Warga Cina Resahkan Potensi Infeksi COVID-19 ke Lansia
12 Januari 2023
WHO telah memperingatkan musim liburan Tahun Baru Imlek di Cina bisa menyulut lonjakan infeksi COVID-19. Banyak warga yang khawatir terutama terkait penyebaran COVID-19 ke kelompok lansia.
Iklan
Banyak warga di Cina khawatir akan naiknya lagi penyebaran COVID-19 pada kerabat mereka yang sudah lanjut usia (lansia), terutama saat para pekerja urban mudik ke kota asal mereka untuk musim liburan Tahun Baru Imlek.
Peringatan dari pakar kesehatan terkemuka di Cina agar warga menghindari kontak dengan kerabat lansia selama liburan menjadi item yang paling banyak dibaca pada Kamis (12/01) di Weibo, media sosial mirip Twitter di Cina.
"Ini adalah saran yang sangat relevan, kembali ke kota asal … atau utamakan kesehatan lansia,” tulis seorang pengguna. Sementara pengguna lain mengatakan, mereka tidak berani mengunjungi nenek mereka dan hanya akan meninggalkan hadiah untuknya di depan pintu.
"Tahun baru sudah dekat dan saya khawatir dia kesepian,” tulis pengguna tersebut.
Lebih dari dua miliar pengguna kendaraan umum diperkirakan akan melakukan perjalanan selama periode Tahun Baru Imlek yang lebih panjang, yakni dimulai pada 7 Januari dan berlangsung selama 40 hari, kata Kementerian Transportasi Cina.
Jumlah itu dua kali lipat dari perjalanan tahun lalu dan sekitar 70% dari yang terdata pada tahun 2019, sebelum pandemi pertama kali muncul di Wuhan.
Waspadai 10 Varian SARS-CoV-2 Hasil Mutasi
Pertama kali terdeteksi di Cina akhir tahun 2019, COVID-19 terus bermutasi, 10 varian saat ini menjadi Variant of Concern (VoC) yang dicemaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: Waldemar Thaut/Zoonar/picture alliance
Varian Alpha mutasi dari Inggris
Varian dengan nama ilmiah B.1.1.7 ini terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris Raya. Beberapa peneliti menganggap varian ini jauh lebih menular dibanding virus asli SARS-CoV-2 di Wuhan, Cina. Peneliti Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio sebut varian ini sudah ditemukan pada awal Maret 2021 di Jakarta.
Foto: Hasan Esen/AA/picture alliance
B.1.351 atau Varian Beta
Mutasi jenis ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan pada Oktober 2021. Varian ini disebut-sebut 50% lebih menular. Vaksinasi menggunakan Novavax dan Johnson & Johnson dianggap tidak efektif menghadapi varian ini. Delirium atau kebingungan menjadi salah satu gejala varian Beta.
Foto: Nyasha Handib/AA/picture alliance
Mutasi P.1 di Brasil
Varian ini diberi nama varian Gamma oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mutasi berasal dari kota Manaus, provinsi Amazonas, Brasil. Virus ini pertama kali terdeteksi oleh ilmuwan Jepang yang meneliti sampel seorang warga yang pulang dari Manaus pada Desember 2020.
Foto: Bruna Prado/AP Photo/picture alliance
Delta, mutasi paling menular asal India
Dengan nama B.1.167.2, Delta dianggap 50% lebih menular dibanding varian Alpha yang disebut 50% lebih menular dari virus aslinya. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Mutasi ini memicu gelombang kedua COVID-19 di India.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Mutasi dari Amerika latin, Lambda
Bernama ilmiah C.37, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Pada 15 Juni 2021, WHO menetapkannya sebagai varian yang menjadi perhatian. Tercatat 81% kasus aktif di Peru pada musim semi 2021 akibat varian ini.
Foto: Ernesto Benavides/Getty Images/AFP
Mutasi varian Kappa asal India
Pada Oktober 2020, terdeteksi varian 1.167.2 di India. Gejalanya tidak berbeda jauh dengan gejala varian asli COVID-19. Namun, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut gejala campak muncul pada awal infeksi varian ini.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Eta, varian yang sama dengan Gamma dan Beta
Varian ini membawa mutasi E484-K yang juga ditemukan di varian Gamma dan Beta. Kasus pertama varian ini dlaporkan di Inggris Raya dan Nigeria pada Desember 2020. Ditemukan di 70 negara di dunia, Kanada mencatat rekor 1.415 kasus Eta pada Juli 2021.
Foto: Adeyinka Yusuf/AA/picture alliance
Varian asal New York, B.1.526
Iota merupakan satu-satunya Variant of Concern (VoC) WHO di Amerika Serikat. Dideteksi pada November 2020, jenis virus ini disebut lebih menular dari varian sebelumnya. Para peneliti menyebut varian Iota meningkatkan angka kematian 62-82% bagi para penderita COVID-19 yang berusia lebih tua.
Foto: Wang Ying/Xinhua/imago images
Varian Mu asal Kolumbia di awal tahun 2021
Dengan nama ilmiah B.1.621, varian Mu ditemukan pertama kali di Kolumbia pada Januari 2021.Varian ini sempat dikhawatirkan dapat kebal dari vaksin. Bahkan WHO memperingatkan varian ini memiliki mutasi yang lebih tahan vaksin.
Foto: AGUSTIN MARCARIAN/REUTERS
Ditemukan di Afrika Selatan, Omicron lebih gampang menular
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan sebut gejala dari varian ini sangat ringan. Dilaporkan tidak ada gejala anosmia pada varian ini. Namun, 500 kali lebih cepat menyebar dibanding varian lain. (Berbagai sumber) (mh/ha)
Foto: Fleig/Eibner-Pressefoto/picture alliance
10 foto1 | 10
Kurangnya data resmi
WHO sebelumnya telah memperingatkan, musim liburan Tahun Baru Imlek yang secara resmi dimulai dari 21 Januari itu dapat menyulut kembali lonjakan kasus infeksi COVID-19.
Sementara dengan merujuk minimnya data resmi dari Cina, WHO pada hari Rabu (11/01) telah menyatakan, akan sulit mengelola penyebaran virus selama periode liburan, yang dianggap sebagai migrasi tahunan terbesar di dunia itu.
Meskipun pakar kesehatan internasional telah memperkirakan setidaknya 1 juta kematian terkait COVID tahun ini, Cina hanya melaporkan lebih dari 5.000 kematian sejak pandemi dimulai.
Kebijakan pelonggaran "lockdown" yang tiba-tiba itu, kini membuat sebanyak 1,4 miliar populasi Cina yang kebanyakan tidak memiliki kekebalan alami, terancam infeksi COVID-19. Termasuk banyak lansia yang tidak divaksin secara penuh.
Wabah yang menyebar dari kota-kota besar ke daerah pedesaan dengan sumber daya medis yang lebih lemah, juga dilaporkan telah membuat sejumlah rumah sakit dan krematorium kewalahan.