Warga Palestina Sambut Pembongkaran Instalasi Keamanan
27 Juli 2017
Israel berharap bisa mengurangi ketegangan yang pecah setelah insiden penembakan Juli lalu. Tapi langkah terakhir Israel dinilai masih kurang, untuk meredam sepenuhnya bentrokan di kawasan Masjid Al Aqsa.
Iklan
Warga Palestina bersorak sorai di jalanan, membunyikan klakson mobil dan menyerukan "Tuhan Maha Besar," setelah pihak berwenang Israel Kamis pagi membongkar instalasi keamanan yang sebelumnya ditempatkan di sekitar kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur,
Keputusan Israel untuk menyingkirkan instalasi keamanan itu menyusul keputusan serupa untuk membongkar detektor metal di kawasan yang sama dua hari lalu. Keputusan terakhir bertujuan untuk mengurangi lagi ketegangan yang timbul antara pemimpin Palestina serta warga Muslim yang ingin shalat di mesjid Al Aqsa, dengan pemerintah Israel di bawah Perdana Menteri Benyamin Netanyahu.
Awalnya, Netanyahu memerintahkan pemasangan instalasi keamanan di kawasan itu, setelah seorang warga Arab bersenjata menembak mati dua polisi di kawasan bersangkutan tanggal 14 Juli.
Bentrokan Berdarah di Yerusalem
Israel perketat keamanan di Yerusalem menyusul ketegangan mengenai penempatan detektor logam di lokasi suci umat Muslim, Haram al-Sharif, yang juga dikenal sebagai Bukit Bait Allah oleh kaum Yahudi.
Foto: Picture alliance/dpa/M. Illean/AP
Protes yang berujung bentrokan
Protes Palestina berubah menjadi bentrokan di mana satu orang ditembak mati pada hari Jumat (21/07). Kementerian Kesehatan Israel mengatakan setidaknya 20 orang dirawat di rumah sakit akibat luka peluru karet dan menghirup gas air mata saat bentrokan dengan polisi Israel. Keamanan ditingkatkan.
Foto: Picture alliance/dpa/M. Illean/AP
Tidak ada akses untuk pria di bawah 50 tahun
Polisi Israel mengatakan bahwa mereka melarang orang-orang Palestina di bawah usia 50 tahun memasuki Kota Tua Yerusalem untuk sholat Jum'at di tempat suci Haram al-Sharif.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Ketegangan meningkat
Ketegangan di s lokasi suci yang dikenal oleh Muslim sebagai Haram al-Sharif dan Yahudi sebagai Bukit Bait Suci telah meningkat beberapa hari terakhir.
Foto: Reuters/A.Awad
Perempuan diizinkan untuk masuk
Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa mereka mengizinkan wanita dari segala umur memasuki tempat suci untuk beribadah.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Tetap beribadah
Umat Muslim Palestina beribadah di jalanan di luar kompleks masjid selama seminggu terakhir.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Perempuan berkumpul di luar dalam aksi solidaritas
Di Kota Tua Yerusalem, perempuan-perempuan Palestina berkumpul untuk beibadah di jalan-jalan di luar tempat suci, menyusul seruan dari ulama Muslim.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Balilty
Tindakan keamanan yang mencekam
Pihak berwenang Israel mengatakan bahwa tindakan pengamanan dengan detektor logam diperlukan setelah tiga orang bersenjata membunuh dua petugas polisi di pintu masuk tempat ibadah tersebut. Langkah itu memicu kemarahan warga Palestina, yang menuduh Israel berupaya untuk menguasai tempat suci itu.
Foto: picture-alliance/newscom/D. Hill
Konflik melebar
Aksi protes melebar hingga ke perbatasan Tepi Barat. Dewan Keamanan PBB gelar rapat untuk meredakan ketegangan ini.
Foto: Getty Images/AFP/J. Ashtiyeh
Masjid penting di dunia
Persoalan ini dengan cepat dicermati dunia internasional karena kompleks masjid tersebut dianggap sebagai situs suci ketiga dalam Islam setelah Madinah dan Mekkah.
Ed: Rey Azizi(ap/rzn)
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
9 foto1 | 9
Pemimpin Muslim mengecam
Para pemimpin muslim mengecam penempatan instalasi keamanan dan menuduh Israel ingin memperkuat pengawasan atas kawasan yang dianggap suci baik oleh penganut agama Islam maupun kaum Yahudi. Sebelum Israel mencabut semua instalasi, ulama terkemuka Palestina Ikrema Sabri menuntut situasi dikembalikan seperti sebelum 14 Juli. Ia mengancam demonstrasi massal akan terus berlangsung jika itu tidak dilakukan.
Kini, setelah instalasi kemanan dibongkar, para pemimpin agama menyatakan puas dan mendorong warga untuk kembali melakukan shalat di kawasan tersebut. Namun belum jelas apakah pemerintahnya juga puas dengan langkah itu. Ketika instalasi keamanan belum dibongkar, warga shalat di jalan-jalan di luar kawasan itu. Kamis pagi, direktur Masjid Al Aqsa yang jadi salah satu bangunan di kompleks suci itu, menyerukan warga untuk tetap memboikot hingga ada pemeriksaan dan konfirmasi dari komisi pejabat Muslim.
Netanyahu di bawah tekanan
Perdana Menteri Benyamin Netanyahu mengatakan, kamera pengaman canggih yang memungkinkan pengenalan wajah, akan ditempatkan di kawasan itu. Sementara itu, tekanan dari kaum ultra nasionalis Israel mengalir terhadap Netanyahu. Kelompok ini menuduh Netanyahu menyerah pada tekanan publik dan berkelit dari kebijakan yang sudah ia tetapkan sebelumnya.
Netanyahu mengumumkan pembongkaran detektor logam setelah mengadakan pembicaraan telefon dengan pemimpin Yordania, Raja Abdullah II. Masyarakat internasional tidak mengakui kontrol Israel atas kawasan tersebut.
ml/as (ap, afp)
Perang 1967: Yerusalem, Dulu dan Sekarang
Selama setengah abad sejak perang 1967, Yerusalem berada di jantung kontroversi seputar Palestina, pemukiman Yahudi dan pergeseran demografi. Namun kendati begitu tidak banyak yang berubah pada wajah kota abadi itu
Foto: Reuters/R. Zvulun
Masjid Al-Aqsa - 1967
Selamanya Yerusalem diperebutkan oleh kaum Muslim dan Yahudi. Uniknya perang yang berkecamuk pada 1967 hampir tidak mengusik kehidupan warga Yerusalem. Menjelang akhir pekan, penduduk muslim berkumpul di Masjid al-Aqsa untuk menunaikan ibadah Sholat Jumat. Foto ini diambil pada 23 Juni 1967, dua pekan setelah perang berakhir.
Foto: Reuters/
Masjid Al-Aqsa - 2017
Pada lokasi yang sama kehidupan umat Muslim tidak berubah, meski telah berselang separuh abad. Ribuan warga tetap berduyun-duyun menunaikan ibadah di Masjid Al-Aqsa dan berkumpul di halamanya untuk bersantai.
Foto: Reuters/A. Awad
Makam Absalom - 1967
Lembah Kidron adalah kawasan suci buat umat Yahudi dan Kristen. Selain Makam Absalom, putra Raja Daud yang memberontak, lembah ini juga menampung Taman Getsemani, di mana Yesus berdoa sebelum mengalami penyaliban.
Foto: Reuters/Moshe Pridan/Courtesy Government Press Office
Makam Absalom - 2017
Sampai saat ini warga Arab dan Yahudi masih berseteru ihwal nama lembah bersejarah ini. Dalam bahasa Ibrani lembah ini dinamai Kidron, sementara warga Arab menyebutnya Wadi al-Joz.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Bukit Zaitun - 1967
Lini pertahanan pasukan Arab-Yordania di Bukit Zaitun yang membentengi bagian timur Yerusalem mengalami gempuran hebat oleh militer Israel. Tidak butuh waktu lama bagi pasukan Yahudi untuk merebut kawasan strategis tersebut.
Foto: Government Press Office/REUTERS
Bukit Zaitun - 2017
Kini Bukit Zaitun dan kawasan pemukiman Wadi el-Joz yang berada di tepi Yerusalem terlihat modern. Pun menara rumah sakit Augusta Victoria yang dibangun pada awal abad ke19 masih berdiri tegap di puncak Bukit Zaitun. Kawasan tersebut hingga kini dihuni oleh warga Arab di Yerusalem.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Kubah Shakhrah - 1967
Kubah Shakhrah adalah ikon Yerusalem yang diperebutkan. Kompleks suci ini tidak hanya menjadi situs berharga umat Muslim, tetapi juga bangsa Yahudi. Sebab itu keputusan parlemen Israel, Knesset, untuk menyerahkan kompleks Al-Haram kepada umat Muslim sesaat setelah Perang 1967 dianggap mengejutkan oleh banyak pihak.
Foto: Reuters/Moshe Pridan/Courtesy of Government Press Office
Kubah Shakhrah - 2017
Buat warga Yahudi, kubah Shakhrah melindungi batu besar, tempat di mana Bumi diciptakan danNabi Ibrahim mengorbankan puteranya. Sementara untuk umat Muslim, dari tempat inilah Nabi Muhammad melakukan perjalanan langit yang dikenal dengan Isra Mi'raj.
Foto: Reuters/A. Awad
Gerbang Damaskus - 1967
Setelah tidak digunakan lagi sebagai benteng pertahanan, Gerbang Damaskus menjadi pintu masuk utama menuju kota tua Yerusalem. Meski terdapat konsensus antara Arab dan Israel untuk tidak menghancurkan bangunan bersejarah, sebagian tembok Gerbang Damaskus turut hancur dalam Perang 1967.
Foto: Reuters/
Gerbang Damaskus - 2017
Selama berpuluh tahun, kerusakan pada Gerbang Damaskus yang muncul akibat perang dibiarkan tak tersentuh. Baru 2011 silam Israel merestorasi menara dan sebagian besar tembok yang hancur akibat Perang 1967. Kini Gerbang Damaskus menjadi salah satu atraksi wisata paling digemari turis mancanegara.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Arab Souk - 1967
Pasar Arab adalah jantung perdagangan Yerusalem sejak era Kesultanan Utsmaniyyah. Pada era kerajaan Islam terkuat sepanjang sejarah itu Yerusalem mengalami banyak pembangunan, antara lain tembok yang mengelilingi kota tua dan Pasar Arab.
Foto: Reuters/Fritz Cohen/Courtesy of Government Press Office
Arab Souk - 2017
Hingga hari ini Pasar Arab masih riuh oleh pedagang muslim yang menjajakan berbagai barang, mulai dari kebutuhan sehari-hari, pakaian khas Arab hingga berbagai jenis suvenir untuk wisatawan.
Foto: Reuters/A. Awad
Restoran Basti - 1967
Restoran Basti sudah dimiliki oleh keluarga muslim Yerusalem sejak 1927. Saat perang berkecamuk pun warga muslim masih menyempatkan diri bertemu di salah satu tempat makan paling tua di Yeruslem itu.
Foto: Reuters/Moshe Pridan/Courtesy of Government Press Office
Restoran Basti - 2017
Kini, 50 tahun berselang, restoran Basti menjadi lokasi favorit wisatawan asing yang menjelajah kota tua Yerusalem. Setiap tahun restoran ini selalu tutup lebih awal ketika warga Yahudi merayakan pembebasan dan penggabungan Yerusalem ke wilayah Israel sebagai buntut Perang 1967.
Foto: Reuters/A. Awad
Pemakaman Yahudi - 1967
Pada Perang Enam Hari, komandan militer Israel Motta Gur dan pasukannya memantau kompleks Al-Haram dari punggung Bukit Zaitun yang juga menaungi salah satu pemakaman Yahudi paling tua di Timur Tengah. Setelah merebut kawasan strategis ini dari tangan pasukan Yordania, Israel merencanakan perebutan kota tua Yerusalem.
Foto: Government Press Office/REUTERS
Pemakaman Yahudi - 2017
Kini, di lokasi yang sama, ribuan wisatawan berfoto untuk mengabadikan kompleks Al-Haram beserta kota tua Yerusalem. Bukit Zaitun tidak cuma tujuan wisata favorit umat Muslim, melainkan juga bangsa Yahudi.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Sabil Qaitbay - 1967
Mata air Qaitbay yang dibangun pada era Kesultanan Mamluk, dianggap sebagai salah satu sudut paling cantik di kompleks Al-Haram. Meski dibangun dengan gaya Islam dengan membubuhkan ayat-ayat Al-Quran, menara mata air ini didesain oleh seorang arsitek beragama Kristen.
Foto: Reuters/
Sabil Qaitbay - 2017
Sejak Perang 1967, semua bangunan bersejarah dan dianggap suci oleh tiga agama Samawi dilindungi dan dijauhkan dari konflik bersenjata. Sebab itu pula berbagai situs bersejarah di Yerusalem nyaris tak berubah meski didera perang dan gelombang kekerasan. Meski begitu Yerusalem tetap berada di episentrum konflik antara Palestina dan Israel.