mereka "sangat sadar tentang situasi di kawasan" dan mengamati dengan cermat perkembangan di wilayah itu. Di Cina VW bermitra dengan perusahaan lokal SAIC.
Pembocoran dokumen-dokumen tentang "penanganan" dan penahanan warga etnis Uighur yang mayoritasnya Muslim telah memicu kritik internasional terhadap Cina. Dokumen-dokumen yang disebut sebagai "China cables" itu dibocorkan ke beberapa media barat dan dipublikasi hari Minggu (23/11) oleh media di AS dan Eropa.
"Kami tidak menganggap karyawan kami adalah pekerja paksa", tandas VW.
Jerman dan AS desak Cina hormati HAM
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas hari Selasa (26/11) meminta Cina untuk menghormati dan menegakkan hak asasi manusia. "Cina harus memenuhi kewajiban internasionalnya atas hak asasi manusia," kata Maas di Berlin.
Sedangkan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengecam "pelanggaran besar-besaran HAM" di Cina dan mengatakan: "Partai Komunis Cina telah melakukan pelanggaran HAM dan pelanggaran terhadap individu dalam penahanan massal."
Pompeo mengatakan, dokumen-dokumen yang dibocorkan dari Cina itu, "menunjukkan bahwa itu bukan kebetulan, bahwa itu disengaja dan berkelanjutan." Dia meminta Cina untuk segera membebaskan semua individu yang ditahan secara sewenang-wenang di wilayah tersebut.
Hubungan meragukan dengan aparat lokal
VW, yang sudah aktif di Cina selama 35 tahun, mengkonfirmasi pengoperasian unit produksi di Xinjiang setelah sebuah laporan yang diturunkan harian Süddeutsche Zeitung (SZ) mengklaim bahwa pabriknya di Urumqi dibuka setelah VW membuat kontrak menguntungkan dengan pemerintah Cina dan mengeksploitasiabaikan pekerja etnis Uighur. VW membantah tuduhan itu.
"Kami menganggap Cina akan menikmati pertumbuhan ekonomi lebih lanjut selama beberapa tahun mendatang, dan kami akan terus melanjutkan mengandalkan pabrik kami di Urumqi dan memperluas kehadiran kami di wilayah tersebut," tulis VW dalam pernyataannya.
SZ juga mengklaim SAIC Volkswagen mempertahankan hubungan dekat dengan kelompok lokal People's Armed Police, "sebuah unit paramiliter yang dianggap sebagai salah satu kekuatan pendorong di belakang kamp-kamp tahanan."
Uighur - Diskriminasi di Cina dan Terdesak di Turki
Akibat banyaknya tekanan dari Cina sebagian warga Uighur pindah ke Turki. Awalnya itu tampak seperti solusi bagus, tetapi kini mereka terdesak karena tidak mendapat izin tinggal dan tidak dapat memperbarui paspor Cina.
Foto: Reuters/M. Sezer
Kritik terhadap Cina
Dunia internasional telah berkali-kali mengeritik Cina karena mendirikan sejumlah fasilitas yang digambarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tempat penahanan, di mana lebih sejuta warga Uighur dan warga muslim lainnya ditempatkan. Beijing menyatakan, langkah itu harus diambil untuk mengatasi ancaman dari militan Islam. Foto: aksi protes terhadap Cina di halaman mesjid Fatih di Istanbul.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Tekanan ekonomi
Pada foto nampak seorang perempuan menikmati santapan yang dihidangkan restoran Uighur di Istanbul, Turki. Pemilik restoran, Mohammed Siddiq mengatakan, restorannya mengalami kesulitan karena warga Uighur biasanya menyantap makanan di rumah sendiri, dan warga Turki tidak tertarik dengan masakan Uighur.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Suara perempuan Uighur
Gulbhar Jelilova adalah aktivis HAM dari Kazakhstan, dari etnis Uighur. Ia sempat ditahan selama 15 bulan di tempat penahanan yang disebut Cina sebagai "pusat pelatihan kejuruan." Ia mengatakan, setelah mendapat kebebasan ia mendedikasikan diri untuk menjadi suara perempuan Uighur yang menderita.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Mencari nafkah di Turki
Dua pria Uighur tampak bekerja di toko halal di distrik Zeytinburnu, di mana sebagian besar warga Turki di pengasingan bekerja. Ismail Cengiz, sekjen dan pendiri East Turkestan National Center yang berbasis di Istanbul mengatakan, sekitar 35.000 warga Uighur tinggal di Turki, yang sejak 1960 menjadi "tempat berlabuh" yang aman bagi mereka.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Merindukan kampung halaman
Gulgine Idris, bekerja sebagai ahli rpijat efleksi di Istanbul. Ketika masih di Xinjiang, Cina, ia bekerja sebagai ahli ginekolog. Kini di tempat prakteknya ia mengobati pasien perempuan dengan pengetahuan obat-obatan dari Timur. Turki adalah negara muslim yang teratur menyatakan kekhawatiran tentang situasi di Xinjiang. Bahasa yang digunakan suku Uighur berasal usul sama seperti bahasa Turki.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Tekanan bertambah sejak beberapa tahun lalu
Sexit Tumturk, ketua organisasi HAM National Assembly of East Turkestan, katakan, warga Uighur tidak hadapi masalah di Turki hingga 3 atau 4 tahun lalu. Tapi Turki pererat hubungan dengan Cina, dan khawatir soal keamanan. Pandangan terhadap Uighur juga berubah setelah sebagian ikut perang lawan Presiden Suriah Bashar al Assad, yang berhubungan erat dengan Cina.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Kehilangan orang tua
Anak laki-laki Uighur yang kehilangan setidaknya salah satu orang tua mengangkat tangan mereka saat ditanya dalam pelajaran agama di madrasah di Kayseri. Sekolah itu menampung 34 anak. Kayseri telah menerima warga Uighur sejak 1960-an, dan jadi tempat populasi kedua terbesar Uighur di Turki. Sejak keikutsertaan warga Uighur dalam perang lawan Assad, Cina memperkeras tekanan terhadap mereka.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Mengharapkan perhatian lebih besar
Sebagian warga Uighur di Turki berharap pemerintah Turki lebih perhatikan kesulitan mereka, dan memberikan izin bekerja, juga sokongan dari sistem asuransi kesehatan. Foto: seorang anak perempuan menulis: "Kami, anak Turkestan, mencintai kampung halaman kami" dengan bahasa Uighur, di sebuah TK di Zeytinburnu. Warga Uighur di pengasingan menyebut kota Xinjiang sebagai Turkestan Timur.
Foto: Reuters/M. Sezer
Situasi terjepit
Warga Uighur juga tidak bisa memperbarui paspor mereka di kedutaan Cina di Turki. Jika kadaluarsa mereka hanya akan mendapat dokumen yang mengizinkan mereka kembali ke Cina, kata Munevver Ozuygur, kepala East Turkestan Nuzugum Culture and Family Foundation. (Sumber: reuters, Ed.: ml/hp)