1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIran

Warga Iran Diselimuti Rasa Takut Usai Serangan ke Israel

Youhanna Najdi
15 April 2024

Setelah serangan ke Israel, banyak warga Iran khawatir bahwa situasi yang bergejolak tersebut akan menyebabkan eskalasi serangan antara kedua negara. Warga pun bersiap hadapi kemungkinan serangan balasan dari Israel.

Warga Iran di dalam bus
Banyak warga Iran khawatir akan eskalasi serangan antara Iran dan IsraelFoto: Vahid Salemi/AP Photo/picture alliance

Sejumlah pakar yang memantau perkembangan di Iran telah menyuarakan kekhawatirannya soal potensi respons Israel terhadap serangan pesawat nirawak (drone) dan rudal Iran akhir minggu. Mereka memperingatkan bahwa kedua belah pihak dapat dengan cepat melancarkan aksi balas-membalas serangan yang berbahaya.

Dalam siaran untuk kantor TV pemerintah, Komandan Garda Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami, mengatakan bahwa Teheran telah memasuki "persamaan baru", yang berarti bahwa setiap serangan Israel atas "kepentingan, aset, pejabat atau warga Iran akan mendapat balasan dari wilayah Iran."

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Jenderal Mohammad Hossein Bagheri, juga memperingatkan bahwa "respons Iran akan jauh lebih besar dibanding aksi militer malam ini (Sabtu, 13 April 2024), jika Israel melakukan aksi balasan terhadap Iran."

Layaknya mempertegas posisi pemerintah, sebuah mural muncul pada Lapangan Palestina di Teheran, Iran. Mural yang ditulis dalam bahasa Persia dan Ibrani itu berisikan frasa: "Tamparan berikutnya akan lebih dahsyat”.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

‘Sentimen anti-Israel dalam DNA Iran‘

Kepada DW, seorang jurnalis Iran yang berbasis di Berlin, Hamed Mohammadi, mengatakan kalau Iran mengandalkan cara-cara militer untuk menunjukkan kekuatan, setelah tewasnya tujuh perwira tinggi dalam kejadian yang disebut Teheran sebagai sebuah serangan terhadap kedutaanya di Damaskus, awal April 2024.

"Sentimen anti-Israel ada dalam DNA Republik Islam (Iran). Dengan pendekatan ini, konflik di wilayah tersebut akan meningkat secara bertahap," ujarnya.

"Eskalasi belakangan ini menandai fase baru, yang secara efektif memberi Israel lampu hijau untuk memberikan tindakan yang lebih agresif, bahkan di dalam wilayah Iran."

Namun banyak warga Iran yang merasa khawatir dengan ancaman konflik yang meningkat. Mereka pun bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan Israel ke kota-kota di Iran.

Pada Minggu (14/04), departemen DW bahasa Persia mengamati beberapa unggahan di media sosial yang menunjukkan antrean panjang di sejumlah pom bensin. Hal ini dilakukan warga Iran untuk mengantisipasi kenaikan harga bensin secara tiba-tiba.

Swalayan juga dipenuhi oleh pembeli yang memborong kebutuhan pokok berupa beras dan roti, dan mata uang Iran, rial, sempat jatuh ke rekor terendahnya terhadap dolar AS di pasar terbuka, demikian menurut laman pemantau valuta asing Bonbast.

Banyak warga Iran rasakan ‘ketidakpastian‘ masa depan

Seorang penulis dan analis Iran, Soroush Mozaffar Moghadam, melakukan kontak dengan sejumlah warga Iran lewat jejaring media sosial selama beberapa jam usai serangan tersebut. Dia mengatakan bahwa banyak orang yang tampak kebingungan, takut, cemas dan ragu-ragu.

"Di antara mereka yang saya ajak berkomunikasi, terkait konsekuensi soal serangan balasan militer Israel ke Iran, rasa pesimistik soal masa depan dan ketidakpastian menjadi emosi yang paling dominan” kata Moghadam, yang telah meninggalkan Iran karena protes anti-pemerintah tahun 2022.

Moghadam meyakini bahwa sebagian besar warga Iran tidak mendukung kebijakan resmi Republik Islam (Iran), tetapi merasa tidak berdaya untuk melakukan perubahan.

"Satu orang yang saya ajak bicara, seorang pemuda, menekankan bahwa dia melihat tidak ada kepastian akan masa depan dan percaya bahwa kebanyakan orang tidak dapat mempengaruhi perilaku agresif dari pemerintah,” pungkas Moghadam.

(mh/gtp/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait