Warga Setuju Jika Jam Masuk Kerja di Jakarta Dibagi 2 Sesi
Detik News
8 Mei 2023
Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono memiliki konsep pengaturan jam masuk kerja bagi karyawan. Jam masuk kerja dibagi menjadi dua sesi, yakni pukul 08.00 dan 10.00 WIB.
Iklan
Sejumlah titik di Jakarta kerap macet saat pagi hari di jam berangkat ngantor, tak terkecuali kawasan TB Simatupang arah Fatmawati, Jakarta Selatan. Warga pun setuju jika Pemprov DKI menerapkan kebijakan pembagian jam masuk kantor.
Rencana pembagian jam masuk kantor saat ini masih digodok. Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi menyampaikan konsepnya, yakni pembagian jam masuk kerja jadi dua sesi, jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB.
Salah seorang pekerja bernama Bayu (35) setuju dengan wacana Pemprov DKI membagi jam masuk kerja. Menurutnya, kebijakan tersebut akan mengurangi kemacetan lalu lintas.
"Setuju aja sih sama kebijakan itu. Menurut saya itu bakal ngurangin kemacetan juga," tuturnya.
Bayu mengaku lelah menghadapi kemacetan. Dia mengatakan jam masuk kerja yang serentak memicu terjadinya kemacetan.
"Kebanyakan jam masuk kerjanya kan sama ya jadinya macet parah gini. Sejujurnya saya sudah capek sih setiap pagi ketemu macet," ungkapnya.
Badrun (46), pekerja lainnya, juga mengatakan hal serupa. Badrun menilai salah satu solusi mengurangi kemacetan adalah kebijakan adanya aturan jam masuk kerja.
"Salah satu solusinya sih ya itu (kebijakan jam masuk kerja). Karena menurut saya semuanya kan mungkin sama ya jam masuknya, jadi semuanya berangkat ya jadi macet di jalan," ungkapnya.
Wabah COVID-19 Kurangi Kekacauan Transportasi di Asia Tenggara
Penguncian ketat guna menangkal COVID-19 membawa beberapa kota paling padat di dunia keluar dari kekacauan transportasi.
Foto: picture-alliance/T. Motion
Jakarta, Indonesia
Indonesia, negara terbesar di Asia Tenggara, dan negara dengan populasi terpadat keempat di dunia memberlakukan lebih sedikit pembatasan dibandingkan dengan negara tetangga. Jakarta, pusat wabah corona di Indonesia, tetapkan keadaan darurat pada 20 Maret, dengan menutup sekolah dan mendorong karyawan untuk bekerja dari rumah. Meski begitu, lalu lintasnya tetap lebih sibuk daripada kota-kota lain.
Foto: AFP/B. Ismoyo
Manila, Filipina
Di Manila, sekitar 3,5 juta kendaaraan diperkirakan tidak beroperasi sejak karantina ketat yang diberlakukan pada pertengahan Maret lalu. Hal ini membuat jalanan tampak lengang. Reuters melaporkan bahwa untuk menempuh perjalanan sepanjang 23,8 km di tengah pemberlakuan lockdown, hanya dibutuhkan waktu 20 menit saja. Waktu normal biasanya ditempuh lebih dari dua jam.
Foto: picture-alliance/AA/Dante Diosina JR
Ho Chi Minh City, Vietnam
Lalu lintas di Ho Chi Minh City biasanya sangat padat, apalagi di malam hari. Namun, selama pemberlakuan lockdown, tidak ada kemacetan yang terlihat sama sekali. Vietnam telah melonggarkan pembatasannya lebih awal dari kebanyakan negara lain, sehingga kondisi kemacetan di jalanan perlahan kembali. Negara berpenduduk 96 juta orang ini telah menunjukkan bahwa mereka berhasil mengendalikan virus.
Kuala Lumpur, Malaysia
Malaysia memberlakukan lockdown sebagian pada 18 maret karena kasus infeksi yang melonjak drastis. Kini, pembatasan dikurangi dengan mengizinkan bisnis untuk kembali beroperasi. Kuala Lumpur dikenal dengan kemacetan lalu lintasnya pada jam-jam sibuk, dengan rata-rata setengah juta kendaraan beroperasi di jalan setiap harinya. Saat ini, lalu lintas kembali meningkat karena pembatasan dilonggarkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/V. Thian
Singapura
Penurunan lalu lintas di Singapura, yang secara ketat mengontrol jumlah kendaraanya, kurang terlihat. Sejak perbatasan ditutup pada Maret, kemacetan di dekat jalan lintas utara yang menghubungkan pulau itu dengan Malaysia jauh berkurang. Kemacetan di Bandara Changi, pusat transit internasional utama, juga berkurang. “Pemutus sirkulasi” akan terus berlaku hingga 1 Juni mendatang. (gtp/hp) (reuters)
Foto: picture-alliance/ZUMA/G. Aygalenq
5 foto1 | 5
Badrun berpendapat kebijakan tersebut tidak bisa menghilangkan kemacetan di Jakarta. Namun, paling tidak dapat mengurangi kemacetan.
"Ya tapi mungkin enggak bisa bikin macet hilang. Karena ya populasi di Jakarta udah padet banget. Tapi setidaknya mengurangi (kemacetan)-lah," ungkapnya.
Pengakuan yang sama datang dari Ayu (28). Ayu mengatakan kebijakan tersebut bisa mengurangi padatnya volume kendaraan di Jalan TB Simatupang. Dia mengaku kemacetan membuat dirinya lelah saat bekerja di kantor.
"Ketemu macet gini buat aku capek pas di kantornya. Energinya udah habis di jalan," tuturnya. (ha)