Pelaku dugaan bullying atau perundungan terhadap individu berkebutuhan khusus dalam video yang viral di media sosial baru-baru ini diketahui berstatus mahasiswa.
Iklan
Baru-baru ini beredar video d media sosial yang menunjukkan dugaan aksi bullying terhadap seorang mahasiswa yang punya kebutuhan khusus. Korban yang ditarik-tarik oleh kawannya sesama mahasiswa, tampak terhuyung-huyung.
Dikutip dari Kompas.com, Wakil Rektor III Universitas Gunadarma Irwan Bastian mengatakan, terduga pelaku bully maupun korban adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi angkatan 2016 di Universitas Gunadarma.
Irwan Bastian juga memaparkan insiden perundungan yang jadi viral di medsos itu, terjadi di Kampus Universitas Gunadarma, Depok.
Sejauh ini mahasiswa yang diduga menjadi pelaku perundungan ada tiga orang. Ketiganya akan dipanggil pihak universitas. "Saya belum bisa berandai-andai apakah ini bercanda yang berlebihan atau memang ada hal-hal yang lain. Makanya saya belum bisa memutuskan," kata Irwan seperti dilansir dari Kompas.
Ditambahkannya:"Yang jelas di Universitas Gunadarma ada tata tertib kehidupan kampus yang harus dipatuhi oleh mahasiswa. Jadi nanti kalau dari hasil penyelidikan para pelaku itu bersalah, tentu akan ada sanksi yang harus diterima."
ap/vlz(kompas/youtube)
Keterbatasan Fisik Tak Halangi Anak Indonesia Riset Doktoral di Inggris
Terlahir dengan keterbatasan fisik dalam berbicara & menggerakkan tangan, Muhammad Zulfikar Rakhmat kerap dibully di tanah air. Namun dia berhasil lewati kesulitan itu, pindah ke Qatar & kini studi doktoral di Inggris
Foto: privat
Kekurangan oksigen di otak
Sejak lahir di Pati - Jawa Tengah, 10 April 1992, Muhammad Zulfikar Rakhmat mengalami Ashpyxia Neonatal, yakni kekurangan oksigen pada otak yang bisa menyebabkan penderitanya tidak bisa bicara lancar dan kesulitan menggunakan tangan untuk sejumlah aktivitas. Sejak kecil ia sering diejek dan diganggu kawan-kawannya karena gerakan dan bicaranya dianggap janggal.
Foto: privat
Pindah ke Qatar mulai percaya diri
Usia 15 tahun ia & keluarganya pindah ke Qatar. Di sini ia merasa mendapatkan dukungan emosional dari teman-teman dan guru, sehingga sebagai penderita difabel ia mulai percaya diri bahwa impian pasti tercapai dalam kondisi apapun. Bicaranya yang gagap membuat orang yang baru ditemui agak kesulitan memahami, tetapi kendala diatasi dengan mengulang atau menjelaskannya lagi melalui email.
Foto: privat
Semangat studi
Di Qatar, ia pun mulai tertarik dengan isu Timur Tengah dan menuntaskan studi bachelor sebagai lulusan terbaik dengan IPK 3.93 di bidang hubungan internasional. Lulus dengan nilai baik menjadi batu loncatan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Inggris menjadi negara tujuan berikutnya.
Foto: privat
Potensi besar kaum difabel
Jauh dari tanah air, Zulfikar terkesan dengan penerimaan masyarakat luar terhadap kaum difabel seperti dirinya, termasuk dalam perlindungan hak. Sekolah diwajibkan menyediakan fasilitas kepada siswanya yang berkebutuhan khusus. Zulfikar ingin lupakan trauma masa kecil dan tumbuhkan kepercayaan, bahwa dibalik kekurangan yang dimiliki kaum difabel, tersimpan potensi besar.
Foto: privat
Segudang cita-cita, segunung perjuangan
Selain menggeluti hubungan internasional, khususnya politik Timur Tengah dan Asia, Zulfikar juga tertarik dengan bidang komputer dan jurnalistik. Di usia 23 tahun, lebih dari 100 artikelnya tersebar di sejumlah media massa, media massa internasional. Ia juga kerap jadi pembicara untuk memperjuangkan hak kaum difabel.
Foto: privat
Studi doktoral di Inggris
Kini Zulfikar tengah mengejar gelar PhD di Universitas Manchester Inggris. Tema disertasinya tentang dampak perkembangan negara Asia terhadap perkembangan politik di Timur Tengah.
Foto: privat
Hobi menulis membawanya melanglang buana
Ia mulai menulis tahun 2013. Konflik di Suriah yang semakin meluas membuat banyak media internasional mencari kontributor yang mengenal isu Timur Tengah dan berbahasa Arab. Dunia tulis-menulis membawa Zulfikar melanglang ke berbagai belahan dunia.
Foto: privat
Bermanfaat bagi sesama
Walau derita keterbatasan fisik, Zulfikar ingin menggunakan kemampuan dan pengalamannya agar bermanfaat bagi orang lain. Ia ingin membantu dan memperjuangkan orang yang juga memiliki kebutuhan khusus di Indonesia. Menurutnya, apa yang ia dapatkan sekarang adalah hasil dari proses perjalanan dan perjuangan panjang. Untuk itu ia ingin mengajarkannya pula pada mereka.