Warga Arab-Yahudi Berjuang Membangun Sikap Saling Percaya
24 Mei 2021
Gejolak antara Israel dan militan Hamas di Gaza kembali menyalakan ketegangan di komunitas Arab dan Yahudi. Segala yang hancur dalam bentrokan selama 11 hari, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibangun kembali.
Iklan
Gencatan senjata atas konflik di Gaza telah tercapai, tetapi situasi kondusif belum sepenuhnya dirasakan komunitas warga Arab dan Yahudi di Israel. "Di Yerusalem [Timur], orang Yahudi dan Palestina bahkan tidak membeli roti dari satu sama lain jika mereka tidak mau," kata Samah.
Dua bulan lalu, Samah pindah ke Haifa. "Di Haifa, orang Yahudi dan Palestina dipaksa untuk bertemu satu sama lain setiap hari. Kota ini tidak terbagi menjadi dua bagian seperti Yerusalem."
Haifa merupakan kota terbesar ketiga di Israel. Orang Arab dan Yahudi hidup berdampingan di sana, meski ketegangan dan permusuhan masih membayangi mereka.
Hanya dua hari setelah Hamas meluncurkan roket pertamanya ke Yerusalem, pengunjuk rasa Yahudi di Haifa melemparkan batu ke arah seorang pengendara mobil Palestina. Insiden lainnya, lima orang Arab Israel menyerang seorang pria Yahudi di kota Acre.
Gencatan senjata saja tidak cukup
Kota di mana orang Arab dan Yahudi tinggal berdampingan selama beberapa dekade, seperti Haifa, Lod, dan Jaffa memang tidak terdampak tembakan roket secara langsung, tetapi amarah dalam diri setiap orang masih ada.
Iklan
"Tidak ada hidup berdampingan yang nyata," kata Samah, ketika dia berbicara tentang rumah barunya di Haifa. "Di sini, orang Palestina selalu menjadi [warga negara] kelas dua. Ini semakin jelas sekarang."
Bagi Halil, remaja berusia 15 tahun yang lahir dan besar di Jaffa, kesepakatan gencatan senjata pada Jumat (21/05) adalah "berita yang luar biasa, tetapi ini baru permulaan," jelasnya saat melayani pelanggan di toko roti keluarganya.
"[Polisi] memblokir jalan-jalan di sini setiap malam, mencegah orang lewat, menanyai kami. Mengapa? Apakah kami penjahat? Kami hanya ingin menjalani hidup kami dengan damai - di tanah kami."
Salah satu pelanggan Halil, Adam yang berusia 42 tahun, seorang penduduk Yahudi di Jaffa, pun setuju. "Apa pun sikap politik Anda, faktanya adalah bahwa baik orang Yahudi dan Palestina harus belajar untuk hidup dengan satu sama lain. Tidak ada kemungkinan realistis lainnya."
Di kota Lod, di mana 40% populasinya adalah orang Arab, seorang Palestina-Israel berusia 32 tahun ditembak dan dibunuh, sementara sinagoga dan properti Yahudi lainnya dibakar. Kemudian di pekan yang sama, seorang pria Yahudi meninggal setelah diserang oleh sekelompok orang Arab-Israel.
Eskalasi Kekerasan Israel-Palestina Korbankan Rakyat di Kedua Pihak
Aksi kekerasan terus memuncak antara Israel dan kelompok Hamas. Kehancuran melanda Jalur Gaza, roket menghantam Tel Aviv. Korban terbanyak adalah warga sipil, di kedua belah pihak.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Gaza hadapi horor
Asap membumbung dan api membakar perumahan di Khan Yunis di Jalur Gaza yang jadi target serangan Israel Rabu (12/5). Aksi kekerasan dan saling serang kembali memuncak sejak beberapa hari terakhir.
Foto: Youssef Massoud/AFP/Getty Images
Warga mengungsi dalam kepanikan
Warga dievakuasi dari gedung di Jalur Gaza yang jadi target serangan Israel. Sedikitnya 56 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat serangan Israel. Roket yang ditembakkan militan dari Jalur Gaza menewaskan 6 orang di Israel.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
Kehancuran di Gaza City
Israel menurut pernyatan sendiri menyebutkan, miiternya menyerang secara terarah bangunan di Gaza City yang dijadikan kantor kelompok militan atau dihuni pimpinannya.
Foto: Suhaib Salem/REUTERS
Roket di langit Tel Aviv
Kelompok militan Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza menembakkan sejumlah roket ke Tel Aviv. Sistem pertahanan rudal Israel melindungi kota dan menghancurkan sebagian besar proyektil di udara atau mengalihkan jalurnya, untuk meminimalkan kerusakan.
Foto: AnAs Baba/AFP/Getty Images
Berlindung dengan cemas
Tapi sistem pertahanan udara "Iron Dome" tidak mempu melindungi 100%. Jika sirene mengaung, itu tanda bagi warga Israel untuk secepatnya mengamankan diri di "shelter perlindungan", tidak peduli apakah itu tengah malam atau dinihari.
Foto: Gideon Marcowicz/AFP/Getty Images
Bahaya tetap mengancam
Juga jika roket bisa dihancurkan atau dihalau, runtuhan puing bangunan tetap berbahaya. Seperti sebuah rumah di Yehud dekat bandara Ben Gurion yang hancur dihantam roket. Militer Israel melaporkan, sejak Senin (10/5) sedikitnya 1.000 roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel.
Foto: Gil Cohen-Magen/AFP/Getty Images
Cari perlindungan
Jika saat alarm berbunyi, warga tidak sempat mencari bunker perlindungan, mereka berusaha melindungi diri sebaik mungkin. Seperti warga di kota Ashkelon sekitar 10 km di utaraperbatasan ke Jalur Gaza ini.
Foto: Jack Guez/AFP/Getty Images
Batu dilawan gas air mata
Dalam beberapa hari terakhir, aksi bentrokan berat antara demonstran Palestina melawan militer Israel terjadi di berbagai kota. Di Hebron, kota di tepi barat Yordan yang diduduki Israel, demonstran melemparkan batu yang dibalas tembakan gas air mata oleh tentara Israel.
Foto: Hazem Bader/AFP/Getty Images
Ambil posisi dan bidik
Aparat keamanan Israel menembakkan gas air mata, peluru karet dan granat kejut untuk membubarkan demonstran. Pemicu demonstrasi warga Palestina antara lain ancaman pengusiran paksa di kawasan timur Yerusalem. Aksi ini akhirnya bermuara pada konflik terbuka.
Foto: Hazem Bader/AFP/Getty Images
Sampai kapan konflik berlangsung?
Saat ini tidak terlihat ada pertanda deeskalasi kekerasan. Warga Palestina di Gaza City ini mencari perindungan di halaman kantor perwakilan PBB, karena ketakutan akan jadi sasaran serangan Israel berikutnya.
Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Kepercayaan yang hancur
Setelah gencatan senjata tercapai, kehidupan perlahan mulai membaik di Jalur Gaza dan Israel. Otoritas Gaza mengumumkan bahwa kantor pemerintah akan dibuka kembali hari Minggu (23/05).
Selama 11 hari bentrokan, Israel melancarkan ratusan serangan udara yang menewaskan 248 orang, termasuk 66 anak-anak, dan melukai lebih dari 1.900 orang. PBB mengatakan lebih dari sebagian korban tewas adalah warga sipil.
Militer Israel mengklaim Hamas menembakkan sekitar 4.350 roket, banyak di antaranya tidak mencapai Israel atau berhasil dicegat.
Warga Palestina dan Yahudi yang tinggal di Israel masih menyebut kota mereka sebagai rumah, tetapi kerusakan yang terjadi akibat bentrokan - baik secara fisik maupun psikologis - membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk kembali pulih. (ha/vlz)