Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, lebih dari 34.000 orang di seluruh Eropa terkena campak dalam dua bulan pertama tahun 2019.
Iklan
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, Selasa (07/05), mengatakan telah terjadi peningkatan tajam dalam jumlah kasus campak di seluruh Eropa pada bulan Januari dan Februari tahun 2019, dengan lebih dari 34.000 orang terkena penyakit tersebut.
Kasus yang tercatat di 42 negara mengakibatkan 13 kematian. Jumlahnya hampir tiga kali lebih besar daripada dua bulan pertama di tahun 2018.
Di Jerman pada hari Selasa (07/05), pemerintah setempat di negara bagian Niedersachsen mengatakan bahwa ada orang dewasa yang meninggal karena campak, tanpa memberikan informasi tentang umur atau jenis kelamin korban.
WHO mendesak pihak berwenang untuk memastikan bahwa orang yang rentan segera divaksinasi, mengingat penyakit ini menyebar di berbagai belahan dunia.
"Jika respons wabah tidak tepat waktu dan komprehensif, virus akan menemukan jalan ke lebih banyak individu yang rentan dan berpotensi menyebar ke negara-negara lain di dalam dan di luar kawasan," demikian pernyataan WHO.
Campak dan Kurang Gizi Renggut Nyawa Balita Papua
Diperkirakan sekitar 100 orang terutama bayi dan balita meninggal dunia akibat campak dan kekurangan gizi yang melanda Asmat dan kabupaten lainnya di Papua.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Muhammad
Kurang gizi dan campak
Wabah campak dan kekurangan gizi, serta terjadi di Kabupaten Asmat, Kabupaten Pegunungan Bintang, dan lainnya. Sudah sekitar 100 orang terutama balita meninggal dunia akibat komplikasi ini.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Muhammad
Penanganan lintas sektor
Menindaklanjuti bencana rawan pangan dan kejadian luar biasa campak di Papua, pemerintah mengirimkan bantuan lintas sektor. Pangan dan relawan diterjunkan.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Muhammad
Akses dalam menjangkau lokasi bencana terbatas
Lokasi wilayah yang sukar diakses menyulitkan penyaluran bantuan. Posko bantuan dipusatkan di ibukota Kabupaten Asmat, Agats. bantuan berupa makanan dan obat-obatan juga dikirim dengan menggunakan perahu ke desa-desa terpencil.
Foto: Getty Images/AFP/M. Aidi
Fasilitas medispun terbatas
Foto yang diambil pada bulan Januari 2018 ini menunjukkan seorang dokter di dinas militer tengah menangani pasien, seorang balita di tengah keterbatasan fasilitas kesehatan.
Foto: Getty Images/AFP/M. Aidi
Beberapa kali tertimpa tragedi kemanusiaan
Masalah malnutrisi bukan pertama kalinya terjadi di Bumi Cendrawasih ini. Sebelumnya juga terjadi berkali-kali bencana kelaparan di Papua. (ap/ml)
Foto: Getty Images/AFP/M. Aidi
5 foto1 | 5
"Setiap kesempatan harus digunakan untuk memvaksinasi anak-anak, remaja dan orang dewasa yang rentan."
Ukraina - yang sedang menderita wabah campak - adalah bagian Eropa yang paling parah terkena dampaknya dengan lebih dari 25.000 orang terkena campak selama periode waktu tersebut. Rumania dan Albania juga memiliki tingkat infeksi yang tinggi.
Campak juga menyebar di banyak bagian lain dunia; kasusnya meningkat di AS, Filipina dan Thailand. Para peneliti telah mengklaim bahwa penyakit ini menyebar, setidaknya sebagian, karena ada orang yang tidak divaksinasi di beberapa daerah.
Para pejabat menyalahkan aliran informasi yang salah tentang vaksin campak yang menyebabkan penurunan angka imunisasi, termasuk teori yang sudah lama dibantah bahwa vaksin dapat menyebabkan autisme.
Campak adalah penyakit yang sangat menular, dapat menyebabkan kebutaan, tuli, kerusakan otak, dan bahkan kematian.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn telah mengusulkan undang-undang yang memungkinkan orang tua dari anak-anak yang tidak divaksinasi didenda hingga € 2.500. Sekitar 170 kasus campak terdaftar di Jerman selama bulan Januari dan Februari. (vlz/hp)
Penyakit Yang Ikut Mengembara
Perdagangan dan turisme internasional, mempertukarkan intensif barang dan orang antar benua. Dampaknya penyakit dan parasit juga ikut menyebar. Ini bisa memicu efek serius.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Perrey
Virus Usutu
Virus yang asalnya dari Afrika ini sekarang sudah menyebar ke Jerman. Ribuan burung sikatan hitam mati akibat virus. Belum jelas, apakah virus juga mematikan jenis burung lain. Infeksi Usutu sejauh ini baru menginfeksi satu orang di Jerman. Simptom khas tidak terlihat. Tapi di seluruh Eropa ditemukan lima kasus berat.
Foto: Imago/Blickwinkel
Flu Burung
Sepuluh tahun lalu kasus flu burung pertama ditemukan di Jerman. Sejak itu, kasus virus tersebut kerap muncul di Jerman. Baru-baru ini kasus baru menyerang peternakan di Mannheim. Diduga, flu burung disebar burung pengelana, atau ditransfer lewat perdagangan unggas ke Jerman.
Foto: picture-alliance/ dpa
Jamur Pelahap Feuersalamander
Sejenis jamur kulit mengancam jenis Salamander khas Eropa yang disebut Feuersalamander (Salamander Api). Jamur yang dijuluki Feuersalamanderfresser (pemakan Salamander Api) diduga datang bersama sejenis katak ke Eropa. 2015 kasus pertama ditemukan. Di Belanda dan Belgia infeksi jamur sudah menyebabkan punahnya sejumlah populasi.
Foto: picture-alliance / dpa
Malaria Burung
Jenis malaria ini juga disebar nyamuk. Burung yang terinfeksi terserang demam dan kekurangan darah. Akhir abad ke-19, malaria burung mencapai Hawaii dan menyebabkan punahnya sejumlah jenis burung. Sekarang, nasib sama mengancam burung-burung di kepulauan Galapagos. Nyamuk itu dibawa pesawat terbang ke kepulauan tersebut.
Foto: Imago
Tikus
Tikus sebenarnya bukan penyakit, tetapi tikus hewan yang sangat invasif. Karena rasa laparnya yang besar, dan perkembangbiakan yang sangat cepat, tikus berkembang biak dengan cepat. Di Pulau Gough di Atlantik tikus-tikus merejalela dan memangsa anak burung yang khas di Gough. Kini jenis burung itu terancam punah.
Foto: picture alliance/Arco Images/K. Hinze
Cacing Kulit Anjing
Larva cacing kulit anjing disebarkan oleh nyamuk. Dulu penyakit ini hanya ditemukan di Eropa Selatan, Afrika dan Asia. Kasus pertama penyakit ini di Jerman ditemukan 2015. Manusia bisa menjadi inang. Larva cacing tidak bisa berkembangbiak di bawah kulit manusia. Tapi jika berkembang, cacing ini bisa menyebabkan penyakit Meningitis. Penulis: Hannah Lesch (ml/as)