1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Wabah AIDS di dunia / Perkembangan di Irak/ Inisiatif Genewa untuk Timur Tengah

1 Desember 2003

Wabah AIDS di dunia terus merebak. Menurut perkiraan UNAIDS sedikitnya 40 juta orang di seluruh dunia tertular HIV atau AIDS. Tiga juta orang meninggal pada 2003 akibat AIDS. Lima juta kasus baru HIV/AIDS tercatat hanya pada tahun ini, kebanyakan di negara-negara Afrika, meskipun AIDS dengan cepat menjadi masalah besar di Cina, India , Rusia dan juga Indonesia.

WHO memperkirakan enam juta orang di seluruh dunia akan memerlukan perawatan AIDS dalam waktu dekat. Sementara menurut Peter Piot, direktur pelaksana UNAIDS, perawatan dan pencegahan adalah dua pilar bagi strategi AIDS yang menyeluruh dan benar-benar efektif. Wabah Aids merupakan tema komentar dalam Sari Pers DW, selain itu juga diulas perkembangan terbaru di Irak dan Inisiatif Genewa untuk Timur Tengah. Mengenai pembrantasan Aids, harian Inggris The Times berkomentar, Aids harus dibrantas dari akarnya...

Sebaiknya pembrantasan HIV/Aids harus diawali dari akarnya. Setiap orang harus diberi semangat untuk bertindak secara bertanggung jawab, agar tidak meneruskan virus Aids. Kemudian pemerintahan harus diminta tanggung jawabnya terhadap rakyat. Maksudnya, struktur kesehatan harus efisien dan bebas korupsi. HIV menyerang sistim kekebalan manusia dan membuatnya rentan terhadap penyakit. Namun adalah kelemahan politik kesehatan yang memungkinkan virus itu mengrogoti masyarakat.

Harian The Independent di London juga berpendapat , sudah saatnya bagi kampanye baru terhadap Aids...

Juga di masa depan HIV/Aids tidak akan mengancam Eropa. Aids mengancam Afrika, Cina, India, pokoknya di negara-negara di mana pemerintahnya menutup mata terhadap fakta yang nyata, sehingga mempertinggi risiko Aids.

Dari masalah Aids kita beralih ke tema Irak. Dalam pertempuran paling sengit sejak berakhirnya perang di Irak, pasukan AS di dekat kota Samarra menewaskan 46 warga Irak, dan sekurangnya 25 lainnya ditangkap. Dalam berbagai serangan akhir pekan lalu, 14 warga asing tewas, di antaranya tujuh agen mata-mata Spanyol, dua dipomat Jepang , dan dua petugas sipil Korea Selatan. Harian Spanyol El Mundo mengomentari tewasnya tujuh agen mata-mata Spanyol di Irak, sebagai missi Irak yang makin tidak ada gunanya...

Sangat diragukan, apakah serangan terhadap agen mata-mata tsb bisa disebut sebagai terorisme. Bila teror identik dengan kekerasan dan kengerian, maka juga invasi ke Irak yang didukung oleh Spanyol bisa disebut sebagai tindakan teror. Kehadiran pasukan Spanyol tidak ada gunanya, sebab para tentara ini terutama sibuk untuk melindungi dirinya sendiri.

Dan mengenai perkembangan aktual di Irak harian Austria Kronenzeitung menulis...

Ikut berperang - ikut menderita. Harga yang harus dibayar oleh para sekutu AS sangat tinggi. Tidak jelas, apakah sasarannya dipilih menurut rencana yang terinci, ataukah para teroris memilih sasarannya secara kebetulan atau dilihat dari peluang baiknya.. Setiap serangan terhadap pasukan sekutu , berarti serangan terhadap AS. Dan mengapa pasukan dari negara-negara lain juga harus menghadapi serangan maut seperti itu?

Koran-koran internasional juga membahas konflik Timur Tengah , dan apa yang dinamakan Inisiatif Genewa untuk menyelesaikan konflik tsb... Harian Prancis Le Figaro berkomentar...

Untuk menciptakan perdamaian, bila tidak dapat diharapkan apa-apa lagi dari para pemimpinya, maka yang tertinggal hanya harapan. Di Israel dan Palestina, harapan akan perdamaian telah lama pupus. Apakah Rencana Genewa dapat menggairahkan kembali inspirasi bagi perdamaian? Ataukah , hanya suatu niat baik saja? Kekuatan dari inisiatif ini adalah kelemahannya , bawah rencana itu tidak didukung oleh pemerintahan mana pun. Sebaliknya , Inisiatif Genewa mengundang kecurigaan terhadap mereka yang bertanggung jawab utnuk masa depan rakyatnya, yakni PM Israel Ariel Scharon dan Presiden Palestina Jassir Arafat.

Dan akhirnya komentar harian Libération di Paris... Pakta Genewa bukan hanya secercah harapan, namun lebih banyak merupakan instrumen politik yang luar biasa, yang dapat mematikan propaganda ekstremis baik dari Israel mau pun Palestina. Tampaknya ini jalan keluar bagi konflik Timur Tengah. Yang mengherankan, bahwa belum banyak kaum intelektual dan pejuang perdamaian melihatnya sebagai jalan keluar.