Wang Desak Blinken untuk 'Bekerja Sama dengan Cina'
14 Juli 2023
Di sela-sela pertemuan KTT ASEAN di Jakarta, Wang bertemu dengan Blinken dan mendesak Washington untuk meningkatkan hubungan AS-Cina dengan saling bekerja sama.
Iklan
Diplomat top Beijing Wang Yi mendesak Washington untuk "bekerja sama dengan Cina" demi meningkatkan hubungan antarnegara. Hal ini disampaikan Wang Yi dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) Antony Blinken, ungkap Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Cina pada hari Jumat (14/07).
Pembicaraan di sela-sela agenda KTT ASEAN di Jakarta pada hari Kamis (13/07) itu merupakan sesi dialog terbaru dari serangkaian diskusi tingkat tinggi antara Washington dan Beijing, yang tengah mencoba untuk mendinginkan ketegangan perdagangan dan geopolitik kedua belah pihak.
Dalam pertemuan kedua Wang dan Blinken tersebut, Menlu AS berkesempatan menyuarakan keprihatinannya mengenai dugaan ancaman keamanan siber Cina, setelah Microsoft mengungkapkan bahwa peretas yang didukung pemerintah Tiongkok telah berhasil membobol akun email lembaga pemerintahan AS.
Wang mendesak AS untuk berhenti "mencampuri" urusan Cina
Wang mengatakan kepada Blinken, bahwa Washington "perlu mengambil pendekatan yang rasional dan pragmatis, bekerja sama dengan Cina ke arah yang sama", menurut pernyataan Kemlu Cina pada hari Jumat (14/07).
Iklan
Kemlu Cina juga juga mengungkapkan bahwa, "Wang telah mempertegas posisi Cina mengenai masalah Taiwan dan mendesak AS untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri Cina.”
Wang juga mendesak Washington untuk "berhenti menekan Cina dalam bidang ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga mencabut sanksi-sanksi ilegal dan tidak beralasan terhadap Cina".
Ketegangan antara AS dan Cina terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, karena berbagai masalah, termasuk isu perdagangan, dukungan militer AS untuk Taiwan, aksi tegas Beijing yang semakin meningkat di Laut Cina Selatan dan hubungan Cina yang semakin nyaman dengan Rusia.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Cina: Taiwan adalah bagian dari Tiongkok
Washington baru-baru ini telah menghambat ekspor semikonduktor canggih ke Beijing. Namun, Cina membalas AS dengan juga membatasi ekspor galium dan germanium, dua logam yang banyak digunakan untuk membuat semikonduktor dan kendaraan listrik.
Sayangnya, dialog antara para diplomat itu belum dapat menghasilkan solusi. Tetapi Kemlu Cina mengatakan bahwa diskusi tersebut "jujur, pragmatis, serta konstruktif", dan menambahkan bahwa kedua belah pihak "sepakat untuk menjaga komunikasi".
Sebelumnya, Blinken juga sudah bertemu Wang bulan lalu dalam kunjungan resmi kenegaraan pertamanya ke Cina, dalam lima tahun terakhir. Menteri Keuangan AS Janet Yellen juga telah mengunjungi Beijing awal bulan ini, sementara utusan iklim John Kerry akan segera berkunjung minggu depan.