Spanyol Bersikeras Negaranya Aman Dikunjungi Wisatawan
27 Juli 2020
Pemerintah Spanyol hari Minggu (26/7) menegaskan, negaranya aman untuk dikunjungi meski ada lonjakan kasus infeksi corona baru. Inggris sehari sebelumnya mengeluarkan Spanyol dari daftar negara tujuan yang aman.
Iklan
Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez Laya berusaha menghilangkan ketakutan negara-negara tetangga mengenai situasi penyebaran virus corona di negaranya.
"Spanyol adalah negara yang aman," katanya kepada wartawan hari Minggu (26/7). "Seperti negara-negara Eropa lainnya, Spanyol memang memiliki kasus-kasus baru. Ini bukan hal luar biasa."
Pemerintah di Madrid telah membuat "upaya besar untuk mengendalikan wabah ini", tambahnya. Spanyol menjelang akhir pekan lalu melaporkan hampir 1.000 kasus baru Covid-19.
Meningkatnya angka infeksi di Spanyol memang membuat negara-negara tetangga khawatir. Inggris hari Sabtu (25/7) mengeluarkan Spanyol dari daftar negara-negara yang aman untuk dikunjungi. Akibatnya, perusahaan perjalanan wisata terbesar Eropa, TUI, membatakan penerbangan dari Inggris ke Spanyol.
Tiba dari Spanyol, wajib karantina 14 hari
Inggris juga mewajibkan warganya yang kembali dari perjalanan ke Spanyol untuk melakukan karantina selama 14 hari.
''Menyusul perubahan signifikan selama minggu lalu, baik dalam tingkat dan dalam laju perubahan kasus yang dikonfirmasi, Spanyol telah kami hapus dari daftar negara-negara aman, di mana orang tidak harus mengisolasi diri ketika tiba kembali di Inggris,' kata Kementerian Transportasi Inggris dalam sebuah pernyataan.
Kebijakan serupa juga diberlakukan oleh Norwegia, yang menerapkan kembali karantina pada penumpang yang tiba dari Spanyol. Prancis juga mengeluarkan peringatan perjalanan untuk kawasan Catalunya di Spanyol; setelah angka infeksi Covid-19 di kawasan itu kembali menunjukkan peningkatan signifikan.
Tetapi seorang juru bicara kementerian luar negeri Spanyol mengatakan kepada kantor beritra AFP, kasus-kasus yang baru sudah "ditemukan, diisolasi dan dikendalikan". Namun pemerintah Spanyol tetap akan "menghormati” keputusan-keputusan di negara tetangganya, termasuk di Inggris.
Bagaimana Virus Corona Ubah Pertanian dan Peternakan
Restriksi akibat COVID-19 ganggu berbagai sektor vital, termasuk juga pertanian dan peternakan. Mulai dari penutupan peternakan, hingga bertambahnya pertanian di perkotaan. Pandemi bisa ubah rantai makanan kita.
Foto: DW/K. Makoye
Peternakan Pabrik atau Factory Farming
Asal COVID-19 belum jelas. Tetapi pandemi belakangan ini, seperti flu burung dan flu babi kemungkinan besar berkembang di peternakan dalam bangunan dengan kepadatan tinggi. Karena kaitan antara peternakan seperti ini dan risiko pandemi sudah nyata, kemungkinan jenis peternakan ini harus ditinjau kembali.
Foto: picture alliance/Augenklick/Kunz
Keburukan Industri Daging Terungkap
Pandemi juga menunjukkan kondisi buruk industri produk daging. Jerman sudah melihat bagaimana virus COVID-19 merebak di antara pekerja pabrik daging. Lebih dari 1.550 pekerja perusahaan Tönnies tertular virus itu. Kini seruan makin kuat, agar regulasi di seluruh sektor industri daging diperbaiki.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Thissen
Menghentikan peternakan hewan liar
Pakar yakin, virus COVID-19 berasal dari hewan liar yang dijual di pasar kota Wuhan, Cina. Setelah pandemi muncul, Cina melarang perdagangan hewan liar, dan menutup hampir 20.000 peternakan hewan liar. Sebagian provinsi Cina kini berikan sokongan dari pemerintah untuk menolong peternak yang harus beralih menjadi petani atau beternak babi atau ayam.
Foto: Getty Images/AFP/M. Bernetti
Sektor yang lebih kuat
Pandemi sudah berdampak pada rantai makanan kita. Industri yang sudah dikembangkan untuk bisa memasok kebutuhan secara global, kini harus diperkecil menjadi skala lokal di banyak kasus. Kesulitan bagi petani: kurangnya makanan ternak dan juga kurangnya pekerja.
Foto: picture-alliance/dpa
Pertanian di perkotaan berkembang
Karena harus melewatkan lebih banyak waktu di rumah, semakin banyak orang yang mulai mencoba menanam sendiri kebutuhan pangannya. Ini bisa jadi kemajuan bagus untuk jangka panjang. Diperkirakan dua pertiga populasi dunia akan tinggal di perkotaan tahun 2050.
Foto: Imago/UIG
Kembalikan lahan ke alam
Diperkirakan penduduk dunia akan mencapai 10 miliar orang tahun 2050. Produksi bahan pangan harus bertambah, tetapi kekhawatiran akan semakin bertambahnya perusakan alam demi kepentingan produksi bahan pangan membuat orang semakin sering mempertimbangkan ulang bagaimana cara kita menggunakan lahan.
Foto: Kate Evans / Center for International Forestry Research (CIFOR)
Beralih ke makanan berbasis tanaman
Saat kesadaran akan bahaya pasar daging bertambah, Cina semakin beralih ke produk berbasis tanaman. Di negara-negara barat sudah ada tren makanan berbasis tanaman sejak beberapa tahun lalu. Dan ini kemungkinan akan semakin kuat mengingat konsumen semakin ingin tahu perihal asal daging yang mereka konsumsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/C. Neibergall
Jaminan bahan pangan bagi negara berkembang
Pandemi COVID-19 diduga akan berakibat sangat berat bagi negara berkembang, terutama dalam hal terjaminnya bahan pangan. PBB sudah beberapa kali memberikan peringatan. Selain bantuan segera, mitigasi kelaparan yang makin meluas juga butuh proteksi tanah yang lebih baik, keragaman tanaman dan sokongan bagi petani. (Ed.: ml/gtp)
Foto: DW/K. Makoye
8 foto1 | 8
Pemerintah Spanyol minta pertimbangan
Menlu Arancha Gonzalez Laya menyatakan, mungkin Inggris bisa mempertimbangkan ulang keputusannnya mewajibkan karantina, misalnya dengan mengecualikan wisatawan yang pulang dari kepualuan Balears atau Canaria, di mana kasus coronanya sangat terbatas.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menegaskan langkah Inggris untuk mengeluarkan peringatan kunjungan ke Spanyol. "Data... menunjukkan lompatan besar di daratan Spanyol. Kami tidak bisa meminta maaf karena melakukannya (peringatan perjalanan). Kita harus bisa mengambil tindakan tegas dan jelas," katanya.
Spanyol adalah salah satu negara Eropa yang paling terkena dampak pandemi dan telah melaporkan sekitar 272.400 kasus infeksi dengan lebih dari 28.400 kasus kematian. Inggris menjadi negara yang paling parah terimbas pandemi corona di Eropa, dengan mencatat lebih dari 328.000 kasus Covid-19 dengan lebih dari 45.600 kematian.