Warga Non-Uni Eropa Makin Banyak Bekerja di Jerman.
15 April 2019
Meningkat sebanyak 20 persen dalam tiga tahun berturut-turut, warga negara non-Uni Eropa pindah ke Jerman untuk bekerja. Data menunjukkan kebanyakan dari mereka berasal dari India, Cina dan Amerika Serikat.
Iklan
Badan Statistik Federal (Destatis) pada hari Senin (15/5) melaporkan kenaikan sebanyak 20 persen pekerja asing dari luar negara Uni Eropa datang ke Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Meski demikian angka tersebut masih tergolong kecil dari total 10,9 juta orang asing di Jerman.
· Angka warga negara non-UE dengan izin kerja di Jerman meningkat dari 217.000 mejadi 266.000 di tahun 2018.
· Ini adalah tahun ke-tiga secara berturut-turut dengan angka kenaikan 20 persen.
· Kebanyakan pekerja asing datang dari India (12%), Cina (9%), Bosnia dan Herzegovina (8%) dan Amerika Serikat (7%).
· Rata-rata pekerja asing berusia 35 tahun dan 2/3-nya adalah pria.
· Lebih dari 80 persen memiliki izin kerja sementara dan 17 persen lainnya miliki izin tetap, yang artinya memperbolehkan mereka tinggal selama mungkin.
Balkan Barat sangat tertarik
Laporan statistik menyebutkan pekerja asing gabungan dari negara Albania, Montenegro, Kosovo, Makedonia, Serbia dan Bosnia dan Herzegovina mencapai angka 25 persen di tahun 2018. Sedangkan di tahun 2015 lalu, gabungan dari negara-negara ini hanya mencapai angka 9 persen.
Meski negara-negara Balkan Barat dinyatakan aman pada tahun 2014 dan 2015 lalu, namun untuk mendapatkan visa tinggal permanen dari Jerman makin sulit. Melamar sebagai tenaga kerja asing menjadi pilihan yang diambil banyak orang agar bisa tinggal di Jerman. Ditambah sejak 2016, akses mendapatkan kerja di Jerman bagi warga dari negara-negara ini juga dipermudah.
Yang Berbeda Saat Bekerja di Jerman
Tertarik bekerja di Jerman? Sebaiknya kenali dulu kebiasaan orang Jerman saat bekerja.
Foto: picture-alliance/dpa
Tepat Waktu
Orang Jerman akan hadir 5 menit sebelum rapat dan masing-masing akan menunggu dengan diam tanpa berbicara apapun selain menawarkan kopi. Mereka pun mulai mengeluh jika rapat tidak mulai tepat waktu. Kalau orang Inggris suka memulai 10 menit berbicara topik-topik ringan dengan para kolega rapat pun sering dimulai 10 menit terlambat. Kalau di Indonesia....?
Foto: Colourbox/Y. Iluhin
Berpakaian tak formal ke kantor
Gaya berpakaian pegawai Jerman sangatlah tidak formal dibandingkan pegawai pada umumnya di negara lain. Jeans dan polo shirt adalah pakaian yang normal, wanita pun tidak menggunakan hak. Tak hanya perempuan, para lelaki Jerman suka pakai syal saat bekerja di dalam ruangan terutama jika suhu mencapai 20 Derajat. Saat musim panas perempuan akan menggunakan blus santai dan sepatu terbuka.
Foto: DW
Bebas Email saat liburan
Kolega dan bos saling menghormati hari libur pegawai– Anda pun punya hak untuk meletakkan tagline ‘tidak di kantor’ atau ‘hubungi saya hanya jika mendesak’ pada email Anda. Bahkan perusahaan besar seperti Daimler punya kebijakan: email masuk akan di hapus saat libur atau ditandai sebagai tidak terbaca. Jika manajer mengeluh, maka ia punya masalah kepemimpinan
Foto: Imago/imagebroker
Kerja bukan ngobrol
Orang Jerman terkenal sangat produktif. Mereka tidak akan membuang waktu membuka Facebook atau bahkan mengobrol dengan para kolega tentang siaran TV kemarin malam. Mereka lebih suka menyelesaikan pekerjaannya daripada nongkrong di Kantin. Sisi lainnya, memang suasana kerja di Jerman lebih kaku dan kurang humor.
Foto: Colourbox
Kurang enak badan? Pergi ke dokter!
Jika di Indonesia rata-rata kita tetap ngantor saat flu, beda halnya di Jerman. Saat Flu Anda bisa menggunakan asuransi Anda dan pergi ke dokter. Dokter akan memberikan Anda surat sakit dan waktu secukupnya untuk beristirahat. Rata-rata orang Jerman mengunjungi dokter 18 kali setahun.
Foto: Colourbox
Formalitas di tempat kerja
Orang Jerman akan memanggil koleganya dengan panggilan ‘Bapak’ (Herr) atau ‘Ibu’ (Frau) meskipun mereka duduk dalam satu kantor yang sama bertahun tahun. Jika seseorang memiliki gelar doktor, mereka pun akan dipanggil dengan gelar itu. Kini banyak perusahaan teknologi dengan banyak pekerja asing yang tak lagi bergaya formal – mereka hanya akan memanggil‚‘kamu‘ (du) atau ‘Anda‘ (Sie).
Foto: picture-alliance/dpa
Mulai bekerja sangat awal
Orang Jerman mulai bekerja sangat pagi. Mulai bekerja pukul 06.30 adalah hal yang biasa. Keuntungannya adalah pukul 15.00 mereka pun bisa pulang. Saat musim panas ini adalah keuntungan besar, karena orang bisa bersantai di taman atau berenang di danau setelahnya. slc/hp (liveworkgermany)
Foto: Imago/blickwinkel/F.Herrmann
7 foto1 | 7
Orang asing bekerja di Jerman
Destatis menegaskan bahwa jumlah warga negara non-UE dengan izin kerja tidak sama dengan jumlah orang asing di pasar kerja Jerman. Untuk orang asing yang dimaksud adalah warga negara UE, yang tentunya bebas tinggal dan bekerja di negara anggota UE tanpa izin atau orang asing yang terdaftar dalam Central Register of Foreigners (AZR) atau mereka yang mendapat izin tinggal dan bekerja sebagai pengungsi.
Pertumbuhan pendatang baru
Menurut data AZR pada tahun 2018 ada sekitar 10,9 juta orang dengan hanya satu kewarganegaraan tinggal di Jerman — peningkatan sekitar 292.000 atau 2,7 persen dari tahun sebelumnya. Sementara di tahun 2017 juga terlihat adanya kenaikan sebesar 5,7 persen yang sebagiannya adalah aplikasi pengungsi yang terlambat pasca krisis migrasi pada 2015/16 lalu.
Perubahan hukum
Pemerintah Jerman sahkan hukum yang baru pada akhir 2018 guna penuhi besarnya tuntutan pemenuhan tenaga kerja terampil di pasar kerja. Ini artinya, aturan yang lebih mudah diterapkan bagi pekerja terampil, termasuk bagi mereka yang bukan dari negara anggota UE untuk pindah ke Jerman. Kesempatan ini makin besar jika mereka mengincar lapangan kerja yang krisis kekurangan tenaga kerja.
EKONID: Menyambung Ikatan Bisnis Jerman-Indonesia
Kamar Dagang dan Industri Jerman-Indonesia EKONID memfasilitasi terjalinnya kerja sama para pengusaha dari kedua negara.
Foto: Ekonid
Konferensi Bisnis Jerman-Asia Pasifik, Jakarta 2018
Acara konferensi bisnis Asia-Pacific Conference of German Business ke-16, November 2018 di Jakarta, yang diselenggarakan Ekonid menjadi salah satu ajang komunikasi antara para pebisnis Jerman dan Indonesia.
Foto: Ekonid
Dinner Asparagus dan Anggur Jerman
Tidak hanya menyelenggarakan pertemuan bisnis, Ekonid juga mengadakan acara makan malam bersama dengan menu asparagus dan anggur yang didatangkan langsung dari Jerman.
Foto: Ekonid
Networking bisnis di Jakarta, Mei 2018.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) selama periode Januari-September 2018 realisasi investasi dari Jerman mencapai US$ 153,30 juta di 290 sektor di seluruh Indonesia.
Foto: Ekonid
Pelatihan industri
Ekonid juga menyelenggarakan pelatihan, di antaranya di bidang industri pariwisata yang dilakukan di Jakarta, 2018.
Foto: Ekonid
Lokakarya dan pelatihan
Berbagai workshop juga diselenggarakan untuk bidang bisnis tertentu seperti di bidang kosmetik.
Foto: Ekonid
Kegiatan sosial
Kegiatan sosial untuk menyambung tali silaturahmi antara para pengusaha Jerman-Indonesia di antaranya perayaan khas Jerman dari München, Oktoberfest.
Foto: Ekonid
Sommerfest, pesta musim panas
Salah satu pesta musim panas yang diadakan Ekonid di Jakarta pada 2018. (Teks: Arti Ekawati/hp)