1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Cina Berang dengan Diskusi Boikot Uni Eropa

27 Maret 2008

Di banyak negara, kemungkinan untuk tidak ambil bagian dalam pesta olahraga Olimpiade di Beijing, ramai didiskusikan. Tema itu bahkan masuk dalam agenda resmi sidang istimewa Parlemen Eropa di Brussel hari Rabu (26/03).

Seorang biksu di Vihara Jokhang, Lhasa, coba cegah wartawan untuk memfotonyaFoto: AP

Kepada sedikit wartawan asing di Tibet yang dibolehkan masuk kawasan krisis, para biksu menuduh pemerintah Cna menyebarluaskan berita tidak benar tentang peristiwa yang terjadi di sana. Pada saat yang sama, warga Cina di wilayah lain negeri itu mengeluhkan aksi protes di luar negeri dan diskusi tentang kemungkinan boikot Olimpiade.

Di banyak negara, kemungkinan untuk tidak ambil bagian dalam pesta olahraga Olimpiade di Beijing, ramai didiskusikan. Tema itu bahkan masuk dalam agenda resmi sidang istimewa Parlemen Eropa di Brussel hari Rabu (26/03). Dan itu tidak dipahami oleh masyarakat awam di Cina. Menggeleng-gelengkan kepala adalah reaksi paling lunak, jika warga Beijing mendengar diskusi di parlemen Eropa tentang kemungkinan boikot Olimpiade.

"Saya jengkel betul mendengar itu. Pertandingan Olimpiade adalah pesta olahraga internasional bagi para atlit. Tidak ada hubungannya dengan politik."

"Saya marah. Di panggung internasional orang-orang itu menetapkan bahwa Cina adalah tuan rumah Olimpiade 2008. Itu sudah jelas, dan sekarang mereka mau mengingkari janji dan meninjau lagi?"

Sejauh ini tak ada reaksi resmi dari pemerintah Cina mengenai diskusi di Parlemen Eropa. Hari Rabu (26/03), negara-negara anggota Uni Eropa sepakat mengecam tindakan Cina di Tibet. Tapi mereka tak satu pendapat tentang kemungkinan boikot Olimpiade.

Suara paling keras dilontarkan kubu konservatif dan partai hijau yang menolak hadir dalam upacara pembukaan, atau sekalian absen dalam keseluruhan pertandingan. Kubu sosial demokrat tidak melihatnya sebagai sarana yang cocok untuk menggugah Cina agar mengubah sikap. Di Cina sendiri, kritik dari Barat bukan hanya disambut negatif. Sebagian warga merasa terkejut.

"Kalau mereka tidak puas dengan Cina, mereka bisa bilang saat itu juga, agar kami aktif memperbaiki kesalahan. Tapi mereka mengungkapkan semuanya sekarang, saya kira mereka tidak puas dengan Cina dalam segi lain. Mereka membuat kami marah."

Seorang penjaga bar di Beijing mengatakan, Eropa Barat dan dan Amerika Serikat itu termasuk dalam satu ideologi, sementara Asia masuk ke ideologi lain. Ia menilai negaranya berada dalam situasi yang mirip Uni Soviet di tahun 1980, ketika Olimpiade di Moskow diboikot karena invasi militer Rusia ke Afganistan.

"Dari sudut pandang warga Cina, menurut saya boikot Olimpiade itu salah. Karena sebagai pertunjukan olahraga global, Oimpiade mampu mendorong pertukaran antarkelompok etnis dan ideologi. Orang belajar untuk saling mengerti dan berdialog. Itu membantu perdamaian dan pertumbuhan ekonomi."

Situs internet Global Times merupakan satu dari sedikit media di Cina yang membahas kritik dari Parlemen Eropa.

Seorang ilmuwan dari Institut bagi Hubungan Eropa di Beijing, melihat bahwa hubungan antara negaranya dengan Uni Eropa berada dalam titik balik. Ilmuwan yang tak mau disebut namanya itu mengatakan dalam wawancara, bahwa awan di langit bergerak, bisa menjauh atau berubah jadi hujan, itu tergantung sikap Uni Eropa. (rp)