WEF: Kesetaraan Gender Dunia di Kerja Perlu Lebih 200 Tahun
18 Desember 2018
World Economic Forum (WEF) memperingatkan, kesenjangan gender di dunia makin parah. Partisipasi perempuan di bidang politik serta akses untuk kesehatan dan pendidikan makin surut.
Iklan
Suara perempuan menyerukan persamaan hak di dunia kerja, termasuk pembayaran upah, boleh jadi makin lantang, tapi kesenjangan di dunia kerja makin melebar dan kesetaraan makin jauh.
Laporan terbaru Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum – WEF) yang dirilis hari Selasa (18/12) menyebutkan, memang ada beberapa perbaikan dalam pengupahan pekerja perempuan selama 2018 dibanding tahun 2017, tapi secara keseluruhan kesenjangan gender makin besar.
Dengan perkembangan saat ini, kesenjangan gender di berbagai sektor secara global tidak akan terjembatani sampai 108 tahun ke depan. Bahkan di dunia kerja dibutuhkan 202 tahun untuk menutup kesenjangan itu.
Laporan WEF menyebutkan, keterwakilan perempuan di dunia politik malah makin kecil, dibarengi dengan kesenjangan yang lebih besar pada akses terhadap kesehatan dan pendidikan.
WEF yang berpusat di Jenewa, Swiss, memeriksa disparitas gender di 149 negara di empat sektor utama: pendidikan, kesehatan, peluang ekonomi dan pemberdayaan politik.
Why do women still earn less?
01:54
Kemunduran di sektor pendidikan, kesehatan dan partisipasi politik
Sekalipun banyak upaya dilakukan dalam beberapa tahun terakhir di bidang pendidikan, kesehatan dan partisipasi politik, tahun ini tercatat kemunduran di ketiga bidang itu, kata WEF. Hanya di bidang peluang ekonomi kesenjangan gender agak dipersempit.
Kesenjangan upah global juga membaik menjadi hampir 51 persen. Jumlah perempuan yang mengambil peran kepemimpinan meningkat menjadi 34 persen secara global, kata laporan itu. Tetapi pada saat yang sama, perempuan secara proporsional lebih sedikit terlibat dalam angkatan kerja dibanding laki-laki.
WEF menyebutkan, salah satu alasan memburuknya posisi perempuan di dunia kerja adalah perkembangan teknologi otomatisasi, yang menunjukkan dampak tidak proporsional pada gender.
Perempuan secara signifikan kurang terwakili di bidang pekerjaan yang membutuhkan keterampilan sains, teknologi, teknik dan matematika, yang sekarang justru sedang berkembang pesat, kata WEF.
Partisipasi perempuan di bidang kecerdasan buatan misalnya sangat rendah, hanya sekitar 22 persen dari angkatan kerja. "Celah ini tiga kali lebih besar daripada di sektor industri lainnya," disebutkan dalam laporan itu.
Perempuan-perempuan Yang Berani Membuat Perubahan: #BeBoldForChange
Lihat, bagaimana perempuan unjuk gigi di pekerjaan yang masih sering saja di’cap‘ sebagai "pekerjaan laki-laki". Simak apa yang mereka katakan.
Foto: Reuters/A. Cohen
"Machoisme masih berlanjut"
Hari Perempuan 2017 mengajak semua pihak untuk berani membuat perubahan dan mendorong kesetaraan di tempat kerja. Yolaina Talavera dari Managua, Nikaragua bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran. “Awalnya orang berpikir bahwa saya tidak akan bertahan lama kerja seperti ini, pelatihannya keras. Namun, saya menunjukkan bahwa saya mampu melakukan tugas yang sama dengan pria,“ ujarnya.
Foto: Reuters/O. Rivas
"Percayalah pada kemampuan Anda"
Khawla Sheikh adalah tukang ledeng di Amman, Yordania. Di ruang bawah tanahnya, ia mengajar para perempuan mereparasi pipa."Ibu rumah tangga lebih nyaman dengan tukang ledeng perempuan di rumah mereka, jika tak ada suami," kata Sheikh. "Untuk mengatasi ketidaksetaraan gender, semua sektor harus memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan di segala bidang."
Foto: Reuters/M. Hamed
"Jika ibu membesarkan anak laki-laki"
Berpose di perahu di barat Perancis, petani tiram Valerie Perron mengatakan keseteraaan gender harus ditanamkan sejak dini. "Kita harus mengajarkan anak laki-laki sedari kecil, bahwa mereka setara dengan perempuan. Mentalitas kuno harus diubah. Zaman sekarang, anak laki-laki boleh bermain dengan boneka dan gadis kecil juga boleh main mobil-mobilan."
Foto: Reuters/R. Duvignau
"Saya lebih baik dari laki-laki!"
Filipina Ocol, operator ekskavator atau mesin pengeruk tinggal di Tubay, Filipina selatan. Ibu tiga anak ini percaya diri atas kemampuannya: "Ada pekerja perempuan yang kemudikan truk besar dan ekskavator. Jika pria bisa melakukannya, mengapa perempuan tidak? Saya bahkan bisa melakukannya lebih baik daripada laki-laki. Mereka cuma bisa mengendarai salah satunya, saya bisa keduanya.”
Foto: Reuters/E. De Castro
"Ketidaksetaraan jender terjadi"
Deng Qiyan adalah dekorator bangunan di Beijing, Cina. Dia berbagi pengalaman: "Terkadang ketidaksetaraan jender terjadi, tapi kita tidak bisa melakukan apa-apa tentang itu. Setelah semua terjadi, Anda harus mencerna semua hal emnyedihkan itu dan melanjutkan hidup," ujar ibu tiga anak ini.
Foto: Reuters/J. Lee
"Ketimpangan dimulai sejak dalam pikiran"
Di Istanbul, Turki, Serpil Cigdem bekerja sebagai sopir kereta. Dia berkisah: "Ketika saya melamar pekerjaan ini 23 tahun yang lalu, saya diberitahu bahwa itu adalah profesi untuk pria. Ada dalam ujian tulis, hasil ujian saya setara dengan pria, maka calon yang pria yang dipilih. Itu sebabnya saya kerja keras untuk lulus ujian dengan hasil yang lebih baik daripada calon laki-laki."
Foto: Reuters/O. Orsal
"Masyarakat telah berubah"
Ekaterine Kvlividze, seorang kapten militer, berdiri di depan helikopter Angkatan Udara Georgia UH-1H di Tbilisi, Georgia. Dia bergabung dengan militer Georgia tahun 2007. "Awalnya, ada beberapa kesulitan, berupa ironi dan sinisme. Saya merasa mereka tidak menghargai saya. Tapi, selama 10 tahun terakhir masyarakat telah berubah dan saat ini seorang pilot perempuan adalah hal biasa."
Foto: Reuters/D. Mdzinarishvili
"Pencapaian besar"
Trio ‘hijaber‘ Brunei ini mendaratkan pesawat ke Arab Saudi, negara dimana perempuan pun bahkan dilarang mengemudikan kendaraan. Penerbangan dipimpin kapten Sharifah Czarena, didampingi Sariana Nordin dan Dk Nadiah Pg Khashiem. Sharifah berujar: "Pilot adalah profesi yang didominasi pria. Tapi sebagai perempuan Brunei, ini pencapaian besar."
Foto: bento
"Perempuan diuji setiap hari"
Paloma Granero mengapung di terowongan angin di arena skydiving dalam ruang Windobona, di Madrid, Spanyol. Granero adalah instruktur skydiving. "Pria tidak harus membuktikan diri seperti kita. Pekerjaan instruksi sebagian besar diambil laki-laki, sedangkan pekerjaan administrasi sebagian besar diberikan kepada perempuan." Ed: Nadine Berghausen (ap/hp)
Foto: Reuters/S. Vera
9 foto1 | 9
"Selain kalah dalam jumlah, tiga banding satu, perempuan di bidang kecerdasan buatan cenderung tidak diposisikan dalam peran senior," kata laporan itu selanjutnya. Ini jelas membutuhkan "langkah-langkah proaktif untuk mencegah semakin parahnya kesenjangan gender di sektor industri, di mana keterampilan kecerdasan buatan menghasilkan peningkatan permintaan (tenaga kerja)."
Sangat bervariasi di berbagai wilayah
WEF juga menekankan, situasi kesenjaangan gender sangat bervariasi di berbagai negara dan wilayah. Sebagai contoh, sementara negara-negara Eropa Barat diharapkan dapat menutup kesenjangan gender mereka dalam waktu 61 tahun, negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara akan perluwaktu 153 tahun untuk melakukan hal tersebut.
Secara keseluruhan, negara-negara di Eropa Utara (Skandinavia) sekali lagi mendominasi puncak peringkat: perempuan dan laki-laki punya posisi setara di Islandia, diikuti oleh Norwegia, Swedia dan Finlandia. Suriah, Irak, Pakistan dan Yaman menunjukkan kesenjangan gender terbesar dari negara-negara yang diteliti.
Di antara 20 ekonomi terbesar utama, Perancis menunjukkan performa terbaik, menempati posisi ke-12 secara keseluruhan, diikuti oleh Jerman di tempat ke-14, Inggris di peringkat 15, Kanada di peringkat 16 dan Afrika Selatan di posisi ke-19. Amerika Serikat merosot ke posisi 51. Indonesia ada di peringkat 85, masih di bawah Madagaskar (84) dan Vietnam (77).
Kebangkitan Pemimpin Perempuan di Indonesia
Meski hanya memenangkan 15 dari 111 daerah pemilihan, kemunculan pemimpin perempuan di sejumlah daerah menjadi salah satu catatan manis Pilkada 2018. Inilah sejumlah figur yang patut Anda kenal.
Foto: Detik.com
Khofifah Indar Parawansa
Meski awalnya tidak mendapat dukungan besar, Khofifah merebut hati penduduk Jawa Timur dan mengalahkan Saifullah Yusuf yang lebih diunggulkan. Sosokyang juga mantan anak didik bekas Presiden Abdurrahman Wahid ini sejak awal berkecimpung di Nahdlatul Ulama. Ia menjabat ketua umum Muslimat NU selama empat periode berturut-turut. Tidak heran jika Alm. Gus Dur pernah menyebutnya "srikandi NU".
Foto: Detik.com
Tri Rismaharini
Sebanyak 86,34% suara dikumpulkan Risma saat memenangkan masa jabatan kedua dalam Pemilihan Walikota Surabaya 2015 silam. Kinerjanya yang apik dan faktor kesederhanaan membuat walikota perempuan pertama Surabaya ini berulangkali masuk dalam nominasi walikota terbaik di dunia, termasuk memenangkan Lee Kuan Yew World City Prize 2018.
Foto: Detik.com
Haryanti Sutrisno
Didaulat sebagai salah satu bupati terkaya di Indonesia saat ini, Haryanti akan melakoni masa jabatan kedua di Kabupaten Kediri menyusul hasil Pilkada 2018. Namun kemenangannya itu juga turut memperpanjang kekuasaan dinasti Sutrisno di Kediri selama hampir 20 tahun. Suaminya itu juga menjabat sebagai bupati untuk periode 2000-2010.
Foto: Detik.com
Chusnunia Chalim
Dengan usia yang baru menginjak 36 tahun, Chusnunia Chalim atau lebih sering dipanggil Nunik sudah mengantongi riwayat karir yang cemerlang. Ia tidak hanya pernah menjabat sebagai bupati Lampung Timur, tetapi juga memenangkan Pilkada Lampung 2018 sebagai wakil gubernur. Politisi muda Partai Kebangkitan Bangsa ini juga pernah duduk di Dewan Perwakilan Rakyat antara 2009-2014.
Foto: Detik.com
Anna Muawanah
Sejak 2004 Anna Muawanah yang merupakan kader PKB sudah malang melintang sebagai anggota legislatif sebelum memenangkan Pemilihan Bupati Bojonegoro dengan perolehan suara 35,2% pada Pilkada 2018 silam. Dalam kehidupan sehari-hari Anna bekerja sebagai seorang pengusaha yang bergerak di bidang industri logam dan peternakan.
Foto: Detik.com
Mundjidah Wahab
Mundjidah Wahab boleh jadi salah satu pemimpin perempuan paling berpengalaman di Indonesia saat ini. Sejak tahun 1971 ia sudah aktif di DPRD Jombang dan di Jawa Timur, sebelum menjabat wakil bupati Jombang sejak 2013 silam. Dalam Pilkada kemarin Mundjidah yang juga sempat menjadi pengurus MUI memenangkan kursi bupati Jombang untuk lima tahun ke depan.
Foto: Detik.com
Puput Tantriana Sari
Kemenangan Puput Tantriana dalam Pilbup Probolinggo 2018 membetoni kekuasaan keluarganya yang sudah memerintah kawasan tersebut sejak dipegang suaminya, Hasan Aminuddin antara 2003-2013. Dengan usianya yang baru 35 tahun, Puput saat ini tercatat sebagai salah satu bupati perempuan termuda di Indonesia.
Foto: Detik.com
Faida
Sebagai Bupati perempuan pertama di Jember, karir Faida banyak mendapat sorotan selama Pilkada 2018. Pasalnya sebelum terjun ke dunia politik, dia lebih banyak bergelut dengan profesinya sendiri sebagai seorang dokter. Sepanjang karirnya Faida lebih banyak mengurusi rumah sakit al-Huda, Banyuwangi, yang dibangun oleh ayahnya sendiri. (rzn/hp: detik, kompas, tirto, tribunnews)