Warga Suriah di Jerman Ditahan atas Tuduhan Kejahatan Perang
5 Agustus 2021
Banyak pengungsi asal Suriah masuk ke Jerman untuk mengajukan permohonan suaka, di antara mereka ada juga yang diduga penjahat perang. Pengadilan Jerman memang bisa mengadili kejahatan yang terjadi di luar negeri.
Iklan
Seorang pria warga Suriah berusia 54 tahun ditahan polisi Jerman di Berlin hari Rabu (04/08). Dia dituduh terlibat beberapa kasus kejahatan perang di Damaskus dan pembunuhan atas sedikitnya tujuh orang.
Ini bukan kasus pertama di Jerman. Kejaksaan telah menyelidiki beberapa kasus serupa, atas laporan para pengungsi Suriah mencari keadilan atas kejahatan perang yang mereka saksikan atau alami di negara asal mereka.
Pengadilan Jerman sekarang memang bisa mengusut kejahatan perang atau kejahatan kemanusiaan. yang terjadi di luar negeri. Jaksa di Jerman menggunakan prinsip yurisdiksi universal dalam hukum internasional, yang memungkinkan kejahatan perang yang dilakukan oleh orang asing dituntut di negara lain.
Dituduh melakukan kejahatan perang
Kejaksaan Jerman menuduh pria Suriah yang ditangkap di Berlin itu telah menembakkan granat ke kerumunan warga sipil yang berkumpul di sebuah lapangan di kawasan Yarmuk di Damaskus pada pada 2014. Ledakan itu menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai tiga orang lain, termasuk seorang anak berusia 6 tahun.
Iklan
"Terdakwa diduga kuat telah melakukan kejahatan perang. Sehubungan dengan ini, dia juga didakwa dengan tujuh dakwaan pembunuhan dan tiga dakwaan penganiayaan berat," kata kejaksaan di Berlin.
Bulan April lalu, pengadilan di Koblenz menjatuhkan vonis 4,5 tahun penjara kepada seorang mantan anggota dinas rahasia Suriah, yang terbukti melakukan penyiksaan terhadap demonstran antipemerintah di negaranya. Dia kemudian mengungsi ke Jerman dan mengajukan permohonan suaka. Namun, para korban yang juga mengungsi dari Suriah ke Jerman mengenalinya dan mengadukan dia ke pengadilan.
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Mantan anggota milisi bersenjata
Menurut jaksa, pria yang ditahan polisi itu adalah anggota milisi bersenjata yang ditugaskan oleh rezim Suriah untuk mengawasi dan mengendalikan kawasan Yarmuk di Damaskus selatan.
Setelah perang Suriah berkecamuk, mayoritas dari 160.000 penduduk Yarmuk meninggalkan kota dan mengungsi. Warga yang tetap tinggal di Yarmuk menghadapi kekurangan makanan yang parah di bawah pengepungan pasukan pemerintah.
Badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, ketika itu masih mendistribusikan makanan di Yarmuk hingga April 2015, sebelum akhirnya anggota kelompok teror ISIS masuk dan menguasi kawasan itu..
Kejaksaan di Berlin mengatakan, para korban serangan granat yang dilontarkan pria Suriah itu sedang menunggu pembagian makanan UNRWA.