1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Warga Suriah di Jerman: Segera Pulang atau Tetap di Jerman?

12 Desember 2024

Masih belum jelas bagaimana perkembangan Suriah setelah rezim Assad tumbang. Namun di Jerman, ratusan ribu pengungsi Suriah dihadapkan pilihan sulit, pulang atau tetap menetap di Jerman.

Warga Suriah di Berlin merayakan runtuhnya rezim Assad
Warga Suriah di Berlin merayakan runtuhnya rezim Assad Foto: Julius Christian Schreiner/dpa/picture alliance

Berakhirnya rezim Bashar al-Assad di Suriah yang berlangsung dengan sangat cepat mengejutkan politisi dan masyarakat Jerman. Seiring dengan itu, dengan cepat juga terdengar suara-suara menuntut agar pengungsi Suriah segera dipulangkan. Tapi ada juga suara-suara yang menyerukan agar masalah ini tidak jadi tema kampanye menjelang pemilu dini di Jerman tanggal 23 Februari mendatang.

Sebagai reaksi awal, Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi memutuskan untuk menangguhkan prosedur suaka bagi orang-orang dari Suriah. Sebagian besar permohonan suaka ini didasarkan pada penganiayaan dan pengejaran yang dilakukan oleh rezim Assad.

Sekretaris jenderal partai liebraldemokrat FDP, Marco Buschmann, mengatakan di televisi RTL: "Jika orang datang ke sini bertahun-tahun yang lalu, beberapa dari mereka telah memperoleh kewarganegaraan Jerman dan dapat mencari nafkah dengan bekerja sendiri, maka mereka harus memiliki perspektif untuk tetap tinggal (di sini)."

Tapi untuk orang-orang yang berstatus pengungsi dan masih mendapat tunjangan dari Jerman, situasinya lain. "Tentu saja mereka hanya bisa tinggal di sini selama ada alasan hukum untuk itu, dan itu adalah perang saudara,” kata Marco Buschmann.

Politisi oposisi Jens Spahn dari partai CDU sebelumnya juga pernah melontarkan pernyataan serupa. "Bagaimana jika pemerintah federal menawarkan: Siapa pun yang ingin kembali ke Suriah, kami akan menyewa pesawat untuk mereka dan mereka akan menerima uang sebesar 1.000 euro", katanya. Dia juga menyarankan untuk mengadakan konferensi tentang pembangunan kembali Suriah bersama dengan Austria, Turki dan Yordania.

Kanselir Scholz dan Menlu Baerbock: Tunggu perkembangan selanjutnya

Dalam sebuah wawancara dengan DW, anggota parlemen Partai Hijau Lamya Kaddor, yang orang tuanya berasal dari Suriah, memperingatkan agar tidak langsung mengambil kesimpulan. "Pemerintah federal sekarang harus memantau situasi di Suriah dengan sangat obyektif. Dan memastikan bahwa kelompok minoritas khususnya mendapat perhatian dan perlindungan."

Pemerintah Jerman harus menunggu beberapa waktu hingga penilaian serius dapat dilakukan, kata Lamya Kaddor. "Seperti apa pembagian kekuasaan yang baru? Bagaimana Anda menjalin kontak dengan HTS, yang di Jerman masih diklasifikasikan sebagai organisasi teroris?”.

Kanselir Jerman Olaf Scholz (SPD) menyebut jatuhnya Assad sebagai kabar baik. Dia menambahkan bahwa Assad telah "secara brutal menindas rakyatnya sendiri, mengorbankan nyawa yang tak terhitung jumlahnya dan mendorong banyak orang meninggalkan Suriah.”

Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock (Partai Hijau) berbicara tentang "kelegaan besar ” bagi jutaan warga Suriah. Namun negara ini tidak boleh jatuh ke tangan "kaum radikal lain – tidak peduli apa pun kedok mereka.”

Ketua Komisi Urusan Luar Negeri parlemen Jerman Bundestag, Michael Roth (SPD), juga memperingatkan agar tidak mengganti "kediktatoran sekuler yang berdarah” dengan kediktatoran fundamentalis agama.

Pekerja asal Suriah dibutuhkan sektor kesehatan

Sampai akhir Oktober 2024, sekitar 974.000 orang asal Suriah tercatat tinggal di Jerman. Hal ini diumumkan Kementerian Dalam Negeri di Berlin. Hal ini menjadikan komunitas warga Suriah di Jerman sebagai komunitas terbesar di luar dunia Arab.

Hanya sekitar 5.090 dari mereka yang diakui sebagai pencari suaka. Sekitar 321.000 orang menikmati perlindungan berdasarkan Konvensi Pengungsi Jenewa dan sebanyak 330.000 orang lainnya kini sudah menerima "perlindungan tambahan” – yang berarti mereka tidak berstatus pengungsi ataupun status suaka.

Banyak warga Suriah juga yang datang ke Jerman sebagai bagian dari reunifikasi keluarga. Sebagai perbandingan: pada tahun 2011, pada awal perang saudara di Suriah, hanya ada sekitar 35.000 warga Suriah yang tinggal di Jerman.

Berapa banyak dari orang-orang ini yang secara serius mempertimbangkan untuk kembali ke Suriah masih belum jelas. "Hal ini tidak terjadi secara spontan,” kata Lamya Kaddor. Anda dapat begitu saja datang ke perbatasan Turki-Suriah. Karena " kecil kemungkinannya bisa masuk (ke Suriah).”

Dia mengatakan, mereka yang baru berada di Jerman selama dua atau tiga tahun mungkin lebih bersedia untuk segera kembali. "Tetapi saya baru saja melihat anak muda berusia antara 16 dan 20 tahun di Duisburg yang tidak memiliki ingatan sama sekali tentang Suriah.”

Banyak juga warga Suriah yang kini sudah bekerja di sektor kesehatan Jerman yang kekurangan tenaga kerja. Ketua Asosiasi Rumah Sakit Jerman, Gerald Gaß, mengatakan kepada majalah berita "Der Spiegel”: "Kami dapat memahami bahwa banyak dari mereka ingin kembali ke tanah air mereka dan sangat dibutuhkan di sana.”

Namun dia melanjutkan: Orang-orang dari Suriah kini memainkan peran besar di rumah sakit, terutama di kota-kota kecil: "Jika mereka meninggalkan Jerman dalam jumlah besar", hal ini akan berdampak pada sektor kesehatan.

Diadaptasi dari artikel DW bahasa Jerman

Jens Thurau Jens Thurau adalah koresponden politik senior yang meliput kebijakan lingkungan dan iklim Jerman.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait