1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Waspadai Cina, AS dan UE Jalin Aliansi di Bidang Teknologi

30 September 2021

Uni Eropa dan AS ingin mempererat hubungan menyusul kekhawatiran ekspansi Cina menjadi negara adidaya teknologi. Tetapi perpecahan membayangi aliansi baru mereka yang dinamai "Dewan Perdagangan dan Teknologi AS-UE".

Foto ilustrasi aliansi AS-UE
Foto ilustrasi aliansi AS-UEFoto: Nora Tomm/DW

Saat pandemi COVID-19 melanda kencang, krisis chip komputer juga ikut memburuk. Banyak perusahaan manufaktur memperingatkan tentang kelangkaan semikonduktor - komponen utama yang dibutuhkan dalam membuat smartphone dan mobil.

Peringatan sektor industri ini bukan tanpa alasan. Terbukti beberapa bulan setelah pandemi, banyak pabrik yang terpaksa menutup lokasi perakitannya. Perusahaan teknologi juga menunda peluncuran produknya, bahkan pengiriman komputer terlambat sampai berbulan-bulan.

Khawatir akan dampaknya, para politisi dari Amerika Serikat (AS) hingga Jerman akhirnya meminta negara-negara produsen chip untuk membantu memprioritaskan pesanan dari negara mereka.

Tapi tidak banyak yang bisa dilakukan. Chip-chip komputer yang hanya diproduksi oleh segelintir perusahaan itu sangat sulit diproduksi. Dan kalau pun berhasil, jumlahnya tidak cukup untuk semua pihak.

Kemitraan baru AS-UE

Satu setengah tahun berlalu, kelangkaan chip semikonduktor masih tetap mengintai, menghambat berbagai macam proses produksi seperti misalnya mobil baru.

Tapi solusi untuk mengatasi krisis perlahan muncul ke permukaan. Para pejabat dari AS dan Uni Eropa (UE) menjadwalkan pertemuan pada Rabu (29/09) di Pittsburgh, AS untuk pertemuan pertama "Dewan Perdagangan dan Teknologi UE-AS” (TTC). Bagaimana cara agar lebih banyak chip diproduksi di Eropa dan AS disebut-sebut menjadi agenda utama pertemuan.

"Kami berkomitmen untuk membangun kemitraan AS-Uni Eropa … guna merancang dan memproduksi semikonduktor paling kuat dan hemat sumber daya,” kata sebuah pernyataan dari Gedung Putih.

Diskusi lain di TTC juga akan membahas prinsip-prinsip teknologi kecerdasan buatan (AI), yaitu tentang bagaimana meningkatkan keamanan siber di dunia digital yang semakin tidak stabil, dan bagaimana mendorong teknologi bersama di panggung internasional.

Jauh dari kata sepaham

Menurut percakapan pejabat AS dan UE (yang berbicara secara anonim) yang terlibat dalam mempersiapkan pertemuan TTC itu, krisis chip menjadi momen penting yang membuka mata para pembuat kebijakan di AS dan UE, bahwa sangat penting memiliki akses ke teknologi untuk mempertahankan dominasi geopolitik.

Tapi untuk mendapatkan sebuah titik temu selama pertemuan dua hari itu diyakini tidak akan mudah. Selama bertahun-tahun, AS dan UE telah berselisih tentang bagaimana cara mengatur teknologi-teknologi baru.

Kalau Brussels biasanya mendorong aturan yang ketat dan tegas, dengan alasan melindungi hak-hak dasar orang Eropa, Washington sebagian besar justru menganjurkan pendekatan lepas tangan yang digerakkan oleh pasar, memperingatkan bahwa terlalu banyak aturan dapat menghambat inovasi.

Menurut Marietje Schaake, direktur kebijakan di Pusat Kebijakan Siber Universitas Stanford, baik AS dan UE akan terbantu jika jalan tengah dapat ditemukan.

"Jika AS dan UE bekerja sama dengan lebih baik, itu akan menjadi kombinasi yang cukup kuat, yang akan membawa kekuatan geopolotik bagi AS dan UE, dan memunculkan kekuatan tentang hak dan kebebasan bagi UE dan AS,” ujar Schaake, yang menjabat sebagai anggota Parlemen Eropa antara 2009 dan 2019 itu.

