1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga dan Politisi Menentang Rasisme

20 Maret 2009

Sabtu (21/03) adalah hari pencegahan rasisme internasional. Sejak awal pekan hingga akhir Maret, Jerman selenggarakan berbagai kegiatan, misalnya diskusi, sandiwara yang terutama berkaitan dengan rasisme.

Plakat Pekan Antisrassismus di Jerman th 2007

Jawatan Pelindung Konstitusi Jerman melaporkan, tahun 2007 terdapat 17.176 kasus pidana yang dilakukan ekstremis kanan. Dua pertiga di antaranya merupakan yang disebut delik propaganda, misalnya memperlihatkan simbol yang dilarang konstitusi Jerman, seperti swastika NAZI. Selain itu tercatat 845 kasus penganiayaan. Secara statistik, 2, 3 kasus per hari terjadi di salah satu tempat di Jerman.

Negeri ini tampaknya kini semakin terbiasa dengan serangan bersifat antiwarga asing, antiyahudi dan serangan rasisme. Berita singkat di koran dan laporan polisi pada awal tahun 2009 ini misalnya menyebutkan, seorang perempuan berkulit hitam, usia 19 tahun dipukuli di sebuah jalan di Pirna, daerah di Jerman bagian timur, setelah ia dicaci maki dengan kata-kata berbau rasisme. Atau laporan mengenai seorang pria berkulit hitam asal Angola yang juga dicerca dan dipukul di Berlin.

Laporan tersebut dibacakan kembali oleh aktris Jerman Bibiana Beglau di Berlin dalam rangka pekan antirasisme. Sekitar 20 menit Bibiana dan aktor Matthias Freihof membacakan laporan semacam itu saat digelarnya jumpa pers dengan organisasi "Gesicht zeigen'' atau "Tunjukkan wajahmu". Sejak tahun 2000 sejumlah besar tokoh-tokoh masyarakat dan warga biasa bergabung dalam organisasi warga sipil yang merupakan satu di antara sekian banyak inisiatif di Jerman.

Ketua Gesicht zeigen, yang mantan jurubicara pemerintah Jerman Uwe-Karsten Heye, mengatakan: "Semakin kuat masyarakat sipil, semakin besar perlawanan individu menentang semua bentuk diskriminasi dan rasisme di tempat kerja, di sekolah atau di mana pun. Dan peluang untuk mengalahkannya semakin besar."

Heye juga mengatakan, Neo-Nazi tidak datang begitu saja dari langit. Masyarakatlah yang telah menciptakannya. Ratusan ribu kaum muda tidak punya izasah sekolah dan perspektif. Melalui itu Heye hendak menjelaskan salah satu penyebab rasisme dan antiwarga asing, tapi tidak ingin melihatnya sebagai argumentasi untuk memaafkan tindakan itu.

Jerman telah mengesahkan program aksi melawan rasisme yang diharapkan dapat menanggulangi masalah ini. Dengan begitu Jerman memenuhi tuntutan Konferensi Antirasisme Internasional yang digelar di Durban, Afrika Selatan, tahun 2001. Program aksi Jerman itu mencakup unsur demokrasi, toleransi dan integrasi, selain berusaha menampung bekas anggota ekstrim kanan.

Meski upaya itu dilaksanakan, kritik tetap dilontarkan pada program tersebut, antara lain oleh Lembaga HAM Jerman. Banyak dituding terlalu umum dan tidak mengikat. Wakil ketua parlemen Jerman dari Partai Kiri, Petra Paul, mengeluh karena menurutnya rasisme di Jerman hanya dilihat sebagai masalah yang marjinal. Rasisme yang terlihat pada kehidupan sehari-hari tidak ditangani dengan cukup serius.

Sementara Menteri Dalam Negeri Wolfgang Schäuble menganggap program itu merupakan dasar yang cukup baik untuk membasmi rasisme.

"Kesediaan ditunjukkan semua pihak, di semua jajaran pemerintah dan di masayarakat. Karena itu saya optimis, kita akan membuat kemajuan. Tanpa meremehkan permasalahan, kita dapat melihat kemajuan yang nyata. Jadi ada manfaatnya." Demikian dikatakan Mendagri Jerman beberapa hari yang lalu di Berlin.

Tapi saat itu ia juga terkejut melihat laporan mengenai sikap kelompok ekstrim kanan. Menurut laporan tersebut, 15 persen dari responden siswa sekolah menengah menyatakan, di Jerman terlalu banyak orang asing. (cs)