Pakar WHO memberi peringatan untuk mewaspadai subvarian baru virus Corona yang diberi nama Arcturus. Namun tidak ada alasan untuk panik. Apa yang sudah diketahui sejauh ini tentang subvarian Covid-19 terbaru ini?
Iklan
Subvarian baru virus Corona XBB.1.16 atau diberi nama Arcturus saat ini penyebarannya terus dimonitor oleh badan kesehatan dunia WHO. Arcturus adalah virus mutasi yang merupakan subvarian Omicron XBB.1, yang menyebar cepat di India, mendesak subtipe virus corona yang dominan Omicron BA.5 dan BA.2.
Mengapa Subvarian Arcturus itu mencemaskan para pakar kesehatan sedunia? Pemicunya adalah kenaikan drastis kasus Covid di India hingga 281 persen hanya dalam waktu 14 hari. Pakar kesehatan WHO asal India, dokter Vipin Vashishtha melaporkan, dalam kurun waktu yang sama, tingkat kematian pasien meningkat 17 persen.
Memblokir kekebalan tubuh
Arcturus disebutkan melakukan mutasi pada spike proteinnya, yang memungkinkan subvarian ini memiliki mekanisme memblokir sistem kekebalan tubuh yang sudah terbentuk, baik lewat vaksinasi ataupun setelah sembuh dari infeksi Covid-19 subvarian lainnya. Juga tidak tertutup kemungkinan, subvarian baru ini lebih menular dibanding subvarian Covid-19 dominan sebelumnya.
Vashishtha yang juga merupakan anggota grup vaksin WHO memperingatkan, jika subvarian baru Covid-19 ini mampu meruntuhkan imunitas kelompok warga India yang sudah kokoh dari varian dominan sebelumnya, seluruh dunia harus lebih serius mewaspadai penyebarannya.
Bagaimana Cara India Hadapi Varian Omicron?
India alami lonjakan kasus COVID-19 di tengah kekhawatiran terulangnya krisis tahun lalu, ribuan orang meninggal setiap hari. Pemerintah mencegahnya dan membuat larangan di beberapa kota.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Virus di tengah keramaian
Jalanan padat di ibu kota New Delhi membuat Omicron lebih gampang menular. Dalam seminggu terakhir, jumlah infeksi baru di India berlipat ganda hingga mencapai 120.000 per hari. Para ahli memperingatkan peningkatan kasus tersebut dapat menghabiskan kapasitas ruangan perawatan di rumah sakit.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Lebih banyak tes merupakan kunci
Infeksi Omicron dilaporkan lebih ringan gejalanya. Namun, jika banyak pekerja sektor utama ekonomi tertular, dapat menimbulkan kekacauan. Pemerintah India sejauh ini belum mengumumkan penguncian, karena kondisi ekonomi masih suram. Malah, India mengandalkan peningkatan jumlah tes seperti yang terlihat pada gambar, di kota Ahmedabad di bagian barat India.
Foto: Amit Dave/REUTERS
Tidak memicu kekhawatiran di rumah sakit
Sejauh ini para dokter dan perawat masih optimis. Mereka melaporkan jarangnya pasien bergejala berat dirawat. Sekarang, para tenaga kesehatan telah memiliki pengalaman. “Tahun lalu, kami tidak tahu apa yang harus dihadapi. Saya pikir, secara mental, sedikit lebih baik,” kata pekerja garda depan di rumah sakit New Delhi kepada AFP.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Karantina sebagian wilayah ibu kota
Kasus infeksi harian baru, meningkat 5 kali lipat di New Delhi. Pemerintah umumkan karantina wilayah terbatas selama 55 jam. Masyarakat tidak dapat mengunjungi pasar untuk berbelanja. Peraturan serupa juga dapat diterapkan di daerah lain.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Meningkatkan persediaan tabung oksigen
India tampak lebih siap menghadapi Omicron dibandingkan tahun lalu saat menghadapi varian Delta. Saat itu, sektor kesehatan di berbagai daerah kolaps dan persediaan oksigen medis menipis. Kali ini pemerintah telah meningkatkan kapasitas penyimpanan untuk tabung oksigen, seperti pada foto di fasilitas pasien COVID-19 di New Delhi.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Keberlanjutan vaksinasi menjadi harapan
Tenaga kesehatan India telah memberikan sekitar 1,5 milyar dosis vaksin. Berdasarkan data pemerintah hampir 75% masyarakat sudah mendapat dua dosis vaksin. Kampanye vaksinasi, serta kekebalan yang diperoleh dari gelombang varian Delta, bisa membantu mengurangi dampak penyebaran Omicron. (mh/as)
Foto: Amit Dave/REUTERS
6 foto1 | 6
Walau begitu, Radeep Guleria, mantan ketua tim penanggulangan Covid-19 India menyebutkan, tidak ada alasan untuk panik menanggapi penyebaran subvarian Covid-19 terbaru ini. "Dengan mematuhi prosedur kesehatan secara memadai, kita bisa mengatasi potensi bahaya penyebarannya”, ujar Guleria.
Arcturus menurut laporan terbaru sudah menyebar di sedikitnya 16 negara, antara lain Amerika Serikat, Inggris, Singapura, Brunei dan Jerman. Namun catatan kasus dari awal Januari hingga akhir Maret ini, jumlahnya di Jerman sangat kecil, dan nyaris tidak terasa efeknya.
Sejumlah pakar virologi kenamaan juga menyebutkan, masih terlalu dini untuk membunyikan alarm tanda bahaya. Jika melihat jumlah absolut kasusnya di India, yang hanya ribuan dibanding 1,4 miliar populasinya, persentasenya juga sangat kecil. Para pakar virologi juga mengamini pernyataan mantan ketua tim penanggulangan Covid-19 India, bahwa saat tidak ada alasan untuk panik menghadapi Arcturus.