"Tapi hal itu membutuhkan kesepakatan politik, dan sejauh ini belum ada banyak pertemuan yang membahas hal tersebut,” tambahnya.

Perang Dingin baru?

Tentu saja topik yang menjadi isu besar dalam ruang negosiasi adalah bagaimana menghadapi gerak maju Cina.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan teknologi Cina telah tumbuh menjadi beberapa yang terbesar di dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di AS bahwa Beijing bisa saja mendominasi teknologi sensitif tertentu dan memanfaatkannya untuk mendapatkan keuntungan strategis. Hal ini pulalah yang mendorong beberapa pengamat berbicara tentang munculnya "Perang Dingin Baru”.

Pemerintahan Biden yang didorong secara luas untuk mengambil sikap keras terhadap Beijing, telah menggambarkan TTC sebagai platform untuk AS dan UE supaya dapat menggabungkan kekuatan ekonomi dan politik guna melawan ambisi hegemoni Cina.

Sementara pejabat UE sangat ingin menekankan, aliansi baru itu harus mengutamakan tentang kerja sama dibanding menargetkan satu negara tertentu. Blok tersebut sejauh ini hanya mengambil langkah yang tidak terlalu konfrontatif terhadap Beijing. Kemungkinan dikarenakan beberapa dari 27 negara anggotanya memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Cina.

Miniaturisasi Komponen Komputer

06:27

This browser does not support the video element.

"Meski begitu, gaya kepemimpinan Beijing yang semakin otoriter sama-sama membuat pejabat di Washington dan Brussels khawatir", demikian kata Stormy-Annika Mildner, direktur eksekutif lembaga think tank Aspen Institute Jerman.

"Kedua belah pihak merasakan ancaman yang lebih besar dari Cina, dan kebutuhan yang lebih besar untuk bekerja sama,” kata Mildner.

Hal itu pulalah yang mungkin membuat TTC ini berbeda dari upaya trans-Atlantik sebelumnya yang dimulai di masa kepemimpinan George W. Bush atau Barack Obama, tambah Mildner.

"Dunia kita sekarang sudah benar-benar berbeda dari waktu itu, dan Cina jadi salah satu penyebab utamanya,” kata Mildner.

Kolaborasi dalam krisis?

Salah satu bidang di mana kedua belah pihak (AS dan UE) berharap dapat mencapai kesepakatan adalah di bidang produksi semikonduktor. Pembuatan chip kecil berteknologi tinggi ini terkenal sangat rumit, karena mencakup ratusan prosedur, dan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Tidak hanya itu, pembuatannya juga membutuhkan pabrik bernilai miliaran.

Cina di sisi lain telah mendeklarasikan, salah satu prioritas nasional utama mereka adalah dapat segera menjalankan seluruh produksi semikonduktor di dalam negeri – sesuatu yang saat ini tidak mampu dilakukan oleh negara mana pun.

Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa pejabat AS dan Eropa begitu berhati-hati mengawasi bagaimana perusahaan milik Cina memborong perusahaan-perusahaan pembuat chip di seluruh dunia.

Di TTC, para pejabat akan berbicara tentang bagaimana menangani investasi asing dalam industri semikonduktor. Mereka juga akan membahas bagaimana mengkoordinasikan rencana mereka sendiri tentang cara agar UE dan AS dapat mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasokan global.

Menurut Jan-Peter Kleinhans, ahli semikonduktor dari think tank Stiftung Neue Verantwortung, AS dan UE harus berpikir tentang bagaiamana berkolaborasi dengan lebih baik dalam penelitian dan pengembangan teknologi baru.

Kleinhans mengingatkan, dalam menangani krisis chip global, hanya sedikit yang dapat dilakukan oleh pemerintah. Tentu jika uang rakyat dibelanjakan dengan benar, mungkin dapat membantu mendongkrak kapasitas produksi baru. Tapi untuk mengatasi kelangkaan saat ini, perlu tindakan lebih jauh, kata Kleinhans. "Seperti membuat rantai pasokan global lebih transparan atau menghentikan kenaikan harga bahan baku yang memperburuk krisis.”

"Hal itu hanya bisa dilakukan oleh perusahaan,” ujarnya. "Dan itulah mengapa tidak ada yang benar-benar tahu kapan kita akan keluar dari krisis ini,” pungkasnya.

gtp/as

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait