WHO Beri Izin Darurat Penggunaan Vaksin BioNTech-Pfizer
1 Januari 2021
Izin darurat penggunaan vaksin BioNTech-Pfizer memungkinkan negara-negara untuk segera mengimpor dan mendistribusikan vaksin. Sementara itu, Prancis akan mempercepat program vaksinasi mulai Senin (04/01).
Iklan
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataan pada hari Kamis (31/12), telah memberikan izin darurat untuk penggunaan vaksin COVID-19 BioNTech-Pfizer.
Vaksin BioNTech-Pfizer merupakan vaksin pertama yang menerima persetujuan tersebut.
"Ini adalah langkah yang sangat positif untuk memastikan akses global ke vaksin COVID-19. Tetapi saya ingin menekankan perlunya upaya global yang lebih besar untuk mencapai pasokan vaksin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan populasi prioritas di mana pun," kata Kepala Program Medis WHO, Dr. Mariangela Simao dalam sebuah pernyataan.
"WHO dan mitra kami bekerja siang dan malam untuk mengevaluasi vaksin lain yang telah mencapai standar keamanan dan efikasi. Kami mendorong lebih banyak lagi pengembang untuk memajukan (vaksin) guna ditinjau dan dinilai. Sangat penting bagi kami untuk mengamankan pasokan penting yang diperlukan untuk melayani semua negara di dunia dan membendung pandemi."
Prancis akan mempercepat vaksinasi
Otoritas kesehatan Prancis berjanji untuk memberikan vaksin COVID-19 yang lebih cepat kepada kelompok pekerja medis yang lebih banyak mulai minggu depan, di tengah kritikan dan dorongan inokulasi yang lambat di negara itu.
Dalam pidato tahun barunya pada Kamis (31/12) malam, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia tidak akan membiarkan "penundaan yang tidak dapat dibenarkan" dalam upaya untuk mengimunisasi warga dari virus corona.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Olivier Veran mengatakan pemberian vaksin akan mencakup petugas kesehatan yang berusia 50 tahun ke atas mulai Senin (04/01). Macron - yang baru saja sembuh dari COVID-19 - berada di bawah tekanan untuk mempercepat peluncuran vaksinasi. Sejauh ini, rencana vaksin hanya mencakup petugas kesehatan yang berusia di atas 65 tahun dan penghuni panti jompo.
Sejak Prancis memberikan suntikan vaksin pertama kepada warganya, seorang nenek berusia 78 tahun pada Minggu (27/12), negara itu baru memberikan vaksin BioNTech-Pfizer kepada kurang dari 200. Jumlah ini jauh dibandingkan Jerman yang telah memberikan vaksin kepada 78 ribu warganya.
Pemerintah membantah langkah lambat tersebut, dengan mengatakan bahwa mereka memberi orang waktu untuk mempertimbangkan pilihan, dalam upaya untuk membujuk orang-orang yang skeptis terhadap vaksin.
Vaksin Covid-19 yang Sudah Siap Pakai dan Masuki Uji Fase Akhir
Ada 4 vaksin Covid-19 yang sudah berizin dan digunakan secara massal. Efikasinya diklaim antara 70% hingga 95%. Sedikitnya ada 7 kandidat vaksin lainnya yang masuk fase akhir uji klinis dan akan segera diluncurkan.
Foto: H. Pennink/AP Photo/picture-alliance
Vaksin BioNTech/Pfizer dari Jerman
Perusahaan Bio-farmasi BioNTech dari Jerman yang digandeng Pfizer dari AS menjadi yang pertama umumkan sukses memproduksi vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama BNT162b2 dengan efektifitas 95%. Vaksinnya sudah mendapat izin. Vaksinasi massal di AS dan Jerman dimulai bulan Desember 2020. Satu-satunya kendala, vaksin harus didinginkan hingga minus 70°C sebelum dipakai.
Foto: SvenSimon/picture alliance
Vaksin Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Bio-farmasi Moderna dari AS menyusul umumkan sukses dengan vaksin yang diberi nama mRNA-1273 dengan efektifitas 94,5%. Belum lama ini UE izinkan vaksin. Sama dengan BioNTech, vaksin dikembangkan dengan teknologi teranyar berbasis mRNA virus. Keunggulan vaksin Moderna adalah hanya perlu pendinginan minus 30° C dan tahan seminggu dalam lemari pendingin biasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Porzycki
Vaksin AstraZeneca/Oxford dari Inggris
Perusahaan farmasi AstraZeneca dari Inggris menjadi yang ketiga umumkan sukses uji coba vaksin yang ampuh 70% hingga 90%. Pengembangan vaksin menggandeng para ilmuwan dari Oxford University. Unsur aktifnya AZD1222 berasal dari gen virus corona yang dilemahkan dan sudah diuji klinis pada 60.000 responden.
Foto: picture-alliance/Flashpic
Vaksin Janssen/Johnson&Johnson dari AS
AS dan Kanada sudah memberikan izin bagi vaksin Johnson & Johnson. Vaksin berasal dari vektor virus yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh. Disebutkan pemberian satu dosis vaksin mencukupi untuk mengembangkan antibodi pencegah Covid-19.Juga penyimpanan vaksin relatif mudah pada kulkas yang lazim.
Foto: Michael Ciaglo/Getty Images
Vaksin Sinovac dari Cina
Perusahaan farmasi Sinovac Biotech dari Cina sedang menuntaskan fase tiga uji klinis vaksin Covid-19 dengan sekitar 29.000 responden. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Indonesia dan Turki. Vaksin dikembangkan dari virus corona yang inaktif.
Foto: Wang Zhao/AFP/Getty Images
Vaksin Sinopharm dari Cina
Perusahaan farmasi lain dari Cina, Sinopharm juga sudah masuki fase tiga uji klinis kandidat vaksinnya pada 55.000 responden. Uji klinis antara lain dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Maroko, Peru dan Argentina. Sinopharm menggunakan virus yang inaktif sebagai basis pembuatan vaksinnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Z. Yuwei
Vaksin Sputnik V dari Rusia
Berdasar klaim sendiri, Rusia menyatakan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya ampuh perangi Covid-19. Vaksin yang kini sudah mendapat izin regulasi dari Moskow itu dilaporkan baru melakukan uji klinis fase 1 dan 2 tanpa kejelasan berapa jumlah sampelnya. Vaksinnya berbasis vektor adenovirus manusia yang diizinkan WHO. Penulis: Agus Setiawan