Tergiur dengan tawaran pekerjaan, ratusan warga India terjebak dalam dunia kejahatan siber di Myanmar.
Puluhan warga negara asing yang diselamatkan, yang diyakini sebagai korban perdagangan manusia dan operasi penipuan di Myanmar, di pos pemeriksaan perbatasan Mae Sot, Thailand
Foto: Information Team of the State Administration Council/Xinhua/IMAGO
Iklan
Pradeep Vijay, 24 tahun, dari negara bagian Maharashtra, India, diperdagangkan ke Myawaddy, Myanmar pada Agustus 2022 setelah merespons tawaran pekerjaan melalui platform media sosial yang ia yakini sebagai tawaran sesungguhnya.
Saudaranya, Deepak, mengatakan kepada DW bahwa Pradeep awalnya dijanjikan pekerjaan sebagai penginput data, namun kemudian ditugaskan untuk menipu ekspatriat India yang tinggal di Amerika Serikat dan memikat para korban berinvestasi dalam mata uang kripto.
"Dia mengalami penyiksaan dan penganiayaan psikologis dan kami berhasil membayar uang tebusan setelah berbulan-bulan dia disekap,” kata Deepak, seraya menambahkan bahwa sampai hari ini, saudaranya menolak membicarakan kasus yang dialaminya dan dia bukan lagi orang yang sama.
Ribuan orang telah diperdagangkan ke KK Park, sebuah kompleks di perbatasan Thailand-Myanmar yang didesain untuk menipu banyak orang di seluruh duniaFoto: Stefan Czimmek/DW
Operasi penipuan pekerjaan di Myanmar
Banyak warga negara India seperti Vijay telah dipaksa dan menjadi korban sindikat kejahatan internasional yang tterkait dengan munculnya pusat-pusat kejahatan siber di Asia Tenggara.
Iklan
Setelah menanggapi iklan lowongan kerja, mereka ditawari gaji yang besar dan direkrut sebagai eksekutif penjualan serta pemasaran digital.
Namun, begitu mereka memulai pekerjaan baru mereka, mereka dipaksa melakukan tindak kriminal oleh mereka yang menjalankan pusat-pusat penipuan, seperti yang diungkapkan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar kepada parlemen pada bulan Desember 2024.
"Di India, kami telah meminta pemblokiran situs-situs yang mempromosikan pekerjaan semacam itu. Kami telah merekomendasikan penuntutan dalam kasus-kasus tertentu untuk orang-orang yang terlibat dalam hal ini,” kata Jaishankar.
Pada bulan Juli tahun lalu, Jaishankar mendesak Menteri Luar Negeri Myanmar U Than Shwe untuk memulangkan orang-orang India yang ditahan secara tidak sah dan menekankan urgensi untuk memerangi komplotan-komplotan penipuan dunia maya.
Salah satu kompleks penipuan mirip penjara yang telah menjamur di Laos, Kamboja dan Myanmar, yang disebut KK Park, terletak di kota Myawaddy, Myanmar, dekat perbatasan ke Thailand.
Setidaknya belasan orang India baru-baru ini diselamatkan dari KK Park oleh Pasukan Penjaga Perbatasan Karen (BGF) Myanmar, sebuah milisi independen yang bersekutu dengan junta militer. Mereka kemudian dipindahkan ke Mae Sot, sebuah kota perbatasan di Thailand.
Myanmar: Aksi Protes Perahu Menentang Kudeta Militer
Warga etnis Intha di negara bagian Shan, Myanmar, melakukan protes unik terhadap junta militer dengan aksi protes perahu di Danau Inle, salah satu tujuan wisata populer di negara itu.
Foto: Robert Bociaga
Protes meluas di Myanmar
Protes terhadap kudeta militer di Myanmar 1 Februari lalu meluas ke luar kota Yangon. Pada 18 Februari, penduduk di sekitar Danau Inle, salah satu tujuan wisata populer di negara bagian Shan selatan, berdemonstrasi menentang junta militer dan menuntut pemulihan demokrasi.
Foto: Robert Bociaga
Protes dari atas perahu
Warga dari semua lapisan masyarakat berpartisipasi dalam aksi protes perahu. Mereka terlihat membawa megafon dan plakat-plakat, sambil melantunkan lagu-lagu revolusi.
Foto: Robert Bociaga/DW
Kudeta militer
Pihak militer awal Februari mengkudeta pemerintahan sipil dengan mengklaim terjadi penipuan yang luas dalam pemilihan umum November lalu, yang dimenangkan secara telak oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dari Aung San Suu Kyi, sekalipun militer ketika itu membuat partai politik untuk menang pemilu. Sejak kudeta, banyak anggota NLD dan pemerintahan sipil yang ditahan, termasuk Suu Kyi.
Foto: AP Photo/picture alliance
Pembangkangan sipil
Sejak kudeta, puluhan ribu orang melakukan protes dan kampanye pembangkangan sipil. Pihak militer menanggapi dengan keras dengan gelombang penangkapan ancaman sanksi berat.
Foto: REUTERS
Aksi protes perahu dukung sanksi Barat terhadap pelaku kudeta
Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi kepada para pemimpin kudeta dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan para tahanan politik lain. Pengunjuk rasa di Danau Inle menyambut baik sanksi tersebut dan mengatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk mengakhiri dominasi militer selamanya. Namun, mereka tidak mendukung rekonsiliasi dengan para jenderal, kebijakan yang diambil Suu Kyi selama ini.
Foto: Robert Bociaga
Sistem demokrasi satu-satunya jalan melindungi minoritas
Negara bagian Shan dihuni oleh warga etnis Intha, yang juga dikenal sebagai "orang danau". "Satu-satunya cara untuk melindungi tradisi minoritas adalah melalui sistem demokratis dan desentralisasi. Itulah mengapa kami membutuhkan demokrasi federal di Myanmar," kata Ko Su, seorang aktivis etnis Intha, kepada DW.
Foto: Robert Bociaga
Sektor turisme di bawah pengawasan militer
Suku Intha mengatakan, mereka belum dapat sepenuhnya memanfaatkan pariwisata karena sebagian besar hotel dan bisnis di daerah tersebut dimiliki oleh orang-orang yang memiliki koneksi dengan militer. Namun sebelum kudeta, penduduk setempat setidaknya bisa mendapatkan keuntungan dari industri pariwisata yang berkembang pesat. (hp/vlz)
Foto: Robert Bociaga
7 foto1 | 7
Membongkar jaringan penipuan tetap menjadi tantangan
Badan investigasi India melaporkan bahwa banyak pusat penipuan di Myawaddy beroperasi dari kompleks besar yang disamarkan sebagai kasino atau zona ekonomi.
Operasi tersebut sebagian besar dijalankan oleh sindikat kriminal, meskipun mereka berkolaborasi dengan kelompok bersenjata lokal untuk perlindungan dan logistik.
"Banyak dari para korban diberikan identitas online palsu dan skala operasinya sangat besar. Mereka dilatih untuk menargetkan pelanggan yang mudah tertipu untuk berinvestasi dalam skema penipuan, seperti platform mata uang kripto palsu,” kata seorang pejabat intelijen senior, yang namanya tidak ingin disebutkan, kepada DW.
"Kami paham bahwa warga India dan warga negara lain ditahan dalam kondisi seperti penjara, dan dijaga tiap saat. Penolakan untuk berpartisipasi dalam penipuan tersebut sering kali berujung pada hukuman, termasuk penyiksaan,” tambahnya.
Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bekerja untuk memerangi kejahatan ini melalui identifikasi korban, pencegahan, dan koordinasi peradilan.
PBB memperkirakan sebanyak 120.000 orang dipaksa bekerja di pusat-pusat penipuan di Myanmar.
Data resmi menunjukkan bahwa 29.466 orang India yang melakukan perjalanan dengan visa kunjungan ke Kamboja, Thailand, Myanmar, dan Vietnam antara Januari 2022 dan Mei 2024 belum juga kembali.
Shreekumar Menon, ahli narkotika dan pencucian uang, mengungkapkan kepada DW bahwa banyak mahasiswa yang pergi keluar negeri sebagai turis dan diculik, dipenjara, dan dipaksa untuk mengoperasikan berbagai skema mata uang kripto dan operasi peretasan siber dari lokasi terpencil.
"Hukum kami tidak dirancang untuk menangkap orang asing yang bekerja di negara lain, baik dalam kejahatan siber atau produksi narkoba,” kata Menon, yang telah mempelajari isu ini secara mendalam.
"Ini adalah situasi yang sangat rumit, dengan orang-orang India yang berpendidikan bersaing dengan orang-orang Nigeria yang tidak berpendidikan, di pasar gelap internasional dan dark web, menargetkan orang-orang yang mudah tertipu untuk mengambil tabungan mereka, atau untuk menawarkan jenis-jenis obat sintetis terbaru,” tambahnya.
Operasi penipuan di Myawaddy, terutama "penipuan cinta” melalui pusat panggilan - yang sering disebut sebagai "penyembelihan babi” - menghasilkan keuntungan yang amat besar.
Dalam penipuan tersebut, yang diperkirakan menghasilkan miliaran dolar setiap tahunnya di seluruh Asia Tenggara, pihak ketiga mendapatkan kepercayaan korban dan, seiring berjalannya waktu, meyakinkan mereka untuk menginvestasikan seluruh uang mereka ke dalam mata uang kripto, yang kemudian menghilang dalam sekejap.
Bagaimana Cara Kerja dan Transaksi dengan Bitcoin?
Bitcoin adalah cryptocurrency atau mata uang digital paling menonjol yang telah mengalami perubahan nilai secara drastis. Simak penjelasan DW mengenai cara kerja Bitcoin berikut ini.
Token samar
Bitcoin dianggap sebagai mata uang digital karena hanya eksis secara virtual, tanpa koin atau uang kertas fisik yang ada di perputaran mata uang publik. Bitcoin juga tidak dapat ditransaksinan secara mandiri dan berada di luar jaringan bank komersial maupun bank sentral. Identitas pemilik bitcoin dan transaksinya tersembunyi.
Pendiri Bitcoin misterius
Cryptocurrency pertama kali dideskripsikan secara publik pada tahun 2008 oleh orang atau seklompok orang yang tidak dikenal, yang menggunakan nama Satoshi Nakamoto. Penggunaan mata uang digital ini dimulai sejak Januari 2009, ketika dirilis sebagai piranti lunak open source.
Bagaimana cara mendapatkan Bitcoin?
Ada tiga cara berbeda untuk memperoleh Bitcoin. Pertama, Anda dapat membeli dengan alat pembayaran yang sah di bursa online virtual seperti Coinbase atau Bitfinance. Kedua, Anda dapat menerima Bitcoin sebagai "pembayaran" atas produk dan layanan Anda. Dan ketiga, Anda dapat membuat Bitcoin Anda sendiri melalui proses yang disebut "penambangan."
Tanpa dompet virtual? Tidak bisa punya Bitcoin
Sebelum membeli Bitcoin, Anda harus menginstal perangkat lunak dompet virtuall yang berisi alamat serta kunci pribadi yang hanya dimiliki sang pemilik untuk mengirim atau menerima mata uang digital. Tanpa dompet virtual, Anda tidak dapat memiliki Bitcoin.
Proses pembayaran dengan Bitcoin
Untuk melihat bagaimana proses pembayaran dengan Bitcoin, mari kita bayangkan Tuan X ingin membeli topi dari Nyonya Y. Hal pertama yang perlu dilakukan Nyonya Y adalah mengirimkan alamat dompet virtualnya kepada Tuan X.
Rangkaian rantai balok
Setelah Tuan X menerima alamat dompet virtual Nyonya Y, dia akan "menandatangani" transaksi dengan kunci pribadinya untuk memverifikasi bahwa dia pengirim Bitcoin. Transaksi sekarang disimpan di blockchain Bitcoin dengan ribuan transaksi lain yang dilakukan dengan Bitcoin setiap hari.
Penambang di era digital
Sekarang transaksi Tuan X disiarkan ke semua peserta lain di jaringan blockchain peer-to-peer, yang juga disebut node. Pada dasarnya, ini adalah komputer pribadi atau "penambang", yang memverifikasi validitas transaksi. Setelah itu, Bitcoin dikirim ke alamat virtual Nyonya Y, di mana dia sekarang dapat membuka kunci transfer dengan kunci pribadinya.
Ruang mesin Bitcoin
Secara teoritis, setiap orang bisa menjadi "penambang" di jaringan blockchain. Pemrosesan Bitcoin mengamankan transaksi dengan menambahkan transaksi baru (atau blok) ke rantai dan menyimpannya dalam antrian.
Rangkaian data yang tidak dapat diubah
Transaksi Bitcoin antara Tuan X dan Nyonya Y akhirnya dimasukkan dalam buku besar, di mana semua transaksi dikonfirmasi sebagai blok. Saat setiap blok memasuki sistem, semua pengguna diberi tahu tentang setiap transaksi. Siapa yang telah mengirim berapa banyak Bitcoin kepada siapa, identitas mereka tetap anonim. Setelah dikonfirmasi, transaksi tidak dapat dibatalkan oleh siapa pun.
Penambangan kontroversial Bitcoin
Penambang menghasilkan Bitcoin baru saat mereka memproses transaksi. Setelah diselesaikan, blok baru ditambahkan ke rantai dan penambang diberi hadiah Bitcoin. Cina adalah penambang terbesar di jaringan Bitcoin. Biaya listrik yang murah memberikannya keunggulan atas penambang saingan, terutama dari AS, Rusia, Iran, dan Malaysia.
Bitcoin yang haus energi
Jaringan Bitcoin mengonsumsi energi dalam jumlah besar, sekitar 120 terawatt jam daya per tahun. Indeks Konsumsi Listrik Bitcoin dari Universitas Cambridge, menghitung bahwa cryptocurrency membutuhkan lebih banyak energi dibanding masing-masing negara yang ditunjukkan dengan warna biru pada peta di atas. (Grafik: Per Sander
Teks: Gudrun Haupt/ha/ hp)
11 foto1 | 11
Tantangan dan keterbatasan
"Memaksa orang untuk melakukan kejahatan siber di dunia nyata kini telah menjadi tren baru,” kata Pawan Duggal, seorang pakar hukum siber, kepada DW.
Duggal mencatat bahwa kasus-kasus yang terjadi baru-baru ini di Myanmar menunjukkan bahwa kerangka hukum yang ada saat ini sudah tidak sesuai lagi untuk mencegah kasus-kasus semacam itu. Dia menyoroti kurangnya perjanjian hukum siber internasional dan lemahnya kerja sama global sebagai tantangan utama.
Meskipun pihak berwenang India telah melakukan banyak penangkapan terkait kegiatan perekrutan ilegal di beberapa negara bagian, organisasi-organisasi bayangan terus bermunculan.
Banyak agen yang beroperasi secara online atau melalui sub-agen yang tidak terdaftar, sehingga sulit untuk dilacak. Oleh karena itu, jumlah penangkapan tetap lebih kecil dibandingkan perkiraan cakupan operasi perdagangan orang dan penipuan.
"Meskipun undang-undang dan penegakan hukum yang lebih kuat itu penting, namun yang lebih penting lagi adalah tingkat kesadaran siber dan kebersihan siber masyarakat yang harus terus diperbarui dan ditingkatkan,” tambahnya.
"Pemerintah harus memainkan peran penting dalam hal ini. Namun, peran pemangku kepentingan lainnya juga sama pentingnya untuk meningkatkan kesadaran siber,” kata Duggal.
Artikel ini diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris.