1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Mesir Pilih Presiden

23 Mei 2012

15 bulan setelah jatuhnya diktator Hosni Mubarak, Mesir menggelar pemilihan presiden bebas pertama. 13 kandidat turun bertarung untuk memperebutkan sekitar 50 juta suara.

Foto: AP

Diantara kandidat yang difavoritkan antara lain adalah mantan ketua Liga Arab dan mantan Menteri Luar Negeri Amr Mussa, Abdel Moneim Abol Fotuh yang didukung oleh kelompok Islam Salafi dan perdana menteri terakhir di masa Presiden Mubarak, Ahmed Shafik serta Hamdeen Sabahi. Mohammed Nursi, dari Ikhwanul Muslim yang menjadi kekuatan terbesar dari hasil pemilu parlemen, juga menjadi favorit terkuat.

Para pengamat belum dapat membuat perkiraan hasil pemilu yang berjalan selama dua hari ini, karena riset opini publik di negara terpadat di wilayah Arab ini masa dalam masa perkembangan. Karena banyaknya kandidat presiden yang maju, diperkirakan tidak ada kandidat yang akan mampu mengumpulkan 50 persen suara yang dibutuhkan untuk menjadi pemenang.

Pemilu Penentuan

Kemungkinan keputusan pemenang baru dapat diperoleh lewat pemilu putaran kedua yang direncakana akan digelar 16 dan 17 Juni mendatang. Presiden terpilih dijadwalkan akan memangku jabatan mulai tanggal 1 Juli, dan menandai berakhirnya dominasi militer selama enam dekade di Mesir.

Setelah berkuasa selama 30 tahun, bulan Februari 2011, Hosni Mubarak mengundurkan diri setelah berlangsungnya demonstrasi masa berminggu-minggu. Kemudian Dewan Militer mengambil alih kekuasaan. Seluruh presiden yang pernah berkuasa di Mesir berasal dari militer.

Kandidat presiden terkuat, dari kiri ke kanan: Ahmed Shafik, Hamdeen Sabahi, Amr Moussa, Mohamed Mursi, Abdel Moneim Abol FotouhFoto: Reuters

Menurut pernyataan Komisi Pemilu Mesir, Hosni Mubaran serta anaknya Gamal dan beberapa mantan pejabat tidak diperbolehkan untuk memilih. Menghindari aksi sabotase dan kekerasan, militer dan polisi diturunkan untuk menjaga fasilitas-fasilitas penting milik pemerintah. Sekolah diliburkan pada hari pemilu.

Selasa (22/05), Perdana Menteri Mesir Kamal el-Ganzouri meminta warga Mesir untuk tenang dan menerima hasil pemilu. ”Saya menyerukan semua pihak untuk menjamin keberhasilan proses pemilu dan untuk menerima keputusan yang diambil mayoritas warga Mesir, yang dinyatakan lewat kotak-kotak suara.“

Himbauan ini dikeluarkan setelah beberapa kelompok politik mengancam akan menggelar demonstrasi massa jika kandidat yang terkait dengan rezim Mubarak memenangkan pemilu.

Tonggak Penting bagi Mesir

Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle melihat pemilu di Mesir sebagai "momen bersejarah" bagi negara ini. "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, warga Mesir dapat benar-benar memilih pemimpin mereka secara demokratis,“ dikatakan Westerwelle di Berlin. Pemilu ini merupakan „tonggak yang sangat penting“ menuju penyerahan kekuasaan secepatnnya kepada tangan yang demokratis yang dilegitimasi. Westerwelle mengingatkan Dewan Militer agar memenuhi janjinya unutk melakukan melepaskan kekuasaan pada akhir Juni. Westerwelle berharap bahwa pengambilalihan kekuasaan dapat berjalan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

yf (dpa/rtr/afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait