Cina Paling Ramah, Indonesia Termasuk Paling Anti Pengungsi
19 Mei 2016
Organisasi hak asasi Amnesty International melakukan survei soal akseptansi pengungsi di berbagai negara. Rusia, Indonesia dan Thailand menempati posisi terbawah alias paling tidak ramah terhadap pengungsi.
Iklan
Warga di Cina, Jerman dan Inggris menduduki peringkat teratas sebagai warga yang paling ramah kepada pengungsi. Demikian hasil survei Amnesty International di 27 negara yang dirilis hari Kamis (19/05).
Warga Rusia, Indonesia dan Thailand dianggap yang paling ramah tidak ramah terhadap pengungsi. Amnesty merangkum temuannya dalam peringkat yang disebut "Refugee Welcome Index". Indeks itu diurut berdasarkan tingkat akseptansi warga terhadap pengungsi.
Meraup Keuntungan Ekonomi dari Arus Pengungsi
Para pedagang atau sektor informal di Serbia raih keuntungan dadakan dari arus pengungsi yang mengalir ribuan orang setiap hari. Kesengsaraan bagi pengungsi adalah keuntungan bagi pedagang atau penjual jasa di Balkan.
Foto: DW/D. Cupolo
Calo Tiket Bus
Sektor transportasi jadi bisnis yang tumbuh amat cepat di Balkan. Liridon Bizazli, warga Albania menawarkan jasa angkutan bus pada pengungsi di kamp Presevo. Sekali jalan ke Kroasia tarifnya 35 Euro. Bizazli mengatakan, profesinya dulu sebagai pelayan bar hanya digaji 8 Euro per hari. Kini dengan jadi calo penjual tiket bus ia meraup pendapatan 50-70 Euro per hari.
Foto: DW/D. Cupolo
Boleh Naik Bus Gratis
Tapi Bizazli juga bisa fleksibel dan murah hati. Keluarga yang membawa anak, kadang ia gratiskan menumpang bus. Alasannya, Bizazli sejatinya juga pengungsi dari Kosovo. Perjalanan dengan bus seharusnya gratis, ujar dia. Uni Eropa membayar Serbia untuk membantu pengungsi, tapi pemerintah tidak bertindak dan diduga uangnya mengalir ke jalur gelap.
Foto: DW/D. Cupolo
Main Getok Harga
Setiap hari antara 8.000 hingga 10.000 pengungsi datang ke Presevo. Permintaan tinggi membuat toko-toko buka nonstop melayani pengungsi. Terutama toko bahan makanan dan warung makan selalu penuh. Dampaknya sejumlah toko menaikkan harga dua hingga tiga kali lipat, untuk meraup lebih banyak untung dari rezeki dadakan itu.
Foto: DW/D. Cupolo
Jualan SIM Card Hingga Gerobak
Yang mula-mula dicari pengungsi setibanya di Eropa bukan makanan, melainkan SIM Card untuk ponsel agar bisa mengontak keluarga di Suriah. Akibatnya toko penjual prepaid card tumbuh bagai jamur di musim hujan. Bukan hanya itu, gerobak dorong inipun diburu pengungsi. Antara lain untuk mengangkut anak-anak atau kaum wanita yang sakit, seperti perempuan etnis Kurdi dari Suriah ini.
Foto: DW/D. Cupolo
Penjaja Sepatu Laris
Dengan tibanya musim dingin, banyak pengungsi yang semula berjalan kaki telanjang , terpaksa harus membeli sepatu. Jika terus "nyeker" saat musim hujan pada suhu dingin efeknya adalah penyakit infeksi pada kaki dan juga penyakit lebih berat lain. Warga yang jeli berubah profesi jadi penjaja sepatu dan kaus kaki, yang terbukti amat laris.
Foto: DW/D. Cupolo
Jual Beli Dokumen
Semua pengungsi harus meregistrasi diri di negara jalur transit Balkan. Jumlah petugas terbatas menyebabkan antrian panjang ribuan pengungsi yang memerlukan dokumen resmi. Kesengsaraan ini jadi peluang bisnis bagi supir bus yang nakal. Ia mengumpulkan dokumen milik penumpang yang berangkat ke Kroasia. Kembali ke Presevo ia bisa menjual dokumen "aspal" itu kepada pengungsi yang malas antri.
Foto: DW/D. Cupolo
Informasi Penting
Makin banyak sopir bus atau taksi yang berniat buruk, dengan menarik ongkos bagi perjalanan ke Kroasia tapi menurunkan pengungsi di kota terpencil di Serbia. Untuk melindungi para pengungsi dari kejahatan semacam ini, di kamp penampungan ditempel berbagai informasi berharga yang diterjemahkan dalam dalam beberapa bahasa.
Foto: DW/D. Cupolo
Perampokan di Jalan Tol
Bahkan ada sopir bus atau taksi yang terang-terangan mengancam petugas yang mendampingi pengungsi agar terhindar dari kejahatan semacam itu. Alexander Travelle, seorang relawan dari Presevo, melaporkan sebuah keluarga terdiri dari enam orang dirampok oleh sopir taksinya dengan todongan pistol di jalan tol, setelah diperintahkan membayar 80 Euro per kepala untuk perjalanan ke Kroasia.
Foto: DW/D. Cupolo
Semua Harus Bayar Suap
Agar diizinkan menjual tiket bus di kamp pengungsi Presevo, polisi penjaga kamp harus disogok 100 Euro per minggu. Juga sopir bus dan sopir taksi harus membayar "uang keamanan" kepada petugas polisi di kawasan ini. Namun para relawan mengatakan, tidak semua polisi terima sogokan, walaupun sulit membuktikan masih ada aparat yang bersih.
Foto: DW/D. Cupolo
Tarif Hotel Naik Drastis
Suhu makin dingin dan makin banyak pengungsi terpaksa menginap di hotel. Dengan seenaknya pemilik menaikkan tarif dan mengusir pengungsi yang tak mampu membayar sewa kamar. Jalan keluarnya: beberapa orang pengungsi urunan untuk menyewa satu kamar hotel secara berdesak-desakan.
Foto: DW/D. Cupolo
10 foto1 | 10
Secara keseluruhan, hasil survei itu cukup baik. Satu dari sepuluh responden menyatakan bersedia menampung pengungsi yang lari dari perang dan penindasan di rumahnya.
"Angka-angka ini berbicara sendiri," kata Sekretaris Jendral Amnesty International Shalil Setty.
"Warga siap menyambut para pengungsi,"kata dia. Tapi justru kebijakan pemerintahan menghadapi pengungsi yang "buruk dan berlawanan dari pandangan warganya sendiri."
Konflik panjang di Suriah yang telah merenggut sekitar 270.000 jiwa, belakangan memicu krisis pengungsi terutama di Timur Tengah dan Eropa sebagai jalur dan tujuan orang yang lari dari peperangan. Jutaan orang lain harus mengungsi karena konflik dan bencana.
Mengenai akseptansi pengungsi, Cina menduduki peringkat tertas dan menjadi negara paling ramah terhadap pengungsi. 46 persen warga Cina menyatakan mereka bersedia menerima pengungsi dalam rumah mereka sendiri.
Dalam kategori ini, warga Inggris menempati peringkat kedua, dengan 29 persen menyatakan siap menerima pengungsi di rumahnya. Di Jerman, satu dari sepuluh orang menyatakan siap menerima pengungsi di rumahnya, 96 persen warga setuju negaranya menerima pengungsi.
Di Rusia, 61 persen warga menyatakan setuju kalau pengungsi ditolak masuk.mereka akan menolak pengungsi akses ke negara mereka.
Sekjen Amnesty International Shalil Shetty mengatakan, ada "pandangan umum umum bahwa negara-negara Barat belum memenuhi janji" dalam soal bantuan pengungsi.
Cara Jerman Menolong Pengungsi
Hampir setiap hari ada tempat penampungan pengungsi yang dibakar di suatu tempat di Jerman. Tapi di samping berita buruk seperti itu, ada berita bagus. Yaitu bagaimana ribuan warga Jerman ulurkan tangan bagi pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Endig
Pesta Penyambutan
Pengungsi dan sukarelawan menari bersama dalam pesta penyambutan. 600 pemohon suaka di Heidenau ditempatkan di gedung bekas toko bahan bangunan, dan dilindungi pagar tinggi. Sebelumnya mereka takut meninggalkan tempat penampungan, karena kelompok ekstrem kanan mengadakan perusakan dan meneriakkan kecaman berhari-hari. Pesta diorganisir ikatan Dresden Bebas dari kelompok NeoNazi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Willnow
Selamat Datang di Sylt
Joachim Leber (tengah) membimbing keluarga dari Suriah ini. Ia adalah anggota organisasi Integrationshilfe Sylt (bantuan integrasi Sylt). Di pulau itu sekitar 120 pengungsi ditampung. Sebagian besar dari mereka berasal dari Afghanistan, Somalia dan Suriah. Sukarelawan mengajar mereka bahasa Jerman, memberi sokongan moral, dan jadi anggota keluarga. "Jerman juga dibantu setelah PD II," kata Leber.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Marks
Klub Sepak Bola Welcome United O3
Henning Eich dari klub Lok Potsdam menyambut para pemain dari klub Welcome United 03. Inilah tim sepak bola pertama Jerman yang sepenuhnya terdiri dari pengungsi. Klub ini langsung menang 3:2 dalam pertandingan lawan klub Lok Potsdam. Mereka bisa ikut main karena upaya klub SV Babelsberg . "Sepak bola menyatukan," kata Manja Thieme, yang mengurus tim internasional beranggotakan 40 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Mehlis
Sepeda bagi Pengungsi
Tobias Fleiter memompa ban sepeda bagi seorang pengungsi dari Togo. Proyek "Bikes without Borders" adalah inisiatif dua sukarelawan. Awalnya mereka hanya punya lima sepeda. Sekarang tim sudah beranggotakan 15 sukarelawan, dan sudah memperbaiki serta menyediakan 200 sepeda. Inisiatif di Karlsruhe ini beri kesempatan kepada pemohon suaka untuk punya sarana transportasi.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Deck
Aman di Jalan
Bagaimana caranya naik kereta dari A ke B? Apa artinya tanda-tanda ini? Di mana saya bisa beli karcis? Itu dipelajari pengungsi dari Suriah di Halle, negara bagian Sachsen-Anhalt, di stasiun utama kota itu. Seorang polisi juga menunjukkan, bahwa mereka harus berdiri di belakang garis putih, jika sebuah kereta datang. Jika tidak bisa berbahaya.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Ikatan Perenang Pertama bagi Pengungsi
Di Schwäbisch Gmünd, pengungsi bisa belajar berenang. Ludwig Majohr (pakai topi) memberikan pelajaran berenang. Ikatan yang baru didirikan terutama harus mendorong integrasi, demikian Majohr. "Kami para perenang saling bantu", kata sukarelawan lain, Roland Wendel. "Kami tidak menanyakan nasionalitas." Delapan orang yang sudah pensiun dari profesi mereka aktif membantu pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Bayi Pengungsi Pertama
49 sentimeter, 3.000 gram. Sophia nama bayi perempuan ini. Ia adalah bayi pertama, yang lahir di kapal angkatan bersenjata Jerman "Schleswig-Holstein". Ibunya, Rahmar Ali dari Somalia, jadi pengungsi yang beruntung mendapat bimbingan dokter menjelang melahirkan. "Dalam momen seperti inilah orang merasakan telah melakukan sesuatu yang berguna," kata seorang tentara, yang hadir saat Sophia lahir.
Foto: Reuters/Bundeswehr/PAO Mittelmeer
#WelcomeChallenge
Dengan tagar ini, lewat YouTube dan Facebook sekelompok orang yang memberikan bantuan sukarela menyerukan lebih banyak orang untuk ikut aktif. Mereka yang menolong, sumbangkan foto aksinya. Koki kenamaan Sarah Wiener juga diminta membantu. Ia membawa 150 porsi sup dan roti ke tempat penampungan di Berlin dan membaginya dengan senyum.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Fischer
Bahasa Jerman untuk Sehari-Hari
Sebagi salah satu sukarelawan, Karl Landherr mengajarkan bahasa Jerman kepada seorang pemohon suaka di Thannhausen, Bayern. Landherr yang pensiunan kepala sekolah bersama beberapa rekan juga membuat buku untuk belajar bahasa Jerman bagi pengungsi. Bukunya berorientasi pada hidup sehari-hari, berisi banyak tips, dan sekarang digunakan di seluruh Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Aktif di Tempat Penampungan Pakaian
Di tempat penampungan pengungsi di Berlin semua tempat penuh. Sebelumnya sudah ada tiga tempat baru yang dibuka. Salah satunya adalah sekolah Teske di Berlin Schöneberg yang tidak digunakan. Gedung ini bisa tampung 200 orang. Banyak sukarelawan juga aktif di sini, misalnya untuk mengatur tempat penampungan pakaian hasil sumbangan.
Foto: picture-alliance/dpa/B. von Jutrczenka
10 foto1 | 10
"Saya akan berharap bahwa penduduk Cina (dengan ini) mengirim pesan seperti: "lihatlah, kami siap menyambut mereka," katanya kepada AFP.
Survei Refugee Welcome Index untuk Amnesty International itu itu melibatkan 27000 responden di 27 negara. Hasilnya bisa dibaca di tautan ini: https://www.amnesty.org/en/latest/news/2016/05/refugees-welcome-survey-results-2016/
hp/ap (rtr, dpa, afp)
Jerman Dihantam Telak Krisis Pengungsi
Jerman terpaksa minta bantuan Turki untuk cari solusi krisis pengungsi. Kanselir Merkel janjikan kepada Presiden Erdogan dukungan untuk perundingan anggota Uni Eropa. Jerman kini dihantam telak dampak krisis pengungsi.
Foto: Getty Images/AFP/E. Barukcic
Turki Aktor Utama Cegah Arus Pengungsi
Kanselir Merkel mula-mula bertemu PM Ahmet Davutoglu untuk diskusikan langkah mengerem "eksodus" terbesar dalam sejarah pengungsi dari Suriah dan Irak ke Eropa lewat Turki. Sebagai imbalannya Uni Eropa menjanjikan bantuan 3 milyar Euro. Turki diminta tampung 2 juta lagi pengungsi. Saat ini di Turki sudah ditampung 1.8 juta pengungsi dari kawasan konflik Suriah dan Irak.
Foto: Getty Images/AFP/B. Kilic
Turki Diatas Angin Jerman Merunduk
Kanselir Jerman Angela Merkel sebelumnya tokoh utama penentang permohonan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa. Tapi krisis pengungsi di Eropa yang terutama jadi beban Jerman, memaksanya untuk "sowan" kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Yildiz Palace, Istanbul, Turkey. Merkel antara lain menjanjikan dukungan bagi dibukanya lagi perundingan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa.
Foto: Getty Images/G. Bergmann/Bundesregierung
Pegida Mendapat Angin
Akibat kekecewaan warga atas politik pengungsi yang dijalankan pemerintahan Merkel, kelompok anti orang asing dan anti Islam Pegida seolah mendapat angin. Aksi demonstrasi Pegida semakin banyak didukung oleh warga biasa. Mereke menuding Merkel melakukan "pengkhianatan" dan tidak mendengar kecemasan warga.
Foto: DW/R. Fuchs
Picu Penusukan Tokoh Politik
Seorang warga yang kecewa, melakukan aksi penusukan membabi buta terhadap kandidat walikota Köln, Henriette Reker. Pelaku yang punya sejarah terlibat gerakan ekstrim kanan mengatakan, ia menolong banyak orang dengan aksi brutalnya itu. Reker adalah kepala bagian sosial masalah penampungan pengungsi kota Köln. Reker yang luka parah, terpilih sebagai walikota dalam pemilu lokal di Köln (18/10).
Foto: picture-alliance/dpa/M. Skolimowska
Pengungsi Terus Membanjir
Tanpa terpengaruh ricuh politik dalam negeri di Jerman, ratusan ribu pengungsi terus berusaha memasuki Eropa, dengan tujuan utama Jerman atau Austria. Negara-negara Transit seperti Hongaria, Slovenia, Serbia dan Kroasia kewalahan dan terpaksa mengerahkan tentara untuk mengawasi dan memasang pagar kawat berduri. Jerman dan Austria juga terapkan kontrol ketat pendatang.