Islamic State mulai aktif memburu wartawan Suriah yang bermukim di Turki. Sikap paranoid pemerintah di negeri dua benua itu ironisnya mempermudah simpatisan ISIS membunuh sasarannya.
Iklan
Usianya baru 37 tahun ketika dua peluru mengoyak tubuh Naji al Jerf di sebuah jalan di Gaziantep, Tenggara Turki. Jurnalis Suriah itu dikenal berkat laporannya yang mendalam tentang Islamic State. Ia meninggalkan dua putri. Salah satunya baru berusia balita.
"Tentu saja pelakunya adalah ISIS," ujar Nawar Bulbul, sutradara teater Suriah yang berteman dekat dengan Al Jerf. "Suriah telah kehilangan salah satu sineas terbaiknya." Al-Jerf berulangkali membuat film dokumenter tentang perang Suriah. Terakhir ia mengangkat kisah penderitaan warga sipil di Aleppo.
Kematian Naji al-Jerf menggambarkan situasi pelik yang dialami jurnalis baik yang berasal dari Turki atau dari negara lain di Turki. Negeri dua benua itu saat ini mendarat di posisi 149 dari 180 negara dalam daftar kebebasan pers yang dirilis Reporters Without Borders.
Al-Jerf cuma satu dari sekian target serangan IS terhadap individu yang bermukim di Turki. Selain mengirim pelaku bom bunuh diri kepada kelompok Kurdi atau aktivis kiri, IS belakangan juga aktif mengincar wartawan Suriah.
Oktober silam Ibrahim Abdul Qadir dan Fares Hamadi dibunuh di Urfa, sekitar 140km dari Gaziantep. Serupa Al Jerf, keduanya bekerja untuk media independen "Raqqa is Being Slaughtered Silently" yang fokus mengungkap kekejaman Islamic State.
Organisasi itu belum lama ini mendapat "International Press Freedom Award," atas kiprahnya meliput perang Suriah. "Kami meratapi kematian teman dekat," ujar Abdul Aziz al Hamza, jurubicara kelompok tersebut. "Kami kecewa karena kami mulanya mengira Turki adalah negara yang aman."
Dugaan tersebut terbukti keliru. Turki yang kini dikuasai partai konservatif AKP sejak lama mengekang kebebasan pers. Pakar Turki, Gareth Jenkins meyakini sikap paranoid AKP terhadap pemberitaan kritis justru menguntungkan ISIS. "Masalah terbesar adalah rasa takut. Jurnalis akan menghindari laporan kritis tentang Suriah. Dan sikap AKP, entah itu sengaja atau tidak, justru membuat simpatisan IS merasa aman buat melakukan pembunuhan terhadap wartawan."
rzn/as
Inilah Sumber Keuangan ISIS
Sumber utama keuangan ISIS adalah penjualan minyak, penjarahan bank, pajak dari rakyat di daerah pendudukan dan penjualan barang antik. Dengan kekayaan 2 milyar Dolar ISIS bisa bertahan 2 tahun jika jalur dana diputus.
Foto: picture alliance/abaca
Penjualan Minyak Illegal
Sumber utama pemasukan ISIS adalah dari penjualan minyak ilegal. ISIS berhasil merebut beberapa ladang minyak penting di Suriah dan Irak. Sudah jadi rahasia umum jalur penyelundupannya adalah lewat Turki. Pentagon menaksir tiap bulan ISIS meraup omset 40 juta Dolar dari pasar gelap minyak.
Foto: Getty Images/J. Moore
Penjarahan Bank
ISIS selalu menjarah bank-bank di kawasan yang mereka rebut di Suriah dan Irak. Pemerintah Amerika menaksir antara 500 juta hingga satu milyar Dolar berhasil diraup ISIS dari bank-bank tersebut. Saat menaklukkan kota Mossul di utara Irak, dilaporkan 420 juta Dolar raib dijarah. Jumlah ini cukup buat membayar gaji 50.000 jihadis selama setahun.
Foto: Getty Images/S. Platt
Pajak dan Pemerasan
8 juta rakyat di kawasan kekuasaan ISIS harus membayar pajak Antara 5 sampai 15 persen dari pendapatan. Pemerintah Jerman melaporkan, ISIS juga terapkan pajak khusus bagi warga non Muslim. Juga perusahaan di kawasan taklukan harus membayar rutin sejumlah uang perlindungan.
Foto: DW/Andreas Stahl
Penjualan Barang Antik
Para "jihadis" biasa mempropagandakan aksi menghancurkan berhala dari kota-kota antik yang dikuasai ISIS. Tapi barang antik berharga tinggi biasanya diamankan dan diselundupkan untuk dijual di pasar gelap. Juga banyak artefak temuan arkeolog yang disita dan dijual di pasar gelap. Sejauh ini tidak ada angka pasti omset penjualannya.
Foto: Getty Images/AFP/J. Eid
Penculikan dan Uang Tebusan
Penculikan dan permintaan uang tebusan, ibarat pisau bermata dua bagi ISIS. Di satu sisi sumber pemasukan, dan di sisi lain propaganda teror. ISIS diyakini kantungi puluhan juta Dolar uang tebusan. Sandera yang punya efek propaganda besar, biasanya dieksekusi dan videonya ditayangkan lewat Internet. Dengan sekali pukul, ISIS mencapai dua sasaran.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Sumbangan
Simpatisan ISIS cukup banyak tersebar di mana-mana dan menyumbang dana bagi kelompok teror ini. Total sumbangannya ditaksir 40 juta Dolar pertahun. Lembaga riset terorisme internasional melaporkan, kasus tertinggi dipegang Arab Saudi, yang sejak 2010 menghukum 860 orang dengan tuduhan membiayai teror. Posisi kedua diduduki AS dengan 100 vonis.