1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Sipil Jadi Korban Utama Perang Libanon

10 Agustus 2006

Yang menjadi korban utama dari perang yang terus berkobar antara militer Israel melawan milisi Hisbullah, adalah warga sipil di kedua belah pihak.

Warga Libanon dalam perjalanan mengungsi ke Suriah
Warga Libanon dalam perjalanan mengungsi ke SuriahFoto: AP

Ongkos perang di Libanon menjadi sangat mahal. Demikian komentar harian Austria Die Presse yang terbit di Wina.

"Perang yang dilancarkan Israel di Libanon, apapun alasannya, tidak perlu dalam dimensi sebesar itu. Jika Israel melancarkan aksi militer terbatas dan benar-benar terarah terhadap milisi Hisbullah, terlepas dari segala kritik, kemungkinan aksinya dapat diterima semua pihak. Akan tetapi, kini Israel tidak hanya memerangi milisi radikal Hisbullah, tapi juga rakyat Libanon. Sejuta rakyat terpaksa mengungsi, ratusan tewas, dan terjadi kerugian harta benda yang sangat luar biasa."

Sementara harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich berkomentar, perang Libanon adalah kejahatan terhadap penduduk sipil.

"Sejak Israel melancarkan perang besar-besaran sebulan lalu, sejuta warga atau sekitar seperempat populasi Libanon dipaksa melarikan diri. Juga di Israel semakin banyak penduduk sipil yang terpaksa mengungsi. Kekejaman terhadap penduduk sipil nyaris serupa, dimanapun di berbagai kawasan perang pada zaman modern ini."

Sedangkan harian Denmark Information yang terbit di Kopenhagen menarik neraca, aksi militer Israel di Libanon telah gagal.

"Lebih dari empat pekan perang di Libanon, situasinya semakin jelas: serbuan militer Israel tidak mampu mengamankan penduduknya sendiri, dan sasaran utama Hisbullah untuk menghapus Israel, tetaplah sebuah utopia. Pada pokoknya, aksi militer Israel itu, baik praktis maupun politis telah gagal. Pengalaman dari perang Irak dan Afghanistan menunjukan, penggunaan cara kekerasan militer juga harus disertai dengan misi diplomasi. Tapi yang paling menyakitkan adalah kelambanan Dewan Keamanan PBB dalam memberikan reaksi atas serangan militer Israel. Dampaknya milisi Hisbullah naik pamornya, menjadi sebuah kelompok yang cukup kuat dan mampu menghadapi musuh yang sulit dikalahkan."

Tema lainnya yang menjadi topik komentar harian Eropa adalah aksi kekerasan brutal terhadap petugas bantuan humaniter di Sri Lanka. Sedikitnya 17 petugas lembaga bantuan humaniter Prancis, yang menolong para korban bencana tsunami, tewas dibantai di timur Sri Lanka.

Harian Perancis La Croix yang terbit di Paris berkomentar:

"Rakyat Sri Lanka mati atau hidup jauh dari perhatian publik. Aksi pembantaian itu menunjukan, betapa sulit dan penuh risikonya tugas organisasi non pemerintah di kawasan konflik. Aksi pembunuhan terhadap petugas bantuan, wartawan dan pengamat internasional di Sri Lanka menunjukan, negara itu tidak memerlukan saksi mata dari luar. Rakyat yang ibaratnya disandera, kini tidak dipedulikan lagi nasibnya."