Mobilitas masyarakat saat libur panjang dikhawatirkan berimbas pada kenaikan kasus corona. Pemerintah dan pakar pun menyarankan warga agar liburan di rumah, serta menerapkan protokol kesehatan saat keluar rumah.
Iklan
Libur panjang di akhir bulan Oktober akhirnya tiba. Warga yang hendak plesiran diimbau selalu mematuhi protokol kesehatan agar tidak melahirkan kasus corona baru di Tanah Air.
Pemerintah telah menetapkan cuti bersama pada 28 dan 30 Oktober. Dua tanggal cuti bersama itu mengapit tanggal merah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 29 Oktober. Kebijakan cuti bersama ini ini diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 17 tahun 2020.
Ada sejumlah wejangan yang disampaikan menyambut libur panjang ini. Pesan itu salah satunya disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mewanti-wanti jangan sampai libur panjang berdampak pada kenaikan kasus Corona di Indonesia.
"Ratas hari ini kita berbicara antisipasi penyebaran Covid berkaitan dengan libur panjang di akhir Oktober 2020. Mengingat kita punya pengalaman kemarin libur panjang 1,5 bulan yang lalu, setelah itu terjadi kenaikan agak tinggi," kata Jokowi saat memimpin Ratas Antisipasi Penyebaran Covid-19 Saat Libur Panjang Akhir Oktober 2020 yang disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden, pada Senin (19/10/2020).
Jokowi mengajak para menterinya menyusun strategi agar peristiwa itu tidak terjadi lagi. Jangan sampai kasus Corona di Indonesia naik akibat libur panjang.
"Selama libur panjang anjuran kami adalah di rumah saja, kalau pun berpergian disiplin protokol kesehatan," kata Anies di Mapolda Metro Jaya, Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (26/10/2020).
Menurut Anies, hal itu bertujuan mencegah meningkatnya angka positif virus Corona di Jakarta pascalibur panjang tersebut berlangsung. Dia menyebut kerap kali angka penyebaran virus Corona naik usai warga memanfaatkan momen libur panjang.
Anies pun mengimbau masyarakat untuk tetap patuh terhadap protokol kesehatan di manapun berada.
Mendagri usul warga beres-beres rumah saat libur panjang
Sebelumnya, Mendagri Tito Karnavian memprediksi masyarakat akan memanfaatkan hari Senin-Selasa dan Sabtu-Minggu untuk bablas libur panjang. Tapi mobilitas masyarakat di libur panjang ini dikhawatirkan berimbas pada kenaikan kasus Corona.
"Pergerakan masyarakat ini bisa menimbulkan penularan. Oleh karena itu, ini perlu kita waspadai bersama agar liburan tidak jadi media penularan, ada beberapa hal yang perlu kita lakukan bersama," kata Tito seusai ratas bersama Presiden Jokowi, Senin (19/10/2020).
Pemerintah menyarankan agar warga yang berada di zona merah Corona tidak pergi berlibur atau pulang kampung. Tito memberi saran alternatif kegiatan saat libur panjang di rumah saja, yaitu salah satunya beres-beres rumah
"Rekan-rekan yang daerahnya merah, rawan penularan, kalau memang bisa tidak pulang dan tidak berlibur. Lebih baik isi waktu di tempat masing-masing. Beres-beres rumah atau tempat tinggal, menikmati liburan bersama keluarga di kediaman masing-masing. Itu yang diharapkan," paparnya.
Iklan
Saran epidemiolog untuk tangkal corona saat libur panjang
Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Iwan Ariawan mengingatkan potensi penularan Corona saat libur panjang.
Iwan menyarankan warga untuk tetap tinggal di rumah selama libur panjang untuk mencegah penularan COVID-19.
Iwan menyebut peningkatan kasus Corona biasanya terjadi 2 minggu setelah libur panjang. Dia mengatakan peningkatan kasus terjadi karena adanya pergerakan manusia.
"Setelah libur panjang biasanya diikuti dengan peningkatan kasus COVID-19 dalam kurun waktu 2 minggu setelah liburan tersebut. Peningkatan kasus terjadi karena peningkatan pergerakan penduduk selama liburan tersebut," kata Iwan kepada wartawan, Senin (12/10/2020).
Iwan mengatakan pergerakan penduduk akan mempengaruhi penularan Corona apabila tidak disertai dengan penerapan protokol kesehatan. Dengan demikian kasus positif akan meningkat.
Ada dua hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya lonjakan kasus. Iwan menyarankan agar libur dilakukan di rumah, serta menerapkan protokol kesehatan saat keluar rumah.
Linimasa Perjalanan COVID-19 di Indonesia
Dua tahun sudah Indonesia berjibaku memerangi pandemi COVID-19. Indonesia pun jadi salah satu negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia. DW merangkum fakta-fakta tentang penyebaran virus corona di Indonesia.
Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Kasus pertama mucul pada 2 Maret 2020
Tanggal 2 Maret 2020, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Joko Widodo didampingi Menkes kala itu Terawan Agus Putranto umumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Dua perempuan asal Depok yakni seorang ibu (64) dan putrinya (31) dilaporkan positif COVID-19 setelah diduga tertular WNA asal Jepang. Kala itu Menkes Terawan mengimbau masyarakat tak panik. "Enjoy saja, makan yang cukup," ujarnya.
Foto: DW/P. Kusuma
Menteri pertama positif COVID-19
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi jadi pejabat negara pertama yang terkonfirmasi positif COVID-19 pada pertengahan Maret 2020. Edhy Prabowo yang saat itu masih menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan juga dikabarkan positif COVID-19, begitu juga dengan Fachrul Razi saat masih menjabat Menteri Agama. Terakhir, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga positif COVID-19 pada awal Desember 2020.
Foto: picture alliance/AA/E. S. Toyudho
Bukan lockdown
Pada 31 Maret 2020, bertempat di Istana Bogor, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB yang diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020. Setiap daerah dapat mengajukan penerapan PSBB yang nantinya disetujui oleh Menteri Kesehatan RI. Tampak pada gambar salah satu stasiun MRT di Jakarta ditutup selama PSBB.
Foto: DW/A. Muhammad
Langkah 'extraordinary'
Dalam rapat terbatas pada 18 Juni 2020 di Istana Merdeka, Jokowi menegaskan jajarannya untuk bekerja lebih dari "biasa-biasa saja" mengacu kepada situasi darurat pandemi COVID-19 saat ini. Ia mengatakan belanja kementerian, salah satunya Kementerian Kesehatan tergolong rendah padahal anggaran sebesar Rp 75 triliun sudah disediakan. Jokowi juga mengancam akan melakukan reshuffle kabinet.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Vaksin Merah Putih
Indonesia sendiri tengah mengembangkan vaksin virus corona melalui tiga institusi yang dipunya salah satunya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Dalam wawancara eksklusif dengan DW Indonesia, Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan pihaknya tengah memetakan tipe virus corona yang ada di Indonesia. Ia optimis vaksin siap diproduksi massal pada tahun 2021 setelah lalui proses uji klinis.
Foto: Eijkman Institute
Kalung Antivirus Corona
Awal bulan Juli 2020, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) merilis produk kalung Eucalyptus yang diberi nama "Kalung Antivirus Corona''. Kalung berisi Eucalyptus (kayu putih) ini diklaim dapat berpotensi membunuh virus corona penyebab COVID-19. Kalung ini pun menuai tanggapan beragam dari berbagai pihak. Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap memproduksi massal kalung tersebut.
Foto: DetikHealth/A. Reyhan
Kluster baru bermunculan
Kenaikan kasus COVID-19 pun dilaporkan di berbagai tempat. Pada 9 Juli 2020, Indonesia mencatat kasus harian 2.657 kasus positif. Dari angka tersebut diketahui sebanyak 1.262 kasus dari Secapa AD di Hegarmanah, Kota Bandung. Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito pada akhir Novermber 2020 mengatakan semakin marak timbul kluster baru COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia.
Foto: Reuters/Beawiharta
Uji klinis di Bandung
Bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi asal Cina, Sinovac, Indonesia melalui PT Bio Farma tengah melakukan uji klinis tahap tiga vaksin corona mulai awal Agustus tahun ini. Lokasi uji klinis di enam titik kota Bandung. Sebanyak 1.620 relawan dilibatkan dalam pengembangan vaksin, tak terkecuali Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Presiden Joko Widodo (kiri) saat mengunjungi PT Bio Farma (11/08).
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Pilih vaksin Sinovac asal Cina
Pada 7 Desember 2020 Indonesia menerima 1,2 juta dosis vaksin Sinovac buatan Cina. Kemudian pada 31 Desember 2020 Indonesia kembali menerima 1,8 juta dosis vaksin Sinovac. Pada 11 januari 2021 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya resmi memberikan izin darurat penggunaan vaksin tersebut. Berdasarkan evaluasi BPOM menunjukkan efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac mencapai 65,3 persen.
Foto: Presidential Palace/REUTERS
Vaksinasi perdana 13 Januari 2021
Presiden Joko Widodo jadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin corona. Bertempat di Istana Negara, Jokowi disuntik vaksin Sinovac pada Rabu (13/01), pukul 09.42 WIB oleh Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan Prof. Abdul Muthalib. Selain Jokowi, Panglima TNI, Kapolri, Ketua IDI, tokoh agama, dan juga influencer turut mengikuti vaksinasi ini.
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Lebih dari 14 ribu kasus dalam satu hari
Kasus harian baru COVID-19 terus bertambah. Tercatat jumlah kasus terkonfirmasi virus corona bertambah 6.680 kasus pada 1 Maret 2021. Sebelumnya, Indonesia sempat memecahkan rekor dengan 14.518 kasus dalam satu hari pada 30 Januari 2021. Hingga kini, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus positif kumulatif COVID-19 terbanyak, sedikitnya 339.735 kasus. Disusul Jawa Barat dengan 211.212 kasus.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Raharjo
Vaksinasi tahap kedua
Setelah melakukan vasinasi tahap pertama kepada sedikitnya 1,46 juta tenaga kesehatan, Indonesia melakukan vaksinasi tahap kedua yang menyasar lansia dan pekerja publik. Dalam foto tampak Presiden Joko Widodo saat meninjau pelaksanaan vaksinasi terhadap sekitar 5.500 pekerja media di Hall A Basket Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, 25 Februari 2021.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Tertinggi di Asia Tenggara
Hingga awal Maret 2021, Indonesia menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi ke-4 di Asia. Selain itu, kasus kematian di Tanah Air juga menjadi yang tertinggi ke-3 di Asia, di bawah India dan Iran. Sedikitnya tercatat 36 ribu kematian COVID-19 di negara berpenduduk 270 juta jiwa ini.
Foto: picture-alliance/Zumapress/Sijori Images
Varian Delta asal India sempat dominasi kasus aktif di Jakarta
Virus corona terus bermutasi dalam banyak varian. Varian B.1.617 atau Delta jadi varian yang sempat mendominasi 90% kasus aktif di Jakarta pada Juli 2021. Pertama kali teridentifikasi di India pada akhir 2020. Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat kasus perdana varian Delta di Indonesia pada Mei 2021.
Foto: Jam Sta Rosa/AFP
Varian Omicron terdeteksi Desember 2021
Seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet Jakarta terkonfirmasi sebagai pasien 0 dari transmisi lokal Omicron pada 16 Desember 2021. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan lima kasus probable COVID-19 varian Omicron. Dua kasus tersebut di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI), sedangkan tiga orang lainnya merupakan WN Cina.
Foto: DADO RUVIC/REUTERS
Vaksinasi booster COVID-19
Presiden Jokowi mengumumkan pemberian vaksinasi booster gratis mulai 12 Januari 2022 untuk seluruh masyarakat Indonesia. Prioritas diberikan pada usia lanjut dan kelompok rentan. Namun, vaksin booster juga bisa didapatkan semua warga berusia 18 tahun ke atas yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap minimal 6 bulan. Vaksinasi dilaksanakan di fasilitas kesehatan milik pemerintah. (rap/vlz, mh/ha)
Foto: Chaider Mahhyuddin/AFP/Getty Images
16 foto1 | 16
Satgas: belajar dari lonjakan corona saat Idul Fitri dan 17 Agustus
Satgas Penanganan COVID19 mengingatkan soal lonjakan jumlah kasus Corona (COVID-19) pada libur Idul Fitri dan hari Kemerdekaan RI menjelang libur panjang akhir Oktober 2020.
"Mari belajar berkaca pada pengalaman sebelumnya. Libur panjang telah terbukti berdampak pada kenaikan kasus positif di tingkat nasional. Hal ini dipicu karena terjadinya kerumunan di berbagai lokasi yang dikunjungi masyarakat selama masa liburan serta ketidakpatuhan masyarakat pada protokol kesehatan," kata jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers secara virtual di saluran YouTube BNPB Indonesia, Selasa (20/10/2020).
Wiku menjelaskan ada kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 69-93 persen sejak libur Idul Fitri sampai dengan rentang waktu 10-14 hari.
Dari grafik data yang dipaparkan, periode libur Idul Fitri adalah pada 22 sampai 25 Mei 2020 dan periode libur hari Kemerdekaan RI pada 20-23 Agustus 2020.
Sementara itu, ada ada kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 58-118 persen sejak libur panjang pada pekan ketiga Agustus dengan rentang waktu 10-14 hari.
Dalam rentang waktu 10 sampai 14 hari kemudian setelah libur Idul Fitri dan hari Kemerdekaan RI, terjadi lonjakan jumlah kasus COVID-19 secara drastis.
Pakar: wisatawan harus bertanggung jawab agar tidak terinfeksi corona
Epidemiolog menyebut dalam berwisata masyarakat perlu bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain agar tidak terinfeksi Corona saat libur panjang akhir Oktober 2020.
"Jadi orang harusnya bertanggung jawab baik itu terhadap dirinya maupun orang lain. Kalau kita berwisata juga begitu, bertanggung jawab secara pribadi," ujar Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono saat dihubungi, Rabu (21/10/2020).
"Semua harusnya respect each other gitu, kita harus menghormati orang lain. Jadi jangan sampai menularkan orang lain, jangan sampai tertular orang lain," sambungnya.
Tri mengatakan perlu adanya beberapa hal yang diperhatikan saat memilih tempat liburan. Salah satunya kapasitas pengunjung di lokasi dan ruang terbuka.
"Boleh berlibur tapi jangan berkerumun, upayakan ke tempat wisata yang kuotanya dibatasi 40% kalau bisa, kalau enggak bisa ya 50%. Kalau dia kuotanya lebih dari 50% jangan ke situ. Kemudian tempat wisata kalau bisa yang terbuka, dibanding ruang tertutup," tuturnya.
Selain itu, dia juga mengimbau agar masyarakat memperhatikan status zona wilayah yang akan didatangi. Menurutnya, masyarakat yang berada pada zona merah lebih baik tidak mendatangi zona kuning dan sebaliknya. (Ed: gtp/pkp)