Memasuki hari Paskah, kru stasiun antariksa internasional (ISS) mendapat hadiah. Wahana nirawak Dragon yang merapat pada minggu (20/4) antara lain membawa bibit tanaman untuk dibudidayakan di luar angkasa
Iklan
Wahana transporter "Dragon" berhasil merapat ke stasiun antariksa internasional (ISS) pada minggu malam (20/4). Pesawat nirawak itu tiba di ISS usai diterbangkan dengan menggunakan roket tipe Falcon 9 dari stasiun Cape Canaveral, Florida. Operasi pendaratan Dragon di ISS dipandu oleh astronot Jepang, Koichi Wakata dan rekan sejawatnya dari AS, Rick Mastracchio.
Dragon membawa muatan seberat 2,2 ton untuk ISS, antara lain jubah luar angkasa, makanan, material dan perlengkapan untuk eksperimen ilmiah di dalam stasiun. Salah satunya adalah bibit sayuran yang bakal ditanam di ISS untuk bahan makanan astronot.
Selain itu Dragon juga membawa perlengkapan untuk meneliti, kenapa sistem kekebalan tubuh astronot melemah tanpa adanya gaya gravitasi.
Era Privatisasi Antariksa
Wahana yang diproduksi oleh perusahaan AS, SpaceX itu awalnya dijawadalkan terbang pertengahan Maret silam. Namun akibat masalah pada sistem komputer pada ISS, ilmuwan akhirnya menunda penerbangan Dragon. Selain itu Space X juga mengalami kebocoran pipa Helium pada roket penunjang.
Sejak Dinas Antariksa AS (NASA) menghentikan program penerbangan antariksanya 2011, setelah lebih dari 30 tahun, Amerika bergantung pada perusahaan swasta untuk melanjutkan pasokan buat ISS. Salah satu perusahaan yang terlibat adalah SpaceX dan Orbital Sciences.
2012 silam SpaceX mencatat penerbangan antariksa pertama yang dilakukan oleh perusahaan swasta. Saat itu perusahaan berbasis di California tersebut menerbangkan wahana transporter serupa Dragon ke ISS.
Secara keseluruhan SpaceX akan melakoni 12 penerbangan antariksa untuk mengamankan pasokan bagi ISS. Sebelumnya perusaahaan milik Elon Musk, produsen mobil listrik Tesla, mendandatangani kontrak senilai 1,6 miliar US Dollar dengan NASA. Dragon adalah penerbangan ketiga yang dilakukan SpaceX untuk NASA.
rzn/ab (dpa,ap)
Eropa Siap Kuasai Antariksa
Badan Antariksa Eropa ESA luncurkan program ambisius: 2013 akan diluncurkan sejumlah satelit dan misi berawak terbaru. Targetnya alam semesta di luar orbit Bumi.
Foto: ESA – P. Carril
Misi Penelitian Jagat Raya
Orion demikian nama wahana ruang angkasa berawak yang akan diluncurkan bersama badan ruang angkasa Eropa dan Amerika Serikat. ESA menyuplai modul servis utamanya. Mula-mula perjalanan menuju orbit Bulan. Selanjutnya Orion akan diposisikan di lokasi orbiter tetap, dan akan dijadikan pangkalan misi ke planet Mars.
Foto: ESA-D. Ducros, 2012
Latihan Kondisi Tanpa Bobot
Para astronot Eropa mula-mula harus bertugas di stasiun ruang angkasa internasional-ISS. Astronot Italia Luca Parmitano berlatih simulasi tanpa bobot dalam kolam air di pusat astronot Eropa di kota Köln. Di sini dia berlatih mengatasi kerusakan atau juga jika rekan astronot pingsan.
Foto: ESA/H. Rueb, 2010
Visi Hidup di Bulan
Gambaran stasiun riset di Bulan: sebuah visi jauh ke depan. Jika di Bulan ditemukan air, dapat dibuat stasiun semacam itu. Robot pendarat Chang'e 3 Rover milik Cina, akan melacak keberadaan air di Bulan tahun 2013 ini. ESA memasok kontak data ke wahana pendarat milik Cina itu dan mengambil alih kontrol lintasannya.
Foto: ESA/Foster + Partners
Pengendali Satelit dari Jerman
Dari pusat kontrol antariksa Eropa (ESOC) di kota Darmstadt Jerman ini, ESA sudah mendukung komunikasi data dua wahana pendahulu Chang'e 3. Kedua wahana itu hanya mengorbit Bulan dan tidak mendarat. Dari markas ESOC ini, ESA juga memantau berbagai peluncuran satelit komunikasi dan riset lainnya.
Foto: ESA - J. Mai
Citra Galaxy 3D
Wahana peneliti GAIA akan diluncurkan Oktober 2013. Dengan bantuan alat Interferometer dari gelombang cahaya akan dibuat citra resolusi tinggi tiga dimensi Galaxy Bima Sakti. Para peneliti ESA mengharapkan dapat menemukan minimal semilyar bintang baru.
Foto: ESA/Medialab
Melacak Asteroid dan Komet
Wahana ruang angkasa Rosetta sejak 2004 meluncur ke Komet 67/PTschurjumow-Gerasimenko. Awal 2014 wahana ini diharapkan sudah memasuki orbit komet. Sebelumnya Rosetta merekam tumbukan proyektil NASA Deep Impact ke komet Temple 1, Mars dan Asteroid Steins serta Lutetia.
Foto: picture-alliance/dpa
Pendaratan di Komet
Rosetta pada November 2014 akan melepaskan robot pendarat Philae ke permukaan komet. Pendaratan akan dikendalikan pusat pengendali ruang angkasa Jerman MUSC di kota Köln. Pendaratan akan sangat sulit, karena komet hanya memiliki gaya gravitasi amat lemah. Rosetta akan meneliti komposisi kimia komet ini.
Foto: ESA/AOES Medialab
Bumi Juga Diobservasi
Kotak kecil berbobot 160 kg ini merupakan miniatur dari satelit peneliti Probe-V yang akan diluncurkan bulan April 2013 ke orbit Bumi di ketinggian 820 km. Tugasnya mengukur kerapatan vegetasi di permukaan Bumi. Dengan itu akan lebih dimengerti mekanisme musim, iklim dan pertanian pada pertumbuhan tanaman.
Foto: ESA–P. Carril, 2012
Menembus Kerak Bumi
Tiga satelit Swarm yang akan diluncurkan Juli 2013 akan mengorbit lebih rendah pada lintasan sekitar 400 hingga 500 km di atas Bumi. Tugasnya meneliti lapisan dalam kerak Bumi, dimana kondisinya amat panas dan cair. Satelit ini juga akan mengukur medan magent Bumi serta perkembangannya seiring perubahan zaman.
Foto: ESA–P. Carril
Mengamati Dampak Perubahan
Medan magnet Bumi melindungi permukaan planet kita ini dari pancaran kosmis. Ini juga berdampak pada iklim, sinyal listrik, navigasi dan komunikasi. Pusat riset kebumian GFZ di Potsdam juga mengendalikan misi Swarm. Para peneliti hendak melacak. apa dampak dari perubahan kontinyu medan magnet itu.
Foto: GFZ
Satelit Navigasi Terbaru
ESA juga akan meluncurkan satelit navigasi terbaru. Tahun 2013 saja akan diluncurkan 9 satelit baru untuk sistem navigasi Eropa, Galileo. Bersama pusat navigasi satelit CESAH, ESA menggelar kompetisi bagi penerapan inovatif baru teknik navigasi.