1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Kristen Irak Membangun Kembali Tempat Kebaktian

Judit Neurink
10 Maret 2022

Banyak upaya sedang dilakukan di Mosul, Irak, untuk membangun kembali gereja-gereja yang dihancurkan oleh kelompok teror ISIS. Karena keberagaman adalah kekuatan, kata Uskup Mosul.

Kepala Biara Samer Soreshow Yohanna di Gereja St George, Mosul
Kepala Biara Samer Soreshow Yohanna di Gereja St George, MosulFoto: Judit Neurink/DW

"ISIS menggunakan biara sebagai penjara bagi orang Yazidi. Salah satu ruang biarawan digunakan sebagai masjid dan patung kuningan Santo George mereka lebur," kata Samer Soreshow Yohanna, Kepala Biara Chaldean, kepada DW.

Untungnya, dia menambahkan, ketika penyerangan itu terjadi pada bulan Juni 2014, dua biksu dapat lolos dengan membawa manuskrip tua yang paling berharga.

Sekarang dia mengawasi pembangunan kembali gereja-gereja. Di provinsi Niniwe saja, tidak kurang dari 14 bangunan Kristen milik berbagai denominasi dihancurkan. Dia menceritakan bagaimana ISIS membayar orang untuk mengambil marmer dari gereja di atas bukit. "Ketika dia menggunakan bahan peledak, kubahnya terbalik dan membunuh orang itu."

Setelah pembebasan kota Mosul dari tangan ISIS tahun 2017, penduduk lokal mencuri apa pun yang ditinggalkan ISIS, tuturnya. Sekarang, semua harus dibangun lagi dari nol.

Pekuburan di Gereja St. George dihancurkan ISISFoto: Judit Neurink/DW

Keberagaman berarti kekuatan

Sebagian besar keluarga Samer Soreshow Yohanna – seperti banyak orang Kristen Irak – telah meninggalkan Irak bahkan sebelum ISIS berkuasa. Dulu ada sekitar 1,5 juta warga Kristen di Irak. Setelah jatuhnya Saddam Hussein dan kerusuhan merebak, banyak yang pergi. Sebelum tahun 2003, di Mosul ada sekitar 24.000 orang Kristen. Sekarang yang kembali hanya sekitar 350 orang.

"Kami ingin orang-orang Kristen kembali secara sukarela,” kata Uskup Mosul, Najib Mikhael Moussa kepada DW. Dan penting untuk membangun kembali gereja dan biara, bahkan jika tidak ada cukup orang Kristen untuk mengisinya, katanya.

"Membangun kembali warisan itu berarti membangun kembali seluruh masyarakat," ujarnya.

Mosul telah mendapatkan kembali keberagamannya, dengan Muslim dan Kristen hidup berdampingan dengan Yazidi lagi, kata Pastor Boulos Thabet Habib. "Keragaman mengirimkan pesan yang kuat melawan terorisme, melawan ISIS. Jika orang Kristen kembali, itu adalah sinyal bagi umat Islam juga, bahwa situasinya aman."

Rekonsiliasi itu penting

Untuk mencegah terulangnya sejarah kelam itu, rekonsiliasi menjadi sangat penting, kata Uskup Mosul Boulos Thabet Habib. "Memang ada ikatan antara kami dan muslim, tetapi lukanya belum sembuh. Muslim lebih menderita — kami hanya kehilangan harta benda kami,” kata Samer Soreshow Yohanna.

Banyak orang Kristen dari Niniwe telah membangun kehidupan baru di wilayah tetangga Kurdi di Irak, terutama di Ankawa, daerah kantong Kristen di Irbil, ibu kota wilayah Kurdi. Samer Soreshow Yohanna juga tinggal di sana, di sebuah biara yang baru dibangun dan menampung para imam Kasdim yang melarikan diri dari Baghdad dan Mosul.

Dia mengakui bahwa banyak orang Kristen takut kekerasan akan terjadi lagi "Mereka hanya datang ke Mosul untuk bekerja, mereka tidak akan tinggal di sini. Mereka yang kembali adalah pedagang, untuk bertani di tanah mereka atau untuk mengatur pensiun mereka. Dan mereka biasanya tidak punya anak," katanya.

Itulah sebabnya para pemimpin agama harus memberi contoh dan membangun kembali. "Untuk memberi harapan, kami datang lebih dulu. Kami bisa saja mengatakan: ayo kembali dan membangun kembali, dan kami akan bergabung dengan Anda sesudahnya. Tapi tidak begitu, kita harus melakukan ini bersama-sama," katanya.

(hp/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